• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berpikir Kritis, Terampil, dan Kompeten

Dalam dokumen buku peminatan guru kimia kelas xi (Halaman 140-145)

Bab VI Garam Terhidrolisis

F. Berpikir Kritis, Terampil, dan Kompeten

Konsep garam terhidrolisis dapat ditinjau berdasarkan garam-garam terhidrolisis sebagian, garam- garam terhidrolisis total dan garam tidak terhidrolisis. Karena beragamnya cara menafsirkan garam terhidrolisis, maka diperlukan sikap kritis dalam mencermati setiap persamaan reaksi yang diberikan. Sikap kritis ini dapat Anda terapkan ketika berpikir, berdiskusi, atau melakukan percobaan yang berhubungan dengan konsep garam terhidrolisis.

Pemahaman terhadap konsep garam terhidrolisis sangat penting untuk membedakan garam terhidrolisis sebagian, total, atau tidak terhidrolisis. Pemahaman tersebut juga akan membantu Anda untuk mengidentiikasi garam terhidrolisis yang ada dalam kehidupan Anda sehari-hari.

Rangkaian penelaahan konsep hidrolisis garam yang Anda lakukan akan membuka wawasan kognitif (kompetensi inti ketiga, KI-3) mengenai garam yang selama ini masih sangat sempit. Fakta bahwa tidak semua garam ternyata memiliki rasa asin dan tidak semua garam bersifat netral merupakan petunjuk mengenai keanekaragaman dan keunikan ciptaan Tuhan yang tidak dapat dibantah. Selanjutnya, pengetahuan mengenai garam-garam ini akan berimbas pada penguatan kompetensi yang lain seperti keterampilan isik yang mendukung kreativitas belajar (kompetensi inti keempat, KI-4), sikap sosial, seperti saling menerima dan memahami perbedaan, (kompetensi inti kedua, KI-2), dan yang tidak kalah pentingnya adalah sikap religius yang lebih bermakna (kompetensi inti kesatu, KI-1).

Dalam bab ini, Anda telah mempelajari kation-kation dan anion-anion yang dapat dan yang tidak dapat terhidrolisis dalam air, pengaruh hidrolisis ion-ion terhadap keasaman larutan, dan menghitung pH larutan yang mengandung ion-ion yang terhidrolisis. Untuk mengaktualisasi konsep garam-garam terhidrolisis, dalam bab ini juga disajikan praktikum sederhana untuk menentukan pH berbagai jenis garam. Melalui praktikum, maka kebiasaan untuk melakukan diskusi sebagai kegiatan langsung penerapan metode ilmiah dan sikap ilmiah dapat dikembangkan, sehingga interaksi sosial sebagai pengembangan KI-2 dalam pembelajaran kimia, di samping pengembangan KI-1, dapat dibiasakan. Tentu saja, kegiatan praktikum juga mengasah wawasan berpikir kritis (KI-3) dan keterampilan siswa dalam mempersiapkan, mengoperasikan, dan menata peralatan dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menunjang pengungkapan fakta dan perumusan kesimpulan yang mendukung aspek teoretis yang dipelajari (KI-4). Dengan demikian, pembelajaran kimia secara teoretis yang diperoleh di kelas maupun di rumah dapat terintegrasi dengan pengalaman empiris yang diperoleh melalui kegiatan laboratorium maupun pengamatan langsung terhadap fakta-fakta yang dijumpai dalam lingkungan kehidupan sehari-hari.

Pada akhir alangkah baiknya jika Bapak/Ibu guru mengajak siswa untuk merefleksikan hikmah yang dapat diambil dari apa yang telah dipelajari hingga berguna untuk hidup berketuhanan, bersosial, dan berbudaya.

G

Pengayaan Materi

Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, maka pH tanaman harus dijaga pH tanah di daerah pertanian harus disesuaikan dengan pH tanamannya. Oleh karena itu diperlukan pupuk yang dapat menjaga pH tanah agar tidak terlalu asam atau basa. Biasanya, para petani menggunakan pelet padat (NH4)2SO4 untuk menurunkan pH tanah. Garam (NH4)2SO4 bersifat asam, karena ion NH4+ akan terhidrolisis dalam tanah

membentuk NH3 dan H+ yang bersifat asam.

Kita juga sering memakai bayclin atau sunklin untuk memutihkan pakaian kita. Produk ini mengandung kira-kira 5 % NaOCl yang sangat reaktif sehingga dapat menghancurkan pewarna, sehingga pakaian menjadi putih kembali. Garam ini terbentuk dari asam lemah HOCl dengan basa kuat NaOH. Ion OCl - terhidrolisis menjadi HOCl dan OH-, sehingga garam NaOCl bersifat basa.

H

Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan pada Bab VI sebagai berikut.

• Media Visual: Buku Kimia Kelas XI Peminatan karya A. Haris Watoni terbitan Yrama Widya, Lembar Kerja Siswa (LKS).

• Media Audio-Visual: LCD projector, internet • Media Peraga: Alat dan bahan praktikum

I

Bentuk evaluasi

Untuk menguji pemahaman siswa atas materi dalam Bab VI ini, terdapat beberapa bentuk evaluasi, antara lain:

1. Suplemen Uji Mandiri, untuk melatih peserta didik mengerjakan soal secara mandiri. Terdiri atas soal-soal uraian dan soal-soal pilihan ganda. (Contoh format penilaian dapat dilihat pada petunjuk umum halaman 18 - 19)

2. Penilaian diri, teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. (Format penilaian diri dapat dilihat pada buku siswa halaman 278)

3. Tabel Pengamatan, melatih siswa dalam menunjukkan sikap kritis, terampil dan lebih paham mengenai jenis-jenis garam. (Format tabel pengamatan dapat dlihat pada buku siswa halaman 284)

4. Laporan praktikum, untuk menilai keterampilan peserta didik dalam hal melakukan pengamatan, mengumpulkan dan mencatat data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan dari data ketika diadakannya kegiatan praktikum. (Contoh format penilaian dapat dilihat pada petunjuk umum halaman 21)

5. Kegiatan diskusi, bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. (Contoh format penilaian dapat dilihat pada petunjuk umum halaman 20)

6. Kegiatan kajian literatur, mencari informasi referensi lain sebagai landasan teori untuk laporan tugas. (Contoh format penilaian dapat dilihat pada petunjuk umum halaman 19)

7. Tugas mind map digunakan untuk menilai keterampilan peserta didik dalam hal kemampuan memilah, mengingat, berimajinasi, tetap berminat, mengendalikan, dan kreatif dalam pembelajaran. (Contoh format penilaian dapat dilihat pada petunjuk umum halaman 22)

8. Tugas Portofolio, berupa tugas mencari informasi tentang garam baik melalui literatur maupun yang ada di lingkungan dan membuat laporannya. (Contoh format penilaian dapat dilihat pada petunjuk umum halaman 23-24

J

remedial

Jika dari hasil evaluasi masih terdapat siswa yang belum memenuhi standar minimal, maka guru melaksanakan kegiatan remedial. Kegiatan ini diawali dengan remedial teaching, yaitu guru memberi pengulangan untuk materi-materi yang kompetensinya belum tercapai. Setelah itu guru melaksanakan evaluasi kembali dengan memberikan sejumlah soal yang berkaitan dengan bahan ajar yang diremedi.

Contoh soal remedial untuk Bab VI

1. Garam yang dalam air dapat terhidrolisis membentuk larutan dengan pH lebih kecil dari 7 adalah a. NaCl b. Na2CO3 c. NaNO3 d. CH3COONa e. NH4Cl Pembahasan:

Garam yang terhidrolisis dan bersifat asam (pH < 7) adalah garam yang berasal dari Basa lemah + Asam kuat. Jawaban: NH4Cl

2. Dalam larutan terdapat natrium asetat 0,1 mol/L yang mengalami hidrolisis CH3COO– + H

2O  → →  CH3COOH + OH –

Jika tetapan hidrolisis, Kh = 10-9 maka larutan mempunyai pH .... Pembahasan:

Garam berasal dari basa kuat dan asam lemah, ion yang berasal dari yang lemah mengalami hidrolisis menghasilkan OH– OH- CH COO M   = k ×  − = − = − h 3 9 5 10 . .0 1 10 pOH = – log [10–5] pOH = 5 pH = 14 – 5 = 9

Jadi, pH larutan tersebut adalah 9.

3. Jika Kb NH4OH = 10–5, hitunglah pH larutan NH

4Cl 0,1 M! Pembahasan: H NH pH +   = ×

[

]

= × = = = − = − − − − − K K w b 4 14 5 10 5 5 10 10 0 1 10 10 10 5 , log

K

rangkuman

1. Ada empat kemungkinan sifat larutan berdasarkan ion-ion yang terkandung dalam larutan:

a. Jika tidak ada kation maupun anion yang berpengaruh terhadap pH larutan, maka larutan bersifat netral.

b. Jika hanya kation yang berpengaruh terhadap pH larutan, maka larutan bersifat asam. c. Jika hanya anion yang berpengaruh terhadap pH larutan, maka larutan bersifat basa.

d. Jika larutan mengandung anion asam lemah dan kation basa lemah, pH larutan ditentukan oleh kekuatan relatif asam dan basa yang didasarkan pada nilai Ka dan Kb ion-ion.

2. Kation-kation asam konjugat dari molekul basa cenderung sebagai asam lemah.

3. Larutan garam yang mengandung kation-kation asam konjugat dari molekul basa dan anion-anion basa konjugat dari asam kuat akan bersifat asam.

4. Garam-garam yang mengandung sedikit kation-kation logam bermuatan besar dan basa konjugat dari asam-asam kuat juga menghasilkan larutan asam.

5. Ion-ion dengan ukuran yang relatif besar, apalagi dengan muatan yang rendah, tidak mengalami hidrolisis.

6. Hidrolisis kation menghasilkan ion H+ atau H

3O

+; hidrolisis anion menghasilkan ion OH.

7. Sifat asam-basa larutan garam yang terbentuk dari reaksi antara asam lemah dengan basa lemah dapat diramalkan sebagai berikut:

a. Kb > Ka. Jika Kb anion lebih besar daripada Ka kation, maka larutan akan bersifat basa, karena anion akan terhidrolisis lebih kuat daripada kation. Pada kesetimbangan, [OH–] > [H+].

b. K

b < Ka. Sebaliknya, jika Kb anion lebih kecil daripada Ka kation, maka larutan akan bersifat

asam, karena kation akan terhidrolisis lebih kuat daripada anion. c. Kb Ka. Jika Ka sama dengan Kb, larutan akan bersifat netral.

L

Penutup

Pembelajaran mengenai garam-garam terhidrolisis menambah wawasan siswa mengenai tingkat keasaman larutan garam. Dengan pemahaman ini, siswa mengetahui bahwa ternyata tidak semua garam bersifat netral. Reaksi hidrolisis juga menjadi pengantar untuk memahami pembentukan senyawa kompleks berwarna dengan molekul air sebagai ligan, sehingga siswa memahami mengapa beberapa ion logam dalam air membentuk senyawa berwarna. Reaksi hidrolisis kation-kation dan anion-anion dapat pula dipandang sebagai reaksi asam-basa menurut teori Brønsted-Lowry maupun teori Lewis.

Dalam dokumen buku peminatan guru kimia kelas xi (Halaman 140-145)

Dokumen terkait