• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pendidikan Akhlak bagi Penuntut Ilmu dalam Kitab Syarah

5. Bersifat Wara’ dalam Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “ Wara’” adalah patuh dan taat kepada Allah SWT: kita harus menjauhi segala larangan-Nya.29 Menurut sebagian ulama, wara’ adalah meninggalkan segala sesuatu yang membuat anda ragu, menepis segala sesuatu yang dapat menodai

anda, memilih hal yang lebih meyakinkan.” Tingkatan wara’ dibagi menjadi tiga:

a. Wajib, yakni meninggalkan semua perkara yang diharamkan, Ia ditujukan kepada semua orang.

b. Mandub (dianjurkan), yakni menjauhi semua perkara subhat, ia ditujukan kepada golongan pertengahan.

c. Fadhilah (keutamaan), yakni mencegah diri dari mengambil hal-hal mubah terlalu banyak dan mencukupkan kepada kebutuhan pokok

28

Mahmud Al-Misri, Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, (Jakarta: Pena Budi Aksara, 2009), h. 268

29

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 556

yang sangat minim. Ia hanya dimiliki oleh para nabi, orang-orang jujur, orang-orang mati syahid, dan orang-orang yang sholeh.30 Selama orang yang mencari ilmu itu lebih bersifat wara’ maka

ilmunya akan lebih bermanfaat, lebih mudah belajarnya dan memperoleh faedah yang lebih banyak.

Sebagaimana dalam syarah Ta’lim al-Muta’alim dijelaskan

Ada tiga bahaya yang akan menimpa orang yang tidak wara di dalam waktu belajar yaitu:

1. Allah mematikannya di masa mudanya, dan ini sebagai qadla mu’allaq.

2. Diberi kedudukan di peloksok, yaitu di desa bersama orang-orang bodoh.

3. Diuji mentalnya menjadi pegawai pemerintah berkhidmat kepada raja, maka tersia-sialah ilmu yang dihasilkannya.

30

Mahmud Al-Misri, op. cit., h. 486

31

Di antara wara dalam belajar hendaknya selalu menghindari kenyang dan menjauhi banyak tidur. Bahkan jangan sampai banyak membicarakan ilmu yang tidak bermanfaat. Karena banyak membahsa sesuatu ilmu yang tidak bermanfaat merupakan senda gurau saja dan menyia-nyiakan umur. Hendaknya menjaga diri jangan sampai memakan-makanan pasar jika mampu menjaga diri darinya. Sebab makanan pasar mudah sekali terkena najis dan kotoran, dapat menjauhkan diri dari mengingat Allah swt, dan lebih dekat kepada lupa sehingga menjadi pelupa.32

Adapula di antara sikap wara bagi penuntut ilmu yaitu: 1. Menjauhi orang-orang yang sembarang prilakunya. 2. Menjauhi orang-orang yang biasa berbuat kerusakan. 3. Menjauhi orang-orang yang biasa berbuat maksiat.

4. Menjauhi orang-orang yang suka menganggur, sebab hal itu semua dapat menular.

5. Membiasakan duduk menghadap kiblat.

6. Ucapan, sikap dan perbuatan mengikuti sunnah Nabi saw. 7. Memohon doa ahli kebaikan, para ulama dan shalihin.

8. Menjaga diri dari doa orang yang teraniaya, sebab berdasarkan hadis shohih doa orang yang teraniaya itu mustajab.

Sebaiknya juga penuntut ilmu jangan sampai mengabaikan dan jangan malas melakukan tata kesopanan dan kesunahan dalam belajar. Sebab siapa yang mengabaikan tata kesopanan, maka ia terhalang dari beberapa kefardluan. Dan siap yang mengabaikan kefardluan, maka ia terhalang dari pahala akhirat, yaitu pahala yang dijanjikan kepada orang yang ahli melakukan kefardluan. Menurut ulama penjelasan ini adalah merupakan hadits dari Rasulullah saw.

32

Ibrahim bin Ismail, Petunjuk Menjadi Cendikiawan Muslim, Terj. Syarah Ta’lim al

Dan penuntut ilmu juga sebaiknya agar senantiasa membawa buku pada setiap saat untuk mencatat masalah-masalah atau keterangan apa saja yang perlu di catat, agara dikesempatan lain dapat di telaah. 33

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Nasyir r.a berkata, aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya perkara yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas, namun di antara keduanya itu ada perkara yang samar (tidak jelas) yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Maka barang siapa yang memelihara dirinya dari perkara syubhat itu, maka berarti dia telah membersihkan/memelihara agama dan kehormatannya. Dan barang siap yang telah terjerumus pada perkara syubhat, maka ia telah terjerumus pada yang haram. Ia seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di aderah yang terlarang karena khawatir ia akan masuk ke dalamnya. Ingatlah bahwa setiap raja itu mempunyai aturan dan larangan, dan larangan allah adalah apa yang diharamkannya. dan ingatlah bahwa sesungguhnya di dalam tubuh itu terdapat segumpal daging yang apabila daging itu baik, maka akan baguslah seluruh tubuhnya, dan apabila ia buruk, maka akan buruk pulalah seluruh tubuhnya. Ingatlah ia adalah kalbu (hati).” (H.R. Bukhari

dan Muslim) 34

33

Ibid, h. 86-89 34

Syaikh Yahya bin Syarifuddin An Nawawi, Arba’in an-Nawawi, (Jakarta: CV Wangsamerta), h. 22-24

Jadi penuntut ilmu itu harus berhati-hati dalam memilih sesuatu apapun dari yang haram dan jangan berani untuk maju kepada sesuatu yang bisa membawa kepada yang haram. Oleh karena itu penuntut ilmu harus menjaga apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Keduanya ini harus benar-benar terjaga untuk mentaati. Dan penuntut ilmu pun harus tekun mengerjakan sholat dan memeliharanya dengan mengingat Allah dan mengagungkannya. Karena shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana Allah berfirman:

                                           



“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Al-Ankabut:45)35

Maksud ayat di atas adalah pada dasarnya hakikat shalat adalah mengajak manusia untuk mencegah dirinya dari melakukan perbuatan yang keji dan munkar. Dan di dalam surat ini juga Allah mengingatkan kepada kita agar selalu membaca kitab suci Al-Qur’an karena di dalam Al

-Qur’an terdapat petunjuk hidup, pembeda antara hak dan bathil, penenang jiwa dan rahmat bagi seluruh alam. Dan Allah pun mengingatkan kita untuk selalu berdzikir mengingat-Nya.

35

Tim Penyususn, Al-Qur’an dan Terjemahnya, surat al-Ankabut ayat 45, (Jakarta: Pustaka Al-Fatih, 2009), h. 401

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari rangkaian pembahasan dan beberapa uraian di atas, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pendidikan akhlak haruslah mendasarkan pada nilai religius, bukan justru anti nilai agama. Pemahaman umum yang diyakini kebanyakan pendidik, pendidikan Akhlak adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan menepikan nilai agama.

Syeikh Ibrahim bin Ismail, penulis kitab Syarah Ta’lim al-Muta’allim Thariq al-Ta’allum, menekankan aspek nilai adab, baik adab batiniyah maupun adab lahiriyah, dalam pembelajaran. Kitab ini mengajarkan bahwa, pendidikan bukan sekedar transfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan (skill), namun paling penting adalah transfer nilai adab. Kitab yang populer di pesantren-pesantren Indonesia ini memaparkan konsep pendidikan Islam secara utuh, tidak dikotomis.

Dalam kitab Syarah Ta’lim al-Muta’allim, Syeikh Ibrahim bin Ismail merumuskan sejumlah metode penting dalam pembentukan akhlak (karakter), yang mencakup adab batin dan lahir. Pertama, metode ilqa’ al-nasihah (pemberian nasehat). Nasihat diberikan berupa penjelasan tentang prinsip haq dan batil. Untuk itu, disyaratkan guru harus terlebih dahulu membersihkan diri dari sifat-sifat tercela agar nasihat yang diberikan membekas dalam jiwa anak didik dan pemberian nasehat harus dengan kesan yang baik, bijak, dan bahasa yang mudah dimengerti. Kedua, metode Mudzakarah (saling mengingatkan). Ketiga, strategi pembentukan mental jiwa. Dalam metode ini ditekankan beberapa aspek yaitu; niat, mengagungkan ilmu dan ahi ilmu, keseriusan, ketekunan dan cita-cita yang luhur, menjaga sifat wara’, istifadah

(mengambil faedah guru), dan tawakkal.

B. Saran

1. Bagi pelajar sebaiknya memperhatikan karakter/akhlak yang harus ia miliki ketika belajar, seperti bersungguh-sungguh dalam, menghormati guru, sabar dan tawakal kepada Allah SWT dalam belajar karena karakter/akhlak itu yang dapat menunjang keberhasilan dalam menuntut ilmu. Sehingga ilmu yang didapatkan bermanfaat.

2. Masyarakat sebaiknya juga harus memperhatikan karakter/akhlak bagi para pelajar, dengan cara memberikan teladan dan pembiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

3. Bagi guru dan orang tua juga harus menekankan dan memperhatikan pendidikan karakter/akhlak dengan cara memantau perkembangan para pelajar agar para pelajar tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Pihak sekolah juga harus memperhatikan akhlak/karakter para pelajarnya dengan cara mengadakan kegiatan-kegiatan yang membangun akhlak/karakter.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Haikal. Akhlak Belajar dalam Kitab Ta’lim al-Muta’alim, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012

Ali, Mohammad Daud. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008

Ansori. Konsep Profil Guru PAI Menurut Az-zarnuji dalam Kitab Ta’lim Muta’alim, Skripsi Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013

Basleman, Anisah. dan Mappa, Syamsu. Teori Belajar Orang Dewasa, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011

Djamarah, Bahri Syaiful. dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Echols, John M. dan Shadily Hassan, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1976

Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2012

Al-Haidari, Sayyid Kamal. Jihad Akbar: Menempa Jiwa, Membina Ruhani, Terj. Dari At-Tarbiyyah ar-Ruhaniyyah: Buhuts Fi Jihad an-Nafs oleh Irwan Kurniawan, Bandung: Pustaka Hidayah, 2003

Hanifah, Evi. Istilah Nilai, Karakter, Akhlak, Moral, Budi Pekerti dan Etika, diakses 6 April 2014, (hanivie.wordpress.com)

Haryanto. Pengertian Pendidikan Menurut Ahli, 2012, artikel diakses 16 Maret 2014 (http://www.Belajarpsikologi.com).

Hasan, Purwakania Aliah B. Pengantar Psikologi Kesehatan Islam, Jakarta: Rajawali Pres, 2008

Ibrahim bin Ismail, Petunjuk Menjadi Cendikiawan Muslim, Terj. Syarah Ta’lim al

-Muta’allim oleh Ali Chasan Umar, Semarang: PT Karya Toha, 2000

Ibrahim bin Ismail, Syarah Ta’lim al-Muta’alim, Al-Haramain: t.p., 2006

Istiqomah, Nur Euis. Persamaan dan Perbedaan Pendidikan dan Pengajaran, 2011,diakses17Maret2014(http://www.secarikcatatansangpenyairkecil.blogsp ot.com/2011/05/Persamaan-dan-perbedaan-Pembelajaran.htm )

Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung: PT Refika Aditama, 2010

Kristin, Laura. Makalah Kewarganegaraan, di akses 14 Januari 2014 (http://laurasimorangkir.blogspot.com/2013/04/10-perbedaan-pendidikan-dan-pengajaran.html)

Kusnaedi. Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Panduan Untuk Guru dan Orang tua, Bekasi: Duta Media Tama, 2013

Lickona, Thomas. Education For Character, Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Majid, Abdul. dan Andayani, Dian. Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Al-Misri, Mahmud. Ensiklopedia Akhlak Muhammad SAW, Jakarta: Pena Budi Aksara, 2009

Moleong Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014

Mudlorif, Ali. Pendidikan Karakter: konsep dan Aktualisasinya dalam Sistem Pendidikan Islam, Nadwa Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7, 2013

Al-Musawi, Khalil. Bagaimana Membangun Kepribadian Anda: resep-resep sederhana dan mudah membentuk kepribadian Islam sejati, Jakarta: Lentera, 1999

Mulyasa, E. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011

An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Ter. Ushul al-Tarbiyyah Islamiyyah wa aslubiha fil Baiti wa al-Madrasati wa

al-Mujtama’, oleh Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press, 1995

Narwanti, Sri. Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Familia, 2011 Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf, Jakarta: Rajawali Pers, 2012

An-Nawawi. Terjemah Riyadhus Shalihin, Terj. Dari Riyadhus Shalihin, oleh Musclich Shabir, Semarang: Toha Putra, 1981

Samani, Muchlas. dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kecana, 2008

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, Persada, 2000

Schwartz, Merle J. Effective Character Education: A Guidebook For Future Educators, tt.p: Beth Mejia, t.t.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012

Sulhan, Najib. Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa, Surabaya: Jaring Pena, 2011

Suyadi. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013

Suyono. dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Syafri, Ulil Amri. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Jakarta: Rajawali Pers, 2012

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008

Tim Penyususn. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Pustaka Al-Fatih, 2009

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007

Yahya bin Syarifuddin An Nawawi. Arba’in an-Nawawi, Jakarta: CV Wangsamerta Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Hidakarya Agung, 1992

Al-Zarnuji. Pedoman Belajar Pelajar dan Santri (Terjemahan Ta’lim al-Muta’alim) penerjemah: Noor Aufa Shiddiq, Surabaya: Al-Hidayah, t.t

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011

Zurinal, Z. dan Sayuti, Wahdi. Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: Jakarta Press, 2006

Dokumen terkait