• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Isi

Struktur Bertani Padi a) Menanam b) Mengolah c) memanen

a) Makna dan fungsi b) Nilai dan norma c) Kearifan lokal

Nilai dan norma budaya yang dapat diterapkan atau yang masih dimanfaatkan oleh komunitas untuk menata kehidupan sosial secara arif dan perlu digali serta dilestarikan.

2.2.2 Antropolinguistik

Istilah Antropolinguistik sering dibedakan dengan Linguistik Antropologi. Yang pertama lebih menekankan pemahaman antropologi dibanding linguistik, sementara yang kedua lebih menitikberatkan linguistik daripada antropologi.

Hubungan bahasa dengan kebudayaan erat sekali. Bahasa adalah bagian kebudayaan. Hal ini saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Oleh karena itu yang mendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa.

Antropolinguistik adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, dipihak lain kebudayaan yang “menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian terjalin hubungan timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan.

Dalam kebudayaan bahasa menduduki tempat yang unik dan terhormat. Selain sebagai unsur kebudayaan, bahasa juga berfungsi sebagai sarana terpenting dalam pewarisan, pengembangan dan penyebarluasan kebudayaan.

Cakupan kajian yang berkaitan dengan bahasa sangat luas karena bahasa mencakup hampir semua aktifitas manusia. Hingga akhirnya linguistik memperlihatkan adanya pergerakan menuju kajian yang bersifat multidisiplin, salah satunya adalah antropologi linguistik. Antropologi linguistik biasa juga disebut etnolinguistik menelaah bukan hanya dari strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi sosial budaya. Kajian antropologi linguistik antara lain menelaah struktur dan hubungan kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada situasi tertentu seperti pada upacara adat, lalu menghubungkannya dengan konsep kebudayaannya.

Sebagai bidang interdisipliner, ada tiga bidang kajian antropolinguistik, yakni studi mengenai bahasa, studi mengenai budaya, dan studi mengenai aspek lain dari kehidupan manusia, yang ketiga bidang tersebut dipelajari dari kerangka kerja linguistik dan

antropologi. Kerangka kerja linguistik didasarkan pada kajian bahasa dan kerangka kerja antropologi didasarkan pada kajian seluk-beluk kehidupan manusia.

Antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa. Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat seperti peranan bahasa di dalam mempelajari bagaimana hubungan keluarga diekspresikan dalam terminologi budaya, bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain dalam kegiatan sosial dan budaya tertentu, dan bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang dari budaya lain, bagaimana cara seseorang berkomunikasi dengan orang lain secara tepat sesuai dengan konteks budayanya, dan bagaimana bahasa masyarakat dahulu sesuai dengan perkembangan budayanya; (Sibarani 2004: 50).

Dengan mendengar istilah antropolinguistik, paling sedikit ada tiga relasi penting yang perlu diperhatikan. Pertama, hubungan antara satu bahasa dengan satu budaya yang bersangkutan. Yang berarti bahwa ketika mempelajari suatu budaya, kita juga harus mempelajari bahasanya, dan ketika kita mempelajari bahasanya kita juga harus mempelajari budayanya. Kedua, hubungan bahasa dengan budaya secara umum yang berarti bahwa setiap ada satu bahasa dalam suatu masyarakat, maka ada satu budaya dalam masyarakat itu. Bahasa mengindikasikan budaya, perbedaan bahasa berarti perbedaan budaya atau sebaliknya. Ketiga, hubungan antara linguistik sebagai ilmu bahasa dengan antropologi sebagai ilmu budaya; (Sibarani 2004:51).

Kajian Antropolinguistik terhadap tradisi lisan dimulai dari unsur-unsur non-verbal. Struktur dan formula unsur verbal dan non verbal tradisi lisan dapat dijelaskan melalui pemahaman struktur teks dan konteksnya sehingga pemahaman bentuk juga menjadi pemahaman performansi tradisi lisan. Dengan kata lain, antropolinguistik mempelajari teks dan performansi tradisi lisan dalam kerangka kerja antropologi, mempelajari konteks budaya, konteks ideologi, konteks sosial, dan konteks situasi tradisi lisan dalam kerangka kerja linguistik. Disamping bertujuan menemukan formula yang dirumuskan dari struktur teks dan konteks (bentuk) tradisi lisan, antropolinguistik menggali nilai, norma, dan kearifan lokal (isi) tradisi lisan serta berupaya merumuskan model penghidupan kembali, pengelolaan, dan proses pewarisan (revitalisasi) tradisi lisan. Nilai dan norma budaya tradisi lisan dan ditemukan makna dan fungsinya. Dari makna dan fungsi bagian-bagian tradisi lisan serta

makna dan fungsi keseluruhan tradisi lisan sebagai wacana yang lengkap akan dapat diungkapkan nilai dan norma sebuah tradisi lisan melalui proses interpretasi yang dikaitkan dengan konteksnya;. (Sibarani 2012:305).

Kajian Antropolinguistik terhadap tradisi lisan dimulai dari unsur-unsur non-verbal. Struktur dan formula unsur verbal dan non verbal tradisi lisan dapat dijelaskan melalui pemahaman struktur teks dan konteksnya sehingga pemahaman bentuk juga menjadi pemahaman performansi tradisi lisan.

Dengan kata lain, antropolinguistik mempelajari teks dan performansi tradisi lisan dalam kerangka kerja antropologi, mempelajari konteks budaya, konteks ideologi, konteks sosial, dan konteks situasi tradisi lisan dalam kerangka kerja linguistik. Disamping bertujuan menemukan formula yang dirumuskan dari struktur teks dan konteks (bentuk) tradisi lisan, antropolinguistik menggali nilai, norma, dan kearifan lokal (isi) tradisi lisan serta berupaya merumuskan model penghidupan kembali, pengelolaan, dan proses pewarisan (revitalisasi) tradisi lisan. Nilai dan norma budaya tradisi lisan dikristalisasi dan ditemukan makna dan fungsinya. Dari makna dan fungsi bagian-bagian tradisi lisan serta makna dan fungsi keseluruhan tradisi lisan sebagai wacana yang lengkap akan dapat diungkapkan nilai dan norma sebuah tradisi lisan melalui proses interpretasi yang dikaitkan dengan konteksnya; (Sibarani 2012:305).

Parameter antropolinguistik harus diterapkan, yakni (1) keterhubungan

(interconnection),(2) kebernilaian (cultural values), dan (3) keberlanjutan (continuty).

Keterhubungan itu mungkin hubungan linier yang secara vertikal atau hubungan normal yang secara horizontal. Hubungan formal berkenaan dengan struktur bahasa atau teks dengan konyeks (stuasi, budaya, sosial, ideologi) dan ko-teks (paralinguistik, gerak-isyarat, unsur-unsur material) yang berkenaan dengan stuktur alur seperti performansi. Kebernilaian memperlihatkan makna dan fungsi, sampai kenilai atau norma, serta akhirnya sampai pada kearifan lokal aspek-aspek yang diteliti. Keberlanjutan memperlihatkan keadaan objek yang diteliti dan pewarisnya pada generasi berikutnya (Sibarani, 2004: 64).

Nilai dan norma budaya yang dapat diterapkan atau yang masih dimanfaatkan oleh komunitas untuk menata kehidupan sosial secara arif perlu digali, dilestarikan, dan bahkan direvitalisasi. Antropolinguistik berupaya menggali dan mengkaji kearifan lokal berdasarkan hubungan struktur teks, ko-teks, dan konteks dalam suatu peristiwa atau performansi tradisi lisan atau tradisi budaya. Nilai dan norma budaya yang dirumuskan dari hubungan struktur

teks, ko-teks, dan konteks dalam suatu peristiwa atau performansi mengindikasikan bahwa nilai dan norma budaya tradisi lisan sebagai cerminan realitas sosial. Kearifan lokal sebagai praktik budaya merupakan cerminan realitas (Duranti, 1997:25) dan (Folley, 1997:16). Bahasa akan dapat menggambarkan cara berpikir sebagai cerminan realitas sosial.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keragaman suatu kebudayaan sangat dipengaruhi oleh keragaman ekologi dankeragaman ekosistem dimana suatu komunitas tersebut berada. Beragamnya keadaan tersebutakan mengkondisikan masyarakat dan pemanfaatan sumber daya alam pada lingkungandi mana mereka tempati. Sebagai komponen lingkungan, tumbuhan secara langsungmempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat, khususnyauntuk bahan pangan. Pangan untuk kebutuhan jasmani.

Kearifan lokal budaya masyarakat di suatu daerah tertentu dapat dilihat sejauh manamasyarakat itu mampu menangkap simbol yang dimaksudkan oleh alam tumbuh-tumbuhanuntuk dapat dimanfaatkan dalam upacara ritual. Simbol-simbol yang ada cenderung untuk dimengerti oleh warganya berdasarkan atas konsep atau nilai-nilai yang mempunyai arti luhurdalam jangka yang panjang.

Tradisi bertani padi pada hakikatnya merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah dan di berbagai etnik di Indonesia dengan berbagai variasi istilah dan penerapannya. Meskipun istilah dan penerapannya bervariasi, pada hakikatnya semua yang menyangkut tradisi menanam padi selalu berkaitan dengan ritual-ritual uapacara adat dan gotong royong.

Pangan pokok adalah makanan yang dijadikan sebagai makanan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat setempat.Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Baktiraja ini di setiap desa tersebar berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan pangan.

Padi merupakan tumbuhan yang sangat dimuliakan oleh masyarakat etnis Batak Toba.Sejak dahulu dari awal penanaman padi sampai hasil panennya masyarakat memiliki ritua-ritual tertentu ketika sulit mendapatkan beras untuk dimakan.Terdorong untuk memenuhi kebutuhan akan jasmaninya, maka masyarakat berusahauntuk memanfaatan tumbuhan yang ada di sekitarnya.

Dalam hal ini pemanfaatan tumbuhan untuk pangan oleh masyarakat etnis Batak Toba diperoleh melalui pewarisan orangtua kepada anak-anaknya melalui pengolahan bahan-bahan pangan sumber karbohidrat tersebut setiap harinya. Masyarakat di Kecamatan Baktiraja memiliki banyak keanekaragaman pangan, masyarakatnya masih tergolong tradisional karena masih ada masyarakat yang mengkonsumsi pangan selain padi.Sekarang kearifan lokal menanam padi sudah semakin memudar karena kemajuan tekhnologi yang semakin maju dan semakin majunya pemikiran masyarakat saat ini.

Kegiatan tradisi bertani padi ini harus tetap dilaksanakan pada kehidupan masyarakat agar hasil mata pencaharian tetap ada dan kearifan lokal ritual menanam padi tetap ada sampai seterusnya. Hal ini pulalah yang melatarbelakangi penulis meneliti tradisi menanam padi di daerah Baktiraja. Walaupunsudah memudar tapi sampai saat ini masih ada dijalankan upacara atau tradisi menanam padi dan teknik pengolahan padinya pun masih tradisional di daerah Baktiraja.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting bagi pembuatan proposal skripsi ini, karena dengan adanya perumusan masalah ini maka deskripsi masalah akan terarah sehingga hasilnya dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Masalah merupakan suatu bentuk pertanyaan yang memerlukan penyelesaian atau pemecahan. Perumusan masalah biasanya berupa kalimat pertanyaan yang dapat menarik dan menggugah perhatian.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tahapan bertani padi pada masyarakat Batak Tobadi Baktiraja?

2. Ritual-ritual dan mantraapa yang terdapat pada sistem bertani padi pada masyarakat Batak Tobadi Baktiraja ?

3. Kearifan lokal apa yang terdapat dalam tradisi bertani padi pada masyarakat Batak Tobadi Baktiraja?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan tahapan bertani padi pada masyarakat etnis Batak Toba di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Mendeskripsikan ritual-ritual dan mantra bertani padi masyarakat etnis Batak Toba di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Mendeskripsikan kearifan lokal etnis Batak Toba terhadap tradisi bertani padi di Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tradisi mata pencaharian menanam padi akan memberikan manfaat bagi masyarakat dan manfaat teoritis tradisi lisan. Manfaat bagi masyarakat berkenaan dengan memungkinkan hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam masyarakat untuk meningkatkan partisipasi msyarakat dalam membangun dan tetap melestarikan tradisi menanam padi, sedangkan manfaat teoritis berkenaan pada bidang keilmuan.

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sebagai refrensi kepustakaan khususnya mengenai Kearifan Lokal bertani padi pada masyarakat Batak Toba.

2. Bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi generasi muda untuk memotivasi mereka mengenai tradisi bertani padi.

3. Bermanfaat bagi orang tua mengajarkan tradisi bertani padi pada generasi muda, dan bermanfaat untuk tetap menjaga kearifan lokal tradisi menanam padi.

4. Dokumentasi kearifan lokal dalam hal mata pencaharian bertani padi pada Departeman Sastra Daerah FIB USU.

ABSTRAK

Berliana Beata Nababan, 2015. Judul skripsi: Kearifan Lokal Tradisi Bertani Padi Pada Masyarakat Batak Toba Di Baktiraja Kajian : Antropolinguistik. Terdiri dari 5 bab.

Dalam penelitian ini penulis membahas tentang KEARIFAN LOKAL TRADISI BERTANI PADI PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BAKTIRAJA KAJIAN: ANTROPOLINGUISTIK. Masalah dalam penelitian ini adalah tahapan menanam padi, ritual-ritual bertani padi pada masyarakat Batak Toba di Baktiraja dan kearifan lokal bertani padi.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan-tahapan menanam padi, upacara-upacara adat dalam menanam padi, serta kearifan lokal yang terdapat dalam menanam padi.

Metode yang dipergunakan dalam menganalisis masalah penelitin ini adalah metode kualitatif dengan teknik penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan teori tradisi lisan dan antropolinguistik. Adapun tahapan menanam padi yaitu meliputi: menanam, mengolah, memanen. Dan nilai kerifan lokal dalan tradisi bertani padi ini meliputi: kearifan lokal bergotong royong, saling membantu, saling tolong menolong, nilai dari kebersamaan, saling menghargai, nilai bertanggung jawab dan saling bekerja sama.

KEARIFAN LOKAL TRADISI BERTANI PADI PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI BAKTIRAJA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK

SKRIPSI SARJANA

DISUSUN OLEH

NAMA : BERLIANA BEATA NABABAN

NIM : 110703017

Dokumen terkait