• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS TEMATIK DALAM LIRIK LAGU PADA ALBUM

3.2 Bertema Kesedihan (Elegi)

Metafora bertema kesedihan isinya menyatakan duka, ditinggal mati (Hermintoyo, 2014:122). Lirik lagu bertema kesedihan (elegi) tidak hanya lagu yang menceritakan tentang rasa duka atas meninggalnya orang terkasih, namun

dapat juga menceritakan tentang rasa duka karena ditinggal pergi atau dikhianati oleh orang yang dicintai, atau tentang pengalaman-pengalaman pahit yang pernah dialami, atau dapat tentang penyesalan akan masa lalu. Di dalam objek penelitian ini, peneliti menemukan sebuah lagu bertemakan elegi yaitu lagu yang berjudul Shiori. Dalam bahasa Indonesia, shiori(しおり)memiliki arti pembatas buku.

Berikut merupakan pembacaan heuristik lirik lagu Shiori.

Pembacaan heuristik bait 1 :

Keluar dari jalan yang terbentang di sepanjang tepi sungai, tinggal sedikit lagi hingga (menuju) menara jam. Di sekitar sini lah (tempat) dimana aku memberi tahu cara (teknik) bersiul kepadamu yang tidak pandai melakukannya.

Sesuai dengan judulnya lagu ini diibaratkan sebuah buku, dan bait pertama ini merupakan salah satu bagian dari halaman-halaman awal buku tersebut. Seperti yang diungkapkan dalam pembacaan heuristik di atas, diceritakan mengenai suatu hari saat dua orang berjalan beriringan dari suatu tempat, menuju ke suatu tempat lainnya. Tempat yang dituju tersebut diceritakan terdapat sebuah menara jam, dan tempat yang biaanya terdapat menara jam di dalamnya adalah taman atau stasiun. Dalam lagu ini, tempat yang dituju tersebut adalah stasiun (diceritakan pada bait 3). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya sedang dalam perjalanan pulang, dan kegiatan ini menjadi sebuah rutinitas atau kebiasaan dalam keseharian mereka.

Kemudian, di sepanjang perjalanan tersebut diceritakan bahwa salah satu dari kedua orang tersebut mengajarkan cara bersiul kepada seorang lainnya yang tidak pandai melakukannya. Biasanya, kegiatan mengajarkan sesuatu kepada

orang lain seperti yang diceritakan bait pertama ini, dilakukan apabila jarak atau hubungan di antara kedua orang tersebut sudah sangat dekat atau akrab. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua orang yang diceritakan pada lagu ini kemungkinan adalah sahabat atau sepasang kekasih.

Selanjutnya, terdapat satu buah ikon yang juga merupakan sebuah simbol dalam baris ini yaitu kata menara jam (時計台/tokei dai).

(10) 川沿いに伸びる小道を抜け

あの時計台まであと少し

Kawazoi ni nobiru komichi wo nuke Ano tokeidai made ato sukoshi

Keluar dari jalan terbentang di sepanjang tepi sungai Tinggal sedikit lagi hingga menara jam

Tidak hanya pada baris ini aja, kata menara jam merupakan kata yang seringkali diulang dalam lagu ini. Hal ini menandakan, bahwa kata ini mengandung makna khusus di dalamnya.

Apabila mendengar kata menara, yang terlintas dalam pikiran adalah sebuah bangunan yang memiliki tinggi melebihi bangunan di sekitarnya, sehingga bangunan ini terlihat mencolok dan dapat segera terlihat meskipun dari kejauhan. Menara bisanya dibangun untuk keperluan pemantauan, pengamatan,

pencahayaan, atau sebagai bangunan momentum (dibangun untuk

memperingati/menandai suatu peristiwa bersejarah atau suatu tempat).

Lalu yang disebutkan dalam lagu ini adalah menara jam. Saat mendengar kata jam, yang terbersit dalam pikiran adalah penunjuk waktu (pukul). Sehingga menara jam adalah bangunan tinggi sebagai penunjuk waktu. Biasanya menara

jam ini terdapat di sebuah taman atau stasiun supaya orang-orang dapat dengan mudah mengetahui waktu saat itu Namun dalam lagu ini, menara jam memiliki makna lain selain makna sebenarnya. Waktu yang dimaksud tidak hanya menunjukkan pukul saja, tetapi juga menuju ke dalam konteks aliran waktu seperti hari ini, besok, masa depan, atau masa lampau. Dalam bait ini waktu menunjukkan masa lampau. Sehingga menara jam pada lagu ini memiliki dua buah makna. Makna yang pertama adalah menara jam dalam arti sebenarnya yang menjadi tempat penuh kenangan di masa lalu kedua orang dalam lagu. Lalu makna yang kedua adalah menara jam sebagai sebuah metafora yang tergolong dalam private symbol yang memiliki makna menandakan sebuah peristiwa penting atau kenangan yang membekas di masa lampau.

Selanjutnya menara jam sebagai ikon. Di negara Jepang, menara jam seringkali ditemukan di tempat-tempat umum atau fasilitas umum seperti taman, perpustakaan, sekolah atau stasiun. Bahkan ada beberapa tempat umum atau fasilitas umum dengan menara jam yang unik sehingga menjadi identitas dari tempat tersebut. Banyaknya menara jam di tempat umum atau fasilitas umum di Jepang, dikarenakan masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang sangat taat waktu, sehingga keberadaan alat penunjuk waktu di tempat umum sangatlah penting dan dibutuhkan. Oleh karena itu, menara jam merupakan ikon tempat umum dan juga sebagai ikon budaya taat waktu masyarakat Jepang.

Pembacaan heuristik bait 2 :

(Aku terus bertanya-tanya kepada diriku sendiri), sudah berapa kali kah bumi ini berputar (Sudah berapa lamakah waktu berjalan), sejak aku memutuskan untuk membakar bingkai lukisan berhiaskan kenangan ini?

Pada bait ini tidak ditemukan adanya ikon, namun hampir keseluruhan dari bait ini merupakan kalimat metafor dan merupakan sebuah simbol.

(11) 思い出を飾る額縁なんて 燃やしてしまおうと決めてから

もう地球は何周目だ

Omoide o kazaru gakubuchi nante moyashite shimaou to kimete kara Mou chikyuu wa nanshuume da

Sejak aku memutuskan untuk membakar bingkai lukisan berhiaskan

kenangan ini,

Sudah berapa kalikah bumi ini berputar?

Pada bait di atas, terdiri dari dua buah frasa yang mengandung metafor. Frasa pertama terdapat kata bingkai lukisan berhiaskan kenangan. Bingkai, adalah benda yang terbuat dari kayu atau rotan, namun ada juga yang terbuat dari bahan besi, memiliki berbagai macam bentuk seperti persegi, persegi panjang atau oval, yang dipasang mengelilingi sebuah benda agar benda tersebut kuat dan dapat dijadikan sebagai hiasan. Biasanya benda yang dipasang dengan bingkai adalah foto, gambar atau lukisan.

Namun kata bingkai lukisan pada bait ini bukan ningkai lukisan dalam arti yang sebenarnya. Frasa ini merupakan metafor yang termasuk ke dalam blank symbol. Bingkai lukisan dalam bait ini diceritakan berhiaskan kenangan. Sehingga

yang dimaksud frasa ini sebenarnya adalah ingatan atau kenangan masa lalu yang sangat berharga hingga dijaga dengan benar-benar agar selalu tersimpan dalam ingatan dan tidak dengan mudah hancur atau dilupakan. Tetapi dalam bait ini, sang tokoh aku justru memutuskan untuk “membakar” ingatan berharga yang sudah ia jaga dengan baik-baik. Kata membakar dalam bait ini memiliki makna

menghancurkan hingga tidak bersisa lagi, dengan kata lain melupakan ingatan tersebut.

Selanjutnya adalah frasa “Sudah berapa kalikah bumi ini berputar?”. Frasa ini merupakan sebuah blank symbol karena kata-kata seperti ini sering digunakan untuk mengungkapkan waktu yang dilalui, waktu yang berjalan, atau waktu yang berlalu.

Berdasarkan penjelasan di atas, bait ini menjelaskan tentang sang tokoh dalam lagu yang berusaha untuk melupakan sebuah ingatan atau kenangan berharga dalam dirinya, karena sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya. Sesuatu yang dialaminya hingga membuatnya ingin melupakan kenangan yang berharga tersebut kemungkinan merupakan sesuatu yang menyakitkan atau tidak menyenangkan. Bisa saja sesuatu tersebut adalah karena ia dikhianati atau ditinggalkan oleh orang terdekatnya atau dalam lagu ini adalah kekasihnya. Kemudian karena merasakan sakit, ia memutuskan untuk melupakan ingatan beserta sosok yang hadir dalam setiap ingatan tersebut.

Namun meski telah berusaha, ternyata ia masih tidak dapat melupakannya. Sehingga membuatnya bertanya-tanya pada dirinya sendiri sudah berapa lamakah ia berusaha untuk melupakan ingatan, kenangan, serta sosok yang hadir dalam kenangan tersebut.

Pembacaan heuristik bait 3 :

(Ditemani) hembusan angin lembut di perjalanan pulang, selalu (tepat) pukul 5 petang kita bertemu di menara jam (depan) stasiun. Aku memelukmu

yang berlari-lari kecil datang mendekat, karena (kau) terlambat 2,5 menit. Di senja masa lampau (masa lalu).

Pada bait ini, terdapat dua buah metafor yang mengandung simbol di dalamnya.

(12) そよ風の帰り道 決まって夕方五時

駅前の時計台 そこで待ち合わせる

Soyokaze no kaerimichi, kimatte yuugata goji

Eki mae no tokeidai soko de machiawaseru Hembusan angin lembut di perjalanan pulang,

Selalu pukul 5 petang

Kita bertemu di menara jam depan stasiun

Simbol di dalam larik ini merupakan sebuah blank symbol karena menggunakan kata angin yang sering digunakan dalam lagu dan maknanya diketahui. Simbol angin sering digunakan untuk mengungkapkan kabar, kerinduan dalam percintaan (Hermintoyo, 2014:37). Dengan demikian, larik ini menjelaskan tentang kerinduan yang menghampiri sang tokoh dalam lagu, saat perjalanan pulang dari suatu tempat. Karena hendak bertemu dengan kekasihnya di tempat dan jam yang sama setiap harinya, yaitu pukul 5 petang di menara jam depan stasiun.

Selain simbol, dalam larik ini juga mengandung sebuah ikon. Ikon tersebut terdapat dalam frasa “selalu pukul 5 petang”. Dalam frasa ini menjelaskan bahwa kedua tokoh dalam lagu, setiap berjanji untuk bertemu, mereka selalu bertemu pada pukul 5 petang. Hal ini membuktikan tentang ketepatan waktu, serta disiplin waktu yang dimiliki masyarakat Jepang sudah menjadi identitas bagi mereka.

遥か遠い日の夕暮れ

Nifunhan chikoku shite kobashiri de kakeyotte kuru anata wo dakishimeta Haruka tooi hi no yuugure

Karena terlambat 2,5 menit, Aku memelukmu yang berlari-lari kecil

datang mendekat

Di senja masa lampau

Selanjutnya adalah frasa karena terlambat 2,5 menit pada kalimat ketiga bait ini. Angka 2,5 menit dalam frasa ini beberapa kali digunakan pada bait-bait dalam lagu ini, dan kemungkinan merupakan sebab dari perpisahan yang akan dialami oleh tokoh dalam lagu. Namun karena makna dari angka tersebut hanya diketahui oleh pencipta lagu, angka 2,5 menit merupakan sebuah private symbol. kemudian kata senja yang digunakan sebagai simbol di dalam metafor Di senja masa lampau di atas. Kata senja dalam larik di atasa merupakan sebuah blank

symbol, karena kata ini sering digunakan untuk mengungkapkan atau

mengisyaratkan sebuah perpisahan atau akhir dari sesuatu. Dengan demikian kalimat di akhir bait 3 ini mengisyaratkan sebuah perpisahan di masa lalu yang dialami oleh tokoh dalam lagu.

Berdasarkan penjelasan di atas, bait ini menceritakan kembali mengenai masa lalu dari tokoh dalam lagu. Setelah dalam bait sebelumnya diceritakan bahwa ia berusaha untuk melupakan semua hal yang berkaitan dengan ingatan dan kenangannya bersama kekasihnya, maka pada bait ini diceritakan mengenai sesuatu yang kemungkinan merupakan penyebab konflik yang dialami olehnya. Pada bait ini dijelaskan bahwa mereka selalu bertemu di tempat yang sama yaitu di menara jam depan stasiun dan di jan yang sama yaitu pukul 5 petang. Berdasarkan ungkapan ini, dapat diketahui bahwa keduanya tetap memiliki

hubungan meskipun tidak berada dalam satu lingkungan lagi seperti dahulu yang kemungkinan mereka bersekolah di tempat yang sama. Lalu diceritakan bahwa sang tokoh pria, selalu merasakan kerinduan menghampirinya setiap ia hendak bertemu dengan kekasihnya.

Namun tidak seperti biasa, sang kekasih datang terlambat dari waktu yang telah dijanjikan. Meski begitu sang pria tetap memeluknya karena keterlambatannya. Hal ini tampaknya menjadi penyebab keretakkan hubungan mereka yang diperkuat oleh baris selanjutnya yang mengungkapkan bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian di masa lalu yang terjadi di waktu menjelang perpisahan mereka datang (senja).

Melalui bait ini juga semakin menjelaskan bahwa sang tokoh pria mengalami kesulitan untuk melupakan ingatan dan kenangan bersama dengan kekasihnya. Hal ini karena sepasang kekasih ini selalu bertemu hampir setiap harinya, setelah menyelesaikan kegiatan atau pekerjaan mereka masing-masig dan pulang bersama. Akhirnya hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan pada keseharian mereka. Sehingga ketika tiba-tiba kebiasaan tersebut hilang karena sesuatu, sulit untuk melupakan serta menghilangkannya dari keseharian. Oleh karena hal tersebut, sang tokoh pria dalam lagu ini merasakan perasaan kalut karena ketidak mampuannya untuk melupakan masa lalunya.

Pembacaan heuristik bait 4 :

Aku telah mencoba memikirkan berbagai macam hal, (namun) aku tak menemukan jawaban yang tampak (terlihat) seperti jawaban. (Karenanya) ku coba menjahitkan (menempelkan) masa depan kepada hembusan angin lembut yang mengatakan “janji”.

(14) 「約束」なんて通り過ぎるそよ風に 未来を縫い付けようとすることで…

“Yakusoku” nante toori sugiru soyokaze ni Mirai wo tsukeyou to suru koto de

Kepada hembusan angin lembut yang membisikkan janji Ku coba menjahitkan masa depan

Keseluruhan pada bait ini adalah kalimat metafor. Simbol pertama yang terdapat di dalamnya adalah angin lembut. Seperti yang sudah di jelaskan pada bait sebelumnya kata angin digunakan untuk mengungkapkan kabar dan kerinduan, dan merupakan sebuah blank symbol.

Kemudian digunakan juga personifikasi pada bait ini, yaitu dengan menambahkan kata membisikkan yang merupakan kegiatan atau perilaku yang seharusnya dilakukan oleh manusia pada kata angin yang merupakan benda mati.

Selanjutnya pada kalimat kedua terdapat frasa menjahitkan masa depan. Kata menjahitkan pada frasa ini merupakan sebuah majas metafora. Menjahit adalah sebuah kegiatan untuk memberikan tambahan atau aksen, lalu kemudian menempelkannya ke sesuatu lainnya dengan memakai benang, biasanya ditempelkan di atas kain. Dengan memberikan tambahan atau aksen ke sesuatu seperti baju atau sesuatu lainnya, diharapkan baju atau sesuatu tersebut dapat terlihat semakin bagus. Dengan demikian maksud dari frasa ini adalah sang tokoh dalam lagu mencoba menempelkan, memberikan, mempercayakan masa depan kepada angin yang memberikan kabar tentang kata janji tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, bait ini berisi tentang kekalutan sang tokoh dalam lagu yang masih ia rasakan karena ketidakmampuannya untuk move on dari ingatan, kenangan masa lalunya. Namun ia masih terus berusaha untuk mencari

jawaban atas kekalutannya. Pada akhirnya ia menemukan jawaban bahwa ia akan mempercayakan masa depannya kepada sesuatu atau seseorang yang pernah mengatakan janji kepadanya. Dengan kata lain, ia memutuskan untuk terus percaya pada seseorang yang telah meninggalkannya tersebut.

Pembacaan heuristik bait 5 :

Apakah karena aku mengetahui (menyadari) bahwa pemandangan yang indah ini hanya mengalir lalu menghilang, (lantas) aku menjadi sedikit sedih?

(15) 流れて消えると知ってからなのか

綺麗な景色はいつの日も 少しだけ悲しいんだ

Nagare te kieru to

shitte kara na no ka

Kirei na keshiki wa itsu no hi mo sukoshi dake kanashii n da

Apakah karena aku mengetahui bahwa pemandangan yang indah ini

hanya mengalir lalu menghilang, aku menjadi sedikit sedih?

Bait ini terdiri dari dua kalimat dengan metafor didalamnya. Kata pemandangan yang indah pada metafor di atas merupakan private symbol yang

menggunakan majas metafora. Kata ini digunakan untuk menyimbolkan kenangan indah yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Lalu dijelaskan bahwa kenangan indah dalam kehidupan tersebut hanya mengalir lalu menghilang. Dengan kata lain yang dimaksud oleh bait ini adalah kenangan, atau peristiwa indah yang terjadi dalam kehidupan manusia bukanlah sesuatu yang abadi, keindahan tersebut hanya akan terjadi sesaat saja karena waktu yang terus berjalan. Setelah itu keindahan tersebut akan hilang ditelan waktu.

indah adalah sesuatu yang tidak abadi, dan akan menghilang seiring berjalannya waktu. Pada bait ini tokoh dalam lagu mulai menemukan jawaban dari kekalutannya. Ia menyadari bahwa ia tidak boleh terlarut dalam kenangan indah yang sudah berlalu, karena waktu terus berjalan sehingga ia merasa harus terus melangkah melupakan kenangan tersebut.

Pembacaan heuristik bait 6 :

(Dengan melihat) bunga yang ditaruh di tepi jendela, (dan suasana) lewat tengah hari yang damai. (Semua ini mengingatkanku akan) betapa luar biasanya hari-hari yang telah kita lewati (lalui) bersama. (Karenanya) aku ingin hidup di celah kehidupan ini, namun di saat yang sama pula aku ingin melarikan diri (dari kehidupanku saat ini). (Baik kau dan aku), kita berdua telah diajarkan (tentang) hal tersebut oleh aliran waktu.

(16)今」を生きようと言うその隙に 「今」が逃げてゆくことを

僕たちは時の流れに教わった

‘Ima’ o ikiyou to iu sono suki ni ‘ima’ ga nige te yuku koto wo Boku tachi wa toki no nagare ni osowatta

Aku ingin hidup di celah kehidupan ini, namun di saat yang sama pula Aku ingin melarikan diri

Kita berdua telah diajarkan hal tersebut oleh aliran waktu.

Kata celah pada metafor diatas merupakan sebuah simbol yang merupakan privat symbol. Celah merupakan suatu retakan kecil, lubang, atau cacat pada

sesuatu benda, kelemahan atau kekurangan, kelengahan, dan lain sebagainya. Pada bait ini, kata celah diikuti oleh kata kehidupan sehingga memiliki makna cacat atau ketidaksempurnaan dari kehidupan. Dengan demikian bait ini menjelaskan tentang sang tokoh dalam lagu yang berusaha untuk terus bertahan di tengah kecacatan hidupnya, dan di saat yang bersamaan juga ia ingin melarikan diri dari kecacatan hidupnya.

Dengan demikian setelah pada bait sebelumnya, sang tokoh telah menyadari bahwa ia harus bergerak melupakan masa lalu nya, pada bait ini sang tokoh lagu kembali mengingat masa lalu nya karena ia melihat pemandangan di sekitarnya yang mungkin familiar di matanya, sehingga ia dapat mengingat kembali betapa indah dan luar biasanya hari-hari yang telah ia lalu bersama dengan orang yang ia kasihi tersebut. Dengan ini sang tokoh dalam lagu berusaha menemukan jawaban atau cara lain untuk dapat melupakan masa lalunya. Karena ia merasa bahwa semakin ia berusaha keras melupakan, semakin ia tidak dapat melupakan kenangan tersebut seperti yang diungkapkan pada bait-bait awal lagu ini.

Kemudian dengan mengingat hari-hari luar biasa yang telah ia lalui, ia ingin terus bertahan di tengah-tengah kehidupannya yang tidak sempurna ini. meskipun di saat bersamaan ia juga ingin melarikan diri dari kenyataan serta segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya. Pada akhirnya tokoh pria dalam lagu ini menyadari bahwa tidak hanya dia saja yang diberikan pelajaran oleh waktu, tentang bagaimana menghargai kehidupan. Namun kekasih yang meninggalkannya pun juga pasti mengalami hal yang sama dengannya.

Pembacaan heuristik bait 7 :

Jika saja masih ada waktu 2,5 menit di menara jam depan stasiun. (Padahal) akan ada dua orang yang berjalan berdampingan disana. Suara langkah kakiku yang sendirian tidak membuatku (merasa) sedih. Meski begitu, hatiku ini membutuhkan waktu untuk (bisa) menyongsong esok hari kembali.

(17) 駅前の時計台 あと二分半したら

寄り添って歩き出す二人がいたのになぁ 一人鳴らす足音 悲しくなんかない

心が明日に向かうには 時間がかかるけど

Ekimae no tokei dai ato ni fun han shi tara Yorisotte aruki dasu futari ga ita noni na?

Hitori narasu ashioto kanashiku nanka nai Kokoro ga asu ni mukau ni wa

jikan ga kakaru kedo

Jika saja masih ada waktu 2,5 menit di menara jam depan stasiun. Akan ada dua orang yang berjalan berdampingan disana

Suara langkah kakiku yang sendirian tidak membuatku sedih. Meski begitu, hatiku ini membutuhkan waktu untuk menyongsong esok hari kembali

Kalimat metafor di atas, semakin menjelaskan betapa pentingnya kata 2,5 menit bagi tokoh pria dalam lagu. Pada bait di atas menjelaskan bahwa akan ada

dua orang yang akan berjalan berdampingan di depan menara jam, seandainya masih ada waktu 2,5 menit tersisa disana. Sehingga simbol pada lkalimat metafor ini adalah sebuah privat symbol.

Dengan demikian, bait ini menjelaskan tentang sang tokoh pria yang masih menyesali akan sesuatu dari masa lalunya, namun ia sudah mulai untuk merelakannya setelah sebelumnya ia menemukan jawaban atas semua yang ia pikirkan. Pada bait ini ia sudah mulai menerima penyebab berpisahnya ia dengan kekasihnya di masa lalu. Karena hatinya yang sudah mulai ikhlas menerima tersebut, akhirnya ia dapat melangkah ke depan kembali meskipun hatinya masih membutuhkan waktu untuk menyongsong hari esok. Tapi ia sudah mulai terbiasa

Dokumen terkait