• Tidak ada hasil yang ditemukan

BTKL / Lbr

3. Biaya Overhead Pabrik

Dalam perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik dibebankan kepada pesanan atau produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. PT. Bengawantex menentukan biaya overhead pabrik yang masuk dalam komponen weaving cost sebesar 30% dari biaya bahan baku. Berikut ini penulis sajikan perhitungan biaya overhead yang sesungguhnya terjadi serta pembebanannya untuk tiap lembar karung yang diproduksi.

Tabel 2.10 Biaya overhead pabrik sesungguhnya

No Jenis Biaya Jumlah Biaya (Rp)

1 Biaya sparepart mesin 20.125.250

2 Biaya supplies pabrik 21.287.800

3 Biaya depresiasi gedung pabrik dan mesin 66.666.666

4 Biaya listrik pabrik 185.538.000

5 Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin 3.200.000 6 Biaya tenaga kerja tidak langsung 105.000.000

Jumlah 401.817.716

Sumber : data primer yang diolah

Kapasitas sesungguhnya 280.813,72 kg BOP per kg = Rp. 1.430,90 / kg

Setelah diketahui BOP per kg, berikutnya adalah perhitungan pembebanan biaya overhead pabrik untuk tiap lembar karung pesanan yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.11 Pembebanan BOP per lembar

Corak Karung Jumlah Produksi (lbr) Jumlah Berat (kg) BOP @

kg (Rp) Jumlah BOP BOP/lbr

E A B C D ( C x D ) ( E : B ) PP 45 B1 80.000 2.229,6 1.430,90 3.190.334,64 39,87 PP 45 B3 105.000 3.670,8 1.430,90 5.252.547,72 50,02 PP 45 B4 25.000 885,75 1.430,90 1.267.419,68 50,69 PP 45 B9 50.000 1.866 1.430,90 2.670.059,40 53,40 PP 45 B10 10.000 297,6 1.430,90 425.835,84 42,58 PP 56 B2 100.000 5.820 1.430,90 8.327.838,00 83,27 PP 56 B4 2.000.000 122.280 1.430,90 174.970.452,00 87,48 PP 60 B1 500.000 29.605 1.430,90 42.361.794,50 84,72 PP 60 B2 124.000 7.967 1.430,90 11.399.980,30 91,93 PP 60 B8 1.000.000 65.510 1.430,90 93.738.259,00 93,73 PP 60 B9 25.000 1.606,25 1.430,90 2.298.383,13 91,93 PP 75 B2 294.500 27.132,28 1.430,90 38.823.579,45 131,82 PP 75 B3 10.000 929,1 1.430,90 1.329.449,19 132,94 PP 75 B4 15.000 1.405,5 1.430,90 2.011.129,95 134,07 PP 75 B7 35.000 3.554,95 1.430,90 5.086.777,96 145,33 PP 90 B1 5.000 618,9 1.430,90 885.584,01 177,11 PP 90 B2 40.000 5.026,8 1.430,90 7.192.848,12 179,82 PP 90 B5 3.000 408,18 1.430,90 584.064,76 194,68

Setelah seluruh komponen biaya dihitung, maka dapat ditentukan harga pokok produksi untuk tiap lembar karung pesanan.

Besarnya harga pokok karung plastik per lembar untuk jenis karung PP 56 B2 dan PP 90 B1 adalah :

PP 56 B2

1. Biaya bahan baku Rp. 729,32

2. BTKL Rp. 41,11

3. BOP Rp. 83,27

Harga pokok produksi Rp. 853,70 PP 90 B1

1. Biaya bahan baku Rp. 1.551,12

2. BTKL Rp. 87,43

3. BOP Rp. 177,11

Harga pokok produksi Rp. 1.815,66 Tabel 2.12 Rekapitulasi HPP menurut penulis

BOP No Corak Karung Biaya Bahan Baku (Rp) BTKL (Rp) (Rp) HPP/lbr (Rp) 1 PP 45 B1 349,25 19,68 39,87 408,80 2 PP 45 B3 438,09 24,69 50,02 512,80 3 PP 45 B4 443,98 25,02 50,69 519,69 4 PP 45 B9 467,67 26,36 53,40 547,43 5 PP 45 B10 372,93 21,02 42,58 436,53 6 PP 56 B2 729,32 41,11 83,27 853,70 7 PP 56 B4 766,16 43,18 87,48 896,82 8 PP 60 B1 741,98 41,82 84,72 868,52 9 PP 60 B2 805,13 45,38 91,93 942,44 10 PP 60 B8 820,92 46,27 93,73 960,92 11 PP 60 B9 805,13 45,38 91,93 942,44 12 PP 75 B2 1154,50 65,08 131,82 1351,40 13 PP 75 B3 1164,28 65,63 132,94 1362,85 14 PP 75 B4 1174,18 66,18 134,07 1374,43

16 PP 90 B1 1551,12 87,43 177,11 1815,66 17 PP 90 B2 1574,80 88,77 179,82 1843,39 18 PP 90 B5 1705,00 96,11 194,68 1995,79

E. Analisis Data dan Pembahasan

Dari pembahasan mengenai penentuan harga pokok produksi oleh perusahaan dapat dianalisis bahwa :

1) Biaya bahan baku

Perusahaan menghitung biaya bahan baku berdasarkan jumlah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh setiap proses produksi sesuai dengan konstruksi karung plastik dari pemesan. Setelah jumlah kebutuhan benang tape dihitung ,maka jumlah yang dihasilkan tersebut digunakan sebagai dasar penentuan kebutuhan bahan baku pada setiap satu lembar karung sesuai konstruksi yang diinginkan pemesan. Hasil perhitungan ini juga sudah memperhitungkan adanya produksi yang cacat (below standard) dan affal pada setiap proses produksi. Harga setiap jenis karung berbeda-beda, hal ini akibat dari jumlah kebutuhan benang tape yang berbeda pula dilain pihak harga bahan baku yang dibeli selalu berfluktuasi dengan kurs rupiah terhadap mata uang dollar juga akan berdampak pada harga pokok produksi karung plastik.

Di dalam proses produksi, tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian produk jadi. Bahan baku sisa produksi disebut affal benang tape sedangkan bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses produksi pengerjaannya disebut karung BS (below standard). Perlakuan

BS dijual dengan harga 60% dari harga normal. Pada prinsipnya PT. Bengawantex dalam hal ini sudah tepat tentang bagaimana seharusnya memperlakukan produk cacat tersebut. Affal dan karung BS menjadi sesuatu yang bisa menghasilkan pendapatan bagi perusahaan dangan menjualnya sesuai harga pasar dan dibawah harga yang semestinya. Dengan demikian hasil penjualan tersebut dapat digunakan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

2) Biaya Tenaga Kerja Langsung

PT. Bengawantex menghitung biaya tenaga kerja langsung berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) yang berlaku saat ini. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung tidak dapat diidentifikasi secara langsung pada saat penentuan harga pokok produksi karena biaya tenaga kerja langsung jumlahnya dijadikan satu dengan biaya overhead pabrik yang ditaksir oleh perusahaan untuk setiap bulannya. Biaya tenaga kerja untuk per kg karung :

Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp. 198.366.962,-

Jumlah produksi 280.813,72 kg

Biaya TKL per kg sesungguhnya Rp. 706,40

Biaya TKL yang dianggarkan Rp. 719.000,- x 250 orang

280.813,72 kg

Dari hasil diatas terdapat selisih sebesar 66,30 berarti pembebanan biaya tenaga kerja langsung yang dibudgetkan perusahaan sedikit menyimpang.

Penghitungan biaya tenaga kerja langsung yang dilakukan perusahaan sangat sederhana. Perhitungan tersebut bukan berdasarkan jam kerja atau jam mesin, tetapi berdasarkan harian yang dibebankan ke produk berdasarkan jumlah kg karung. Jumlah atau dasar yang dibudgetkan perusahaan sudah baik tetapi seharusnya perusahaan juga mempertimbangkan adanya karyawan yang tidak masuk atau karyawan lembur. Sehingga biaya tenaga kerja langsung juga berkurang bila ada karyawan yang tidak masuk atau bertambah bila ada jam lembur.

3) Biaya Overhead Pabrik

Pada PT. Bengawantex penulis tidak menemukan biaya transfer, biaya overhead pabrik yang timbul dikumpulkan, dihitung dan dibebankan dengan mudah yaitu dengan membagi jumlah biaya overhead dengan jumlah produksi. Hasil yang telah didapat dari analisis untuk pembebanan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :

Biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk per kg karung : Biaya overhead Rp. 401.817.716,-

Kapasitas sesungguhnya 280.813,72

Bop per kg = Rp. 1.430,90

Dalam hal ini, perusahaan memperlakukan biaya tenaga kerja tidak langsung sebagai satu-satunya komponen biaya overhead pabrik atau

dengan kata lain, perusahaan menganggap bahwa biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya overhead pabrik. Komponen biaya lainnya masuk dalam kategori weaving cost termasuk BOP. Jenis-jenis biaya yang dikelompokkan oleh perusahaan terlalu sederhana.

Berikut ini penulis sajikan perbandingan perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dan penulis yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi.

Tabel 2.13 Perbandingan perhitungan HPP

Harga Pokok Produksi / lembar No Corak Karung Perusahaan Penulis Selisih Harga Jual 1 PP 45 B1 419.63 408.8 10.83 543.47 2 PP 45 B3 526.38 512.8 13.58 681.72 3 PP 45 B4 533.46 519.69 13.77 690.89 4 PP 45 B9 561.91 547.43 14.48 727.74 5 PP 45 B10 448.08 436.53 11.55 580.32 6 PP 56 B2 876.30 853.7 22.60 1134.90 7 PP 56 B4 920.56 896.82 23.74 1192.23 8 PP 60 B1 891.51 868.52 22.99 1154.60 9 PP 60 B2 967.39 942.44 24.95 1252.88 10 PP 60 B8 986.36 960.92 25.44 1277.45 11 PP 60 B9 967.39 942.44 24.95 1252.88 12 PP 75 B2 1387.17 1351.4 35.77 1796.54 13 PP 75 B3 1398.92 1362.85 36.07 1811.75 14 PP 75 B4 1410.81 1374.43 36.38 1827.15 15 PP 75 B7 1529.31 1489.87 39.44 1980.62 16 PP 90 B1 1863.72 1815.66 48.06 2413.71 17 PP 90 B2 1892.18 1843.39 48.79 2450.57 18 PP 90 B5 2048.62 1995.79 52.83 2653.17

Secara keseluruhan pembebanan biaya yang dilakukan perusahaan belum sesuai dengan diharapkan. Perhitungan perusahaan menunjukkan HPP yang diperoleh lebih tinggi dari yang dihitung oleh penulis. Hal ini dikarenakan perusahaaan masih keliru dalam mengklasifikasikan biaya-biaya yang terjadi. Dari analisis yang telah dilakukan penulis, selisih yang timbul dari total biaya bahan baku yang dihasilkan cukup besar yaitu Rp. 901,25/kg. Perusahaan melakukan usaha efisiensi biaya bahan baku dengan merubah komposisi/resep penggunaan bahan baku. Meskipun demikian, karung yang dihasilkan tetap berkualitas seperti karung yang diproduksi dengan penggunaan komposisi bahan baku standar. Perbedaan komposisi penggunaan bahan baku ini terletak pada warna karung yang tidak terlihat cerah.

Sesuai teori pengendalian biaya, apa yang dilakukan perusahaan sudah tepat yaitu melakukan penekanan biaya produksi khususnya biaya bahan baku yang menjadi komponen biaya terbesar dalam upaya memperoleh laba semaksimal mungkin tanpa mengurangi kualitas produk. Ditinjau dari biaya bahan baku, analisis menujukkan perusahaan melakukan efisiensi sebesar 10,94 %. Disisi lain, perusahaan perlu memperhatikan kembali selisih yang terjadi pada biaya overhead pabrik akibat kesalahan dalam mengklasifikasikan biaya, serta memperlakukan biaya-biaya tersebut sesuai dengan prinsip akuntansinya.

TEMUAN

Analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dan dipaparkan pada Bab II menghasilkan beberapa temuan yang dapat dikategorikan sebagai kelebihan dan kelemahan. Penulis menilai masalah penentuan harga pokok produksi kain grey pada PT. Bengawantex sebagai berikut :

A. Kelebihan

a. Biaya bahan baku dihitung dan dialokasikan sesuai dengan jumlah konsumsi atau kebutuhan setiap jenis produk.

b. Perusahaan melakukan efisiensi biaya produksi dengan merubah komposisi penggunaan bahan baku tanpa mengesampingkan kualitas produk yang dihasilkan.

c. Biaya overhead pabrik dialokasikan sesuai dengan jumlah berat pada setiap jenis karung yang diproduksi.

d. Perusahaan sudah memperhitungkan biaya di muka untuk hasil produksi cacat berupa karung BS (below standard) dan sisa produksi (affal) sejak awal sebelum karung pesanan diproduksi. Sehingga, apabila affal dan karung BS yang diperkirakan sebelumnya ternyata jumlahnya lebih sedikit akan menjadi keuntungan bagi perusahaan selain itu menunjukkan indikasi bahwa proses produksi berjalan lancar dan lebih baik.

e. Perusahaan memperlakukan barang cacat berupa karung BS dan affal dengan sangat tepat. Keduanya dijual dengan harga dibawah harga normal dan sesuai harga pasar untuk affal, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan

memperhatikan value added tiap produk gagal. Hasil penjualannya pun dapat digunakan untuk mengurangi biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

f. Adanya persediaan awal dan persediaan akhir untuk bahan baku berarti perusahaan telah memikirkan adanya kekurangan bahan baku yang dapat mengganggu kelancaran proses produksi.

B. Kelemahan

a. Perusahaan tidak memisahkan antara biaya overhead pabrik dengan biaya tenaga kerja langsung.

b. Selisih total untuk harga pokok tiap pesanan cukup signifikan dilihat dari segi jumlah produksinya, hal ini dapat berpengaruh pada laba yang akan diperoleh perusahaan.

c. Perusahaan tidak dapat mengidentifikasi biaya tenaga kerja langsung yang sesungguhnya terjadi secara tepat.

d. Biaya pemakaian pigmen, benang jahit, paraphine dan minyak kelapa dikelompokkan sebagai biaya supplies pabrik yang seharusnya biaya tersebut dihitung sebagai biaya bahan pembantu.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bagian akhir dari hasil tugas akhir yang berjudul

“Penentuan Harga Pokok Produksi Karung Plastik (Woven Bag) dengan Metode Job Order Costing pada PT. Bengawantex”. Sesuai dengan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada Bab II, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penentuan harga pokok produksi karung plastik dan proses produksinya berdasarkan metode pesanan ( job order costing ).

a. Perusahaan ini dalam memproses produknya sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pemesan.

b. Harga bahan baku dalam hal ini PP (polypropylene), yarn grade dan calvet tiap bulannya selalu berubah-ubah tetapi hal tersebut tidak mengubah cara penentuan harga pokok produksi perusahaan.

c. Komponen biaya dalam penentuan HPP hanya terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenun (weaving cost).

2. Perusahaan melakukan penekanan biaya produksi dengan mengubah komposisi bahan baku dengan tujuan memperoleh laba semaksimal mungkin. 3. Adanya persediaan bahan baku membantu kelancaran proses produksi untuk

periode produksi berikutnya dan mencegah kekurangan bahan baku untuk proses produksi yang sedang berjalan.

B. Rekomendasi

Dari hasil analisis yang dilakukan penulis, maka penulis memberikan rekomendasi yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh

perusahaan demi kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Adapun rekomendasi yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut :

1. Dalam penentuan harga pokok produksi biaya tenaga kerja langsung sebaiknya dipisahkan dari biaya overhead pabrik ( weaving cost ).

2. Perusahaan sebaiknya menganalisis selisih yang terjadi pada tiap-tiap komponen biaya dalam perhitungan harga pokok produksi, sehingga perbedaan yang timbul dapat diketahui penyebab adanya penyimpangan sesuai dengan tujuan pengendalian biaya.

3. Penentuan biaya tenaga kerja langsung perlu diperhatikan dengan memperhitungkan upah karyawan yang tidak masuk dan kerja maupun lembur sehingga dapat terdeteksi dengan tepat biaya sesungguhnya yang harus dibebankan tiap karung yang diproduksi.

4. Perusahaan sebaiknya mengelompokkan kembali jenis-jenis biaya yang terjadi lebih spesifik. Misalnya membuat akun baru berupa biaya bahan pembantu yang termasuk di dalamnya yaitu pigmen, benang jahit, paraphine dan minyak kelapa. Apabila biaya tersebut dipisahkan dari biaya supplies pabrik akan mempermudah perhitungan anggaran biaya produksi untuk bulan berikutnya khususnya biaya bahan pembantu, begitu juga biaya-biaya yang lain sehingga kemungkinan perusahaan menentukan harga pokok produksi lebih akurat.

Dokumen terkait