• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Produk dan Kemasan

2. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)

Biaya tidak tetap adalah biaya produksi yang dikeluarkan pada saat alat dan mesin beroperasi. Besarnya biaya ini tergantung pada jumlah jam kerja dan jumlah produk yang dihasilkan. Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan terhadap biaya bahan baku, bahan penunjang, dan upah pekerja (Astawan, 1999).

3. Analisa Rugi Laba

Analisa laba rugi adalah suatu analisa keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akutansi. Jadi merupakan suatu analisa yang mennjukan hasil-hasil operasi perusahaan selain periode tersebut. Pendapatan, netto atau laba adalah apa yang tersisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

setelah dikurangkan dengan pengurangan-pengurangan yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa atau dari penerimaan yang diperoleh dengan penerimaan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, laba = penerimaan - pengeluaran (Astawan, 1999).

4. Break Event Point (BEP)

BEP adalah suatu titik keseimbangan dimana pada titik tersebut jumlah hasil penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau perusahaan tersebut tidak mengalami laba atau rugi. Jika penjualan berjumlah kurang dari pada jumlah yang ditunjukan oleh titik ini, maka akan diperoleh kerugian bersih (Astawan, 1999).

5. ROI (Return On Investment)

Return On Investment (ROI) adalah perbandingan antara besarnya laba per tahun dengan besarnya modal, yang dinyatakan persent per tahun.

tahun

per

x

al

laba

ROI

100%

mod

ROI dapat dihitung berdasarkan laba kotor yaitu selisih antara hasil penjualan dengan biaya produksi keseluruhan (belum dikurangi pajak pendapatan) atau berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi pajak pendapatan. Demikian juga dengan besarnya modal dapat dinyatakan sebagai modal tetap atau modal keseluruhan modal tetap dan modal kerja (Mulyadi, 1998).

6. POT (Pay Out Time)

Metode Payback Period (PP) adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan arus kas. Dengan kata lain, payback period merupakan rasio antara initial cash investment dan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maksimum payback period yang dapat diterima. Pay Back Periode merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Nilai tersebut dapat berupa prosentase maupun waktu (baik tahun maupun bulan. Pay back periode tersebut harus lebih (<) dari nilai ekonomis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

proyek. Untuk industri pertanian diharapkan nilai tersebut lebih kecil 10 tahun atau sedapat mungkin kurang dari lima tahun (Mulyadi, 1998).

7. BC Ratio

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah nilai perbandingan antara pendapatan dan biaya. Jika nilai B/C lebih besar dari 1 maka perusahaan memenuhi salah satu kriteria untuk dikatakan layak. Jika nilai B/C lebih kecil dari 1 maka perusahaan tidak layak berdiri (rugi). Jika nilai B/C = 1 maka perusahaan berada dalam keadaan impas (Astawan, 1999).

Benefit Cost Ratio digunakan untuk mengkaji kelayakan proses sering digunakan pula kriteria yang disebut benefit cost ratio-BCR. Penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi proyek-proyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Meskipun penekananya ditujukan kepada manfaat (benefit) bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan, namun bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini (Mulyadi, 1998).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB III

TATA LAKSANA KEGIATAN

A.Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Praktek Produksi Pembuatan Brownies Wortel dilaksanakan mulai Bulan September 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Rekayasa Proses dan Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Pangan dan Gizi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B.Bahan, Alat dan Cara Kerja 1. Bahan

Bahan yang di gunakan dalam pembuatan Brownies Wortel, yaitu : Tepung Terigu (Segitiga Biru), Gula Pasir, Telur, Wortel Parut dan Ampas Wortel, Margarin (Blue Band), Emulsifier (Ovalet), Baking Powder (Cap Kupu-Kupu), dan Pasta Cokelat (Cap Ikan Paus).

2. Alat

Alat yang di gunakan dalam pembuatan Brownies Wortel, yaitu : Timbangan, Sendok, Mixer, Baskom, Dandang , Loyang, Mangkok, Kertas Roti, Kompor gas, kardus.

3. Cara Kerja.

Disiapkan loyang persegi. Kemudian mentega dipanaskan. Telur, gula pasir, emulsifier di kocok hingga mengembang kemudian tambahkan wortel. Mentega yang sudah dilelehkan di tambahkan ke dalam adonan. Ditambahkan tepung terigu dan Baking Powder. Adonan di bagi menjadi dua bagian yang sama, pada satu adonan diberi pasta cokelat. Tuangkan adonan cokelat dan putih secara bergantian ke dalam loyang, kemudian dikukus. Adonan yang sudah dikukus diangkat, kemudian di dinginkan lalu di potong. Setelah dingin adonan dipotong-potong kemudian sajikan. Cara kerja pembuatan Brownies Wortel dapat di lihat dalam gambar 3.1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Gambar 3.1 : Diagram Alir Proses Pembuatan browniesWortel

Di Siapkan Loyang Persegi, kemudian loyang tersebut dialas dengan kertas roti yang sudah dioles dengan margarin dan sisihkan

Di Panaskan Mentega hingga mencair

Telur, gula pasir, emulsifier dikocok hingga mengembang, lalu ditambahkan wortel parut dan ampas wortel.

Margarin yang sudah cair ditambahkan, lalu diaduk rata

Ditambahkan tepung terigu, baking powder lalu diaduk sehingga adonan menjadi rata

Adonan dibagi menjadi dua bagian yang sama. Satu bagian diberi pasta cokelat dan satu bagian dibiarkan putih

Adonan yang sudah dikukus diangkat dan dianginkan selama 10 menit. Setelah dingin adonan dipotong-potong kemudian disajikan

Tuang adonan cokelat dan putih dituang secara bergantian ke dalam loyang. Lalu dikukus selama 30 menit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

C.Analisis Produk 1. Uji Sensori

Uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian sensori produk ini menggunakan uji rangking. Uji rangking dilakukan untuk menentukan sejumlah komoditi atau produk menurut perbedaan intensitasnya, misalnya tingkat kenampakan pada sampel. Pada uji rangking panelis diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji menurut perbedaan tingkat mutu sensorik. Urutan pertama sekemudian menyatakan yang paling tinggi. Pemberian nomor urut dimulai dari nomor satu yang paling tinggi, kemudian nomor dua yang mutunya lebih rendah. Formulasi brownies Wortel dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1: Variasi Formulasi Brownies Wortel

Bahan

Tabel Variasi Formula Brownies Wortel Kontrol Parutan Wortel

dan Wortel Rebus

Parutan Wortel

Parutan Wortel dan Ampas Tepung Terigu 150 gram 150 gram 150 gram 150 gram

Margarin 100 Gram 100 Gram 100 Gram 100 Gram

Gula pasir 70 gram 70 gram 70 gram 70 gram

Telur 2 butir 2 butir 2 butir 2 butir

Cokelat putih 100 gram 0 gram 100 gram 0 gram Baking Powder ½ sendok teh ½ sendok teh ½ sendok teh ½ sendok teh Parutan Wortel 0 gram 50 gram 75 gram 100 gram

Wortel Rebus 0 gram 50 gram 0 gram 0 gram

Pasta Cokelat 1 sdm 1 sdm 1 sdm 1 sdm

Ampas Wortel 0 gram 0 gram 0 gram 25gram

Emulsifier 25 gram 25 gram 25 gram 25 gram

2. Analisis Serat Kasar

Dalam praktek produksi juga dilakukan analisis kandungan serat kasar. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui keunggulan dari produk akhir praktek produksi yang dilakukan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Table 3.2 Parameter Analisa

Parameter Analisa Metode

Serat kasar Sudarmadji, 1997

Uji Kesukaan (rangking) Admin, 1999

D.Analisis Ekonomi

Analisis kelayakan ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui harga pokok, harga jual dan keuntungan produk maka dilakukan analisa kelayakan ekonomi meliputi biaya produksi (biaya tetap, biaya variabel), Gross Benefit Cost Racio (Net B/C Ratio), BEP dan ROI.

1.Biaya produksi

Total biaya produksi = total fixed cost + total variable cost 2.Biaya Perawatan Dan Perbaikan (Bpp)

alat umur x perbulan ja jam x perhari ja jam perbulan ja jam x perhari ja jam x FPP Px BPP ker ker ker ker %  = harga awal

FPP = faktor perawatan dan perbaikan 3.Penyusutan/Depresiasi N NS P Depresiasi   Keterangan:

P : Harga peralatan awal NS : Biaya penyusutan N : Jumlah bulan 4.Pajak Usaha

Pajak Usaha = 5 % x laba kotor 5.Harga Pokok Penjualan

HPP=

produksi kapasitas

produksi Biaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

6.Perhitungan Penjualan

Penjualan = Harga/unit x jumlah unit 7.Perhitungan Rugi Laba

Laba kotor = Penjualan-Biaya Pokok Produksi Laba bersih = Laba Operasi – Pajak Usaha 8.BEP unit QBEP= ) / (VC kapasitasproduksi HrgJual FC 

FC : Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC : Variabel Cost (biaya tidak tetap) 9.ROI (Return on Investment)

ROI sepbelum pajak = x100%

produksi biaya

Total

kotor laba

ROI sesudah pajak = x100%

produksi biaya Total bersih Laba 10. POT

POT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan pengembalian modal dan mendapatkan keuntungan bersih.

kotor Laba

produksi Biaya

POT 

11. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio)

produksi Biaya

Pendapa CRatio

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Produk

Brownies merupakan jenis cake cokelat padat yang awalnya merupakan adonan keras dan gagal, namun dalam perkembangannya, banyak sekali brownies dengan aneka kreasi dan rasa yang teryata banyak disukai para pecinta cake. Ada dua macam brownies, brownies kukus dan brownies panggang. Brownies wortel adalah produk makanan yang dibuat dari tepung terigu, gula pasir, telur, , parutan wortel dan ampas, margarin, emulsifier, baking powder, dan pasta cokelat. Proses pembuatan brownies wortel yaitu Siapkan loyang persegi, kemudian loyang tersebut dialas dengan kertas roti yang sudah dioles dengan margarin dan sisihkan. Panaskan mentega hingga meleleh. Kocok, telur, gula pasir, emulsifier hingga mengembang, kemudian tambahkan parutan wortel dan di aduk menjadi rata. Tambahkan tepung terigu, baking powder dan diaduk sehingga adonan menjadi rata. Tambahkan mentega yang dilelehkan dan diaduk. Bagi adonan menjadi dua bagian yang sama, pada satu bagian diberi pasta cokelat dan satu bagian dibiarkan putih. Tuang adonan cokelat dan putih secara bergantian ke dalam loyang dan dikukus selama 30 menit. Adonan yang sudah dikukus kemudian diangkat dan diamkan selama 10 menit agar adonan yang panas akan menjadi dingin. Setelah dingin adonan dipotong-potong kemudian sajikan. Dengan penambahan wortel pada brownies diharapkan peningkatan konsumsi wortel pada masyarakat akan meningkat, serta masyarakat dapat menerima dan menyukai produk ini karena brownies wortel disukai oleh segala lapisan usia.

B. Analisis Produk dan Kemasan 1. Analisis Sensoris Brownies Wortel

Analisis sensoris dilakukan dengan uji rangkin untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap brownies wortel. Konsistensi Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan kesukaan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

kemauan untuk mempergunakan suatu produk. Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu produk adalah sifat indrawinya

Uji organoleptik atau sensori dilakukan dengan membuat tiga formulasi yang berbeda, yaitu formula I dengan penambahan parutan wortel 50 gram dan wortel rebus 50 gram, formula II dengan penambahan parutan wortel 75 dan cokelat putih 100 gram, dan formula III dengan penambahan parutan wortel 100 gram, ampas 25 gram, dan cokelat putih 0 gram. Tiga formulasi tersebut dilakukan uji konsisten organoleptik dengan metode uji rangkin. Metode Uji rangking dilakukan untuk menentukan sejumlah komoditi atau produk menurut perbedaan intensitasnya, misalnya tingkat kenampakan pada sampel. Pada uji rangking panelis diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji menurut perbedaan tingkat kesukaan. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi. Pemberian nomor urut dimulai dari nomor satu yang paling tinggi, lalu nomor selanjutnya mutunya lebih rendah. Konsistensi organoleptik ini dapat membantu dalam penentuan formula yang paling tepat untuk mendapatkan gambaran mengenai selera konsumen dipasaran dan sangat membantu dalam bidang industri pangan yang ingin mengeluarkan produknya agar dapat diterima oleh konsumen terutama produk-produk baru salah satunya brownies wortel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Hasil analisa brownies wortel yang dilakukan dengan uji organoleptik dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Nilai Tingkat Kesukaan Terhadap Brownies Wortel

Sampel Kenampakan Flavor Tekstur Overall Brownies dengan

tambahan parutan wortel dan wortel rebus

(formula 1)

1.97a 2.29b 2.23a 2.23a

Brownies dengan tambahan parutan wortel

(formula 2)

1.94a 2.20b 1.91a 1.91a

Brownies dengan tambahan parutan wortel

dan ampas wortel (formula 3)

2.09a 1.51a 1.86a 1.86a

Keterangan:

 Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan adanya beda nyata pada

taraf α 0,05.

Skor 1 ke 3 menandakan produk semakin tidak disukai a. Kenampakan

Dari Tabel 4.1 diketahui dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan wortel pada brownies tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan pada kenampakan brownies yang dihasilkan. Tingkat kesukaan pada kenampakan brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1) , brownies dengan tambahan parutan wortel (formula 2), dan brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3) tidak beda nyata yang artinya dari ketiga formulasi brownies wortel ini tidak ada perbedaan kenampakan. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kenampakan yang memiliki nilai tingkat kesukaan tertinggi sampai nilai terendah tingkat disukai oleh konsumen adalah pada brownies dengan tambahan parutan wortel (formula 2) dengan skor 1.94a, brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1) dengan skor 1.97a dan brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formulasi 3) dengan skor

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2.09a. Dilihat dari skornya kenampakan brownies wortel yang paling disukai oleh konsumen adalah pada sampel brownies dengan tambahan parutan wortel (formulasi 2).

b. Flavor

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa flavor sampel brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3) beda nyata dengan brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1) dan brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3), akan tetapi brownies dengan tambahan parutan wortel (formula 2) tidak beda nyata dengan brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1). Tabel 4.1 menunjukkan bahwa flavor yang memiliki nilai tingkat kesukaan tertinggi sampai nilai terendah tingkat adalah pada brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3)dengan skor 1.51a, brownies dengan tambahan parutan wortel (formulasi 2) dengan skor 2.20b dan brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formulasi 1) dengan skor 2.29b. Flavor brownies wortel yang paling disukai oleh konsumen adalah pada sampel brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formulasi 3), karena pada perlakuan akhir, formula 3 menambahkan parutan wortel yang dimana airnya telah diperas terlebih dahulu sehingga jumlah serat meningkat dan aroma yang dihasilkan semakin enak.

c. Tekstur

Dari Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa konsentrasi penambahan wortel pada brownies tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kesukaan pada tekstur brownies yang dihasilkan. Tingkat kesukaan pada tekstur brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1), brownies dengan tambahan parutan wortel (formula 2), dan sampel brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3) tidak beda nyata yang artinya dari ketiga formulasi brownies wortel ini tidak ada perbedaan tekstur. Tabel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4.1 menunjukkan bahwa tekstur yang memiliki nilai tingkat kesukaan tertinggi sampai nilai terendah adalah pada brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3) dengan skor 1.86a, brownies dengan tambahan parutan wortel (formula 2) dengan skor 1.91a dan brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1) dengan skor 2.23a. Dilihat dari skornya brownnies wortel yang paling disukai oleh konsumen adalah pada sampel brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3).

d. Overall

Overall didefinisikan sebagai sesuatu dari keseluruhan baik dari indera penglihatan, indera perasa, indera pembau, maupun yang digunakan untuk mendeteksi secara keseluruhan warna, rasa, dan aroma (Kandeda, 1999). Maka uji kimia untuk menentukan serat kasar dilakukan pada produk brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3).

Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa tingkat kesukaan secara keseluruhan (overall) terhadap brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1) , brownies dengan tambahan parutan wortel (formula 2), dan brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3) tidak beda nyata. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat kesukaaan secara overall yang memiliki nilai tertinggi sampai nilai terendah adalah pada brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3) dengan skor 1.86a, sampel brownies dengan tambahan parutan wortel (formula 2) dengan skor 1.91a dan sampel brownies dengan tambahan parutan wortel dan wortel rebus (formula 1) dengan skor 2.23a. Maka dapat dikatakan secara keseluruhan brownies wortel yang paling disukai oleh konsumen adalah pada sampel brownies dengan tambahan parutan wortel dan ampas wortel (formula 3).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2. Analisis Serat Kasar Brownies

Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang emiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar (Anonimo, 2012).

Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat pangan yang terlarut dan tidak terlarut. Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman, serat dibagi menjadi 3 fraksi utama, yaitu (a) polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel, yaitu selulosa, hemiselulosa dan substansi pektat; (b) non-polisakarida struktural yang sebagian besar terdiri dari lignin; dan (c) polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agar-agar (Feri Kusnandar, 2010).

Hasil penelitian membuktikan bahwa pada kelompok populasi dengan konsumsi serat yang tinggi dijumpai insiden yang lebih rendah untuk gangguan saluran pencernaan, penyakit jantung dan kanker. Efek kenyang yang timbul setelah konsumsi serat juga membantu untuk mengontrol berat badan (Zaimal, 2009).

Kebutuhan ideal manusia akan serat hingga mencapai 25 gr–35 gr setiap hari. Untuk anak-anak dan remaja umur 2 hingga 20 tahun sama dengan umur (dalam tahun) ditambah 5 gram serat setiap hari. Misalnya untuk anak berusia 5 tahun, kebutuhan seratnya adalah 10 gram atau 5+5 gram setiap hari. Kebiasaan pola makan yang kaya serat sebaiknya diperkenalkan sejak dini. Pada masa itulah seseorang belajar akan pola makan yang sehat. Pola makan dengan kandungan gizi lengkap-seimbang pada masa ini menjadi sangat penting karena merupakan langkah pencegahan akan beragam penyakit degeneratif di masa dewasa dan tua. Pada usia 20 tahun, kebutuhan serat mencapai 25 gram atau 20+5 gram serat setiap hari (Haryanto, 1999).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tujuan analisis serat pada brownies adalah untuk mengetahui kandungan serat pada. Serat kasar pada brownies wortel dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.2. Kadar Serat Kasar Brownies Wortel

Sampel Pengulangan 1 (%) Pengulangan II (%) Rata-rata (%) bb

Brownies Wortel 6,98 6,97 6,97

Kebutuhan ideal manusia akan serat hingga mencapai 25 gr–35 gr setiap hari (Haryanto, 1999). Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui kadar serat kasar yang terkandung dalam 100 gr brownies wortel yaitu 6,97%.

1. Desain Kemasan Brownies Wortel a. Bahan

Bahan yang dipergunakan untuk membuat kemasan akan sangat berpengaruh terhadap desain dan bentuk kemasan yang akan dibuat sekaligus berpengaruh terhadap kemasan produk yang dikemas, misalnya suatu produk yang berupa cairan tidak akan aman atau dapat dikemas dalam bentuk kertas, produk-produk yang tidak tahan terhadap sinar ultra violet, tidak akan baik bila dikemas dalam plastik atau kaca transparan. Bentuk kemasan disesuaikan dengan jenis produk pertimbangan yang digunakan adalah pertimbangan mekanis, kondisi penjualan, perkembangan penjualan, pemajangan dan cara-cara penggunaan kemasan tersebut. Saat ini kemasan merupakan faktor yang sangat penting karena fungsi dan kegunaanya dalam meningkatkan mutu produk dan daya jual dari produk. Kemasan produk yang baik dan menarik akan memberikan nilai tersendiri sebagai daya tarik bagi konsumen. Pengemasan akan berperan sangat penting dalam mempertahankan bahan pada keadaan bersih dan higienis (Buckle at al. 1987). Dijelaskan lebih lanjut adapun fungsi dari kemasan yaitu untuk mempertahankan produk agar bersih dan melindungi dari kotoran dan pencemaran lainnya, melindungi bahan pangan dari kerusakan fisik, air, oksigen dan sinar matahari, mempermudah konsumen untuk mengenali produk. Semakin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

menarik produk yang diciptakan, maka akan mempermudah para konsumen untuk mengingat dan mengenali produk tersebut (branding

produk), melindungi kualitas produk makanan dan minuman dari kerusakan. Selain memberikan daya tarik tersendiri bagi para konsumen, kemasan memberikan perlindungan pada produk yang ada di dalamnya. Dengan kemasan yang tepat, produk bisa lebih tahan lama dan terjaga kualitas rasanya, dan memberikan nilai tambah pada produk yang dipasarkan. Produk makanan yang kualitas rasa biasa/sederhana bisa terjual cepat di pasaran karena kemasannya yang cukup menarik. Maka dari itu, sebagian kemasan produk sebagai alat promosi yang sangat efektif (Fardiaz, 1992).

Teknik pengemasan brownies wortel dengan dua jenis pengemas yaitu pengemas primer berupa kertas minyak dan pengemas sekunder berupa kertas karton memberi keuntungan saat pendistribusian produk yakni brownies wortel tidak remuk dan keadaan masih bagus ketika sampai di tangan konsumen. Penggunaan karton sebagai kemasan sekunder ditujukan untuk melindungi produk dari kerusakan mekanis dan fisis. Disamping itu juga bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengangkutan atau transportasi dan penyimpanan, juga berfungsi sebagai media komunikator.

Kemasan agar menarik dirancang dan dibuat sebaik mungkin, dalam merancang atau merencanakan pembuatan suatu kemasan harus memperhatikan hal-hal seperti Kesesuaian antara produk dengan bahan pengemasnya (dalam menentukan bahan pengemas kita harus mempertimbangkan produk yang dimiliki) kertas minyak dapat digunakan sebagai kemasan primer, juga bisa dimasukkan kedalam kemasan lain seperti dus kertas sebagai kemasan sekunder. Ukuran

Dokumen terkait