• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Identifikasi Potensi dan Masalah

4. Bidang Pertanian dan Infrastruktur

a. Desa Maniangpajo dan Sabbangparu mempunyai potensi pertanian cukup besar. Berdasarkan data dari pemerintah Kab. Wajo potensi bidang pertanian ini meliputi; padi sawah, padi ladang dan jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang hijau, kacang tanah dan kacang kedelai. Potensi ini masih belum dapat dimaksimalkan karena sebagian masyarakat masih terkendala alat untuk memanennya.

b. Khusus desa Sabbangparu, tepatnya di desa Worongen sangat membutuhkan perbaikan dan penambahan jembatan atau jalan untuk memudahkan transportasi dari desa satu ke desa lainnya. Terlebih lagi, jembatan-jembatan yang sudah ada dirasakan oleh masyarakat sudah tidak layak untuk dilewati. Masyarakat di Sabbangparu sangat membutuhkan pemugaran dan penambahan jembatan atau jalan.

c. Desa Sabbangparu masih terdapat banyak lahan tidur. Lahan tidur ini tidak pernah digarap oleh masyarakat ditambah tidak ada perhatian khusus dari pemerintah setempat.

9 5. Bidang Pendidikan

Perwakilan guru dari SMPN I Sabbangparu mengajukan permohonan untuk merenovasi bangunan sekolah karena sudah lama tidak direnovasi.

B. Pembahasan Harapan dan Rencana Tindak Lanjut 1. Bidang hukum

a. Lapas kelas I A Makassar merupakan salah satu lapas yang kelebihan kapasitas berdasarkan rilis yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Ham per Maret 2015.

Data Kapasitas Narapidana Lapas di Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan

No Satker Total Kapasitas

LAPAS NARKOTIKA KELAS II A

SUNGGUMINASA 533 368

9 LAPAS WANITA KELAS II A SUNGGUMINASA 131 248

10

harus diperlakukan berbeda dengan narapidana lainnya baik dari segi tempat maupun dari segi pembinaan.

Narapidana merupakan warga binaan di dalam lapas dengan harapan bahwa di dalam lapas mereka dibina dan diarahkan agar setelah keluar dari lapas mereka menjadi warga negara yang baik. Apalagi narapidana anak-anak yang masih mempunyai harapan masa depan yang panjang.

Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sebenarnya sudah meninggalkan sistem kepenjaraan. Dalam sistem penjara ini menekan pada efek jera bagi narapidana. Narapidana di dalam penjara tersebut dipukuli dan disiksa sampai dia jera. Sistem tersebut telah dirubah menjadi sistem pemasyarakatan yang menekankan pada pembinaan.

Orang yang masuk lapas dibina dengan baik agar insyaf dan diberi kesempatan untuk kembali berasimilasi dengan masyarakat umumnya karena mereka yang melanggar hukum notabene adalah warga negara Indonesia juga. Artinya bahwa tujuan pemidanaan dengan memberikan efek jera telah lama ditinggalkan diganti dengan sistem pembinaan narapidana.

Tujuan pembinaan tersebut harus diejawantahkan kepada narapidana harus diperlakukan sama dengan narapidana lainnya. Penggolongan jenis tindak pidana (seperti tindak pidana korupsi, terorisme dan narkotika) dan sel khusus (bagi narapidana anak dan wanita) boleh dilakukan. Tetapi berkaitan dengan hak-hak narapidana seperti mendapatkan remisi dan grasi harus sama bagi semua narapidana.

Jika Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan sudah menganut asas pembinaan bagi narapidana, maka tidak boleh ada peraturan di bawah Undang-Undang tersebut (seperti Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden) bertentangan dengan Undang-Undang Kemasyarakatan. Sebagai contoh, jika ada Peraturan Pemerintah (PP) yang mengebiri hak-hak narapidana dengan tujuan memberikan efek jera, maka PP itu inkonstitusional dan harus dibatalkan.

Pada intinya, domain yang menyatakan seseorang bersalah atau tidak adalah putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (in kracht).

Dengan kata lain, dalam sistem pembinaan di lapas ini, pernyataan bersalah seseorang ada di tangan putusan hakim. Setelah diputus oleh

11

hakim, maka diserahkan kepada lapas untuk dibina. Jikalau dalam kesehariannya di baik maka berhak mendapatkan peringanan hukum seperti remisi.

b. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM segera menyediakan sel khusus bagi para penunggak pajak. Hal ini dilakukan karena pemerintah Jokowi-JK tidak segan menindak tegas bagi mafia-mafia pajak. Sanksi hukum yang mulai diterapkan adalah melalui penyanderaan (Gijzeling) bagi para penunggak pajak. Gijzeling sangat dimungkinkan diterapkan karena konstitusi telah mengaturnya.

Kewenangan pemerintah dalam menagih pajak melalui penerbitan surat seketika dan sekaligus, atau surat paksa dan surat perintah penyitaan, termasuk surat perintah penyanderaan, didasarkan pada Undang-Undang No 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Pasal 33 ayat (1) Undang-undang tersebut menyebutkan, penyanderaan dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta) dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi pajak.

Kemudian, dalam ayat selanjutnya dinyatakan penyanderaan sebagaimana tersebut pada Ayat 1 hanya dapat dilaksanakan berdasarkan surat perintah penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis menteri atau gubernur kepala daerah tingkat I.

Pelaksanaan gijzeling diatur dengan PP No. 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan Pemberian Ganti Rugi Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Lebih lanjut secara teknis dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Kehakiman dan HAM No .M-02.UM.09.01Tahun 2003, No 294 / KMK.03/2003 tentang Tata Cara Penitipan Penanggung Pajak Yang Disandera di Rumah Tahanan Negara Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.

12

Aturan Hukum Mengenai Sandera di Indonesia

Sandera ini sebenarnya menurut hukum melanggar hak asasi manusia karena kemerdekaannya dibatasi. Oleh karena itu, Mahkamah Agung pernah mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 2 Tahun 1964 yang menganjurkan supaya sandera untuk perkara perdata tidak diterapkan lagi karena bertentangan dan membatasi hak asasi, hak kemerdekaan untuk bertindak dan bergerak secara bebas seseorang.

Peraturan Pasal Pokok Pengaturan

Herziene Inlandsch Reglement (HIR)

Pasal 209 dan 210 Jika tidak ada atau tidak cukup barang untuk memastikan penjalanan keputusan, Ketua Pengadilan Negeri dapat memberi perintah untuk menjalankan surat sita untuk menyandera debitor.

UU No. 49/Prp/1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara

Pasal 1 Penyanderaan dalam rangka utang kepada Negara

Pasal 1 Upaya menghidupkan kembali lembaga gijzeling terhitung sejak 30 Juni 2000

Paksa badan dilakukan melalui penetapan pengadilan.

Penyanderaan terhadap pengutang pajak yang berhutang sekurang-kurangnya Rp.

100 juta dan diragukan itikad baiknya.

Penyanderaan dilaksanakan berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh Menteri, Gubernur atau Kepala Daerah Tingkat I. Penanggung Pajak yang disandera dan belum ada tempat penyanderaannya yang dibentuk oleh Departemen Keuangan

UU No. 37/2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

Pasal 93 Penahanan debitor pailit melalui putusan pengadilan.

13

Tetapi dalam ranah hukum pajak, sandera masih dapat diterapkan.

Mengapa ?, karena pajak termasuk ke dalam hukum publik dan hukum publik mengatur hak dan kewajiban warga negara terhadap masyarakat.

Hak masyarakat terhadap negaranya juga merupakan hak asasi masyarakat yang harus dipatuhi oleh setiap warganya.

Sandera sebenarnya hukuman yang berdampak pada sisi kejiwaan atau psikologis dan martabat seseorang. Orang yang disandera karena ada utang pajak dengan negara oleh masyarakat dianggap sebagai ketidakpatuhan terhadap negara. Karena itu, wajib pajak yang disandera akan merasa malu begitupula dengan keluarganya dan pada akhirnya wajib pajak tersebut akan membayar utang pajaknya. Jadi penerapan sandera ini (Gijzeling) dalam hukum pajak masih dapat diterapkan walaupun sebagai alat paksa atau sanksi hukum terakhir.

2. Bidang Pemerintahan Daerah

a. Pemilihan anggota dewan atau anggota legislatif dilaksanakan berdasarkan atas ketentuan Undang-Undang yang telah disahkan oleh DPR. Jalur pemilihan secara independen dapat dilaksanakan dengan syarat dirubah terlebih dahulu ketentuan Undang-Undangnya.

b. Asas praduga tidak bersalah (presumption of innocent) harus menjadi asas yang utama dalam penegakan hukum. Seseorang tidak boleh dijustifikasi bersalah selama belum ada putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap. Ini berarti, kalau status anggota DPRD Pare-Pare masih menjadi tersangka, dia secara yuridis masih bisa menjalankan fungsinya sebagai anggota DPRD terlepas dari etika pantas atau tidaknya.

c. Bantuan dari Pemerintah Pusat yang ditujukan kepada masyarakat di daerah harus wakil rakyatnya yang memberikan secara langsung. Sebagai contoh, bantuan traktor, pupuk dan bibit harus Akbar Faizal yang menyerahkannya secara langsung kepada masyarakat.

d. Perlunya ditinjau ulang produk-produk hukum yang tidak sesuai dengan kondisi di daerah. Produk hukum yang akan dibuat setidak-tidaknya harus memenuhi tiga unsur, yaitu: filosofis, yuridis dan sosiologis.

14 3. Bidang Politik Hukum Nasional

a. Masalah antara KPK dan Polri, Akbar Faizal adalah sosok yang terlibat langsung dalam masalah tersebut. Akbar Faizal adalah salah satu anggota dari komisi III yang membidangi masalah hukum, HAM dan keamanan.

Komisi III sangat mendorong Presiden Jokowi mengambil sikap dan keputusan yang tepat untuk menyelesaikan konflik dua intitusi penegak hukum. Jika konflik ini tidak selesai, maka berapa banyak energi bangsa ini yang dikeluarkan sehingga membuat kerja tidak efektif karena masih banyak persoalan negeri ini yang belum selesai. Intinya Presiden harus memperhatikan ketentuan Pasal 11 ayat 2 dan ayat 5 Undang-Undang No.

2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

4. Bidang Pertanian dan Infrastruktur

a. Bantuan berupa alat traktor, pupuk dan bibit bagi kelompok tani sudah diusulkan ke Kementerian Pertanian. Akan tetapi sifat bantuan tersebut terbatas sifatnya. Bagi kelompok tani yang sudah mendapatkan traktor, tidak lagi mendapatkan pupuk atau bibit, begitupun sebaliknya.

b. Berkenaan dengan jembatan dan jalan yang masih dirasakan kurang layak oleh masyarakat di Sabbangparu, perlu diketauhi bahwa ada pembagian jalan Negara, jalan Propinsi, jalan Kabupaten/Kota dan jalan desa. Oleh karena itu, harus diidentifikasi dahulu jembatan atau jalan tersebut masuk ke dalam kategori mana.

c. Khusus di desa Sabbangparu banyaknya lahan yang tidur harus segera diaktifkan kembali sehingga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar.

Dokumen terkait