• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Potensi Pengembangan Biodiesel dan Bioethanol

2.2.1. Biodiesel

Biodiesel yang dihasilkan dari bahan bakar bio-minyak yang memiliki kesamaan karakteristik dengan minyak diesel. Biofuel adalah ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang lebih baik dibandingkan dengan minyak diesel dan juga adalah bebas belerang, yang rendah dan jumlah asap tinggi cetane nomor yang jelas membuat pembakaran, memiliki karakteristik pelumas pada mesin piston, dan juga biodegradable sehingga menjadi energi yang tidak beracun. Menurut penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, biodiesel bisa langsung digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel tanpa perlu ada modifikasi mesin atau campuran dengan bahan bakar solar dengan konsentrasi mulai pada 5persen.

Pengembangan biodiesel yang membutuhkan minyak mentah bio-bahan yang dapat dibentuk dari tanaman yang mengandung asam lemak seperti minyak mentah kelapa sawit, Jatropha curcas , Kelapa, soursop, annona, dan kapuk. Tanah Indonesia yang kaya sumberdaya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk biodiesel. Crude Palm minyak merupakan salah satu calon bio- sumber untuk bahan baku minyak di Indonesia mengingat bahwa Indonesia memproduksi minyak kelapa sawit dalam volume yang besar dan meningkat setiap tahunnya.

Sebagai produsen terbesar kedua kelapa sawit di dunia, Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen dengan menggunakan biodiesel berbasis minyak kelapa sawit, baik dari kelapa sawit atau turunannya. Di Indonesia produksi kelapa sawit di tahun 2003 mencapai sekitar 9 juta ton, dan meningkat hingga 15 persen setiap tahun. Hampir seluruh produk kelapa sawit dapat diolah menjadi biodiesel, mulai dari yang terbaik berkualitas dengan gratis Fatty Acid

(FFA) kurang dari 5 persen menjadi lebih dari 70 persen dari Palm Distilat Fatty Acid (PFAD). Saat ini, sebagian besar kebutuhan nasional kelapa sawit yang diserap oleh pabrik minyak goreng dengan kebutuhan rata-rata 3.5 juta ton per tahun. Pabrik minyak goreng yang dapat menghasilkan PFAD sekitar 6 persen dari mereka perlukan, sehingga bisa mencapai 0.21 juta ton PFAD dalam satu tahun. Karena harga kelapa sawit masih tinggi (hingga US $ 400/tons), Rekayasa Pusat-PPT telah mengembangkan kelapa sawit Parit atau kelapa sawit Palm dari limbah pabrik minyak yang akan digunakan sebagai bahan baku biodiesel.

Harga limbah kelapa sawit yang relatif murah (sekitar Rp. 500 - Rp. 100 per liter), sehingga bahwa jika sudah ditambahkan dengan biaya produksi, harga

akhir masih kompetitif dibandingkan untuk harga solar yang masih dapat subsidi dari pemerintah.

Hasil penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, selain kelapa sawit, terdapat lebih dari 40 jenis minyak di biooil Indonesia yang potensial dapat digunakan sebagai bahan baku untuk biodiesel, seperti jarak minyak, minyak kelapa, minyak kedelai dan minyak kapuk. Bahan baku di antara mereka, kastroli tanaman merupakan tanaman unggul untuk pengembangan biodiesel. Tanaman ini adalah sebagai calon bahan baku biodiesel karena dapat tumbuh di lahan kritis dan karakteristik minyak adalah cocok untuk biodiesel. Biaya operasional untuk mengembangkan minyak jarak tanaman lebih ekonomis dari kelapa sawit.

Untuk tujuan perbandingan, Biaya pengembangan dan pemeliharaan kebutuhan tanaman minyak jarak hanya 20 persen sampai 25 persen dari total biaya produksi. Sementara itu, minyak kelapa sawit memerlukan 40 persen menjadi 50 persen. Di Indonesia, masih banyak lahan kritis yang dapat digunakan untuk bahan bakar hijau perkebunan seperti kelapa sawit dan minyak jarak.

Menurut Badan Pusat Statistik (2006) area lahan kritis di Indonesia pada akhir tahun 2006 sekitar 27.1 juta hektar (7.9 juta hektar pada konservasi kawasan hutan dan 14,1 juta hektar hutan di luar kawasan konservasi).

Menurut penelitian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2006) , jika semua orang infertil tanah ditanam pohon kastroli mereka akan menghasilkan lebih dari 400 ribu barel solar per hari. Sementara itu, hanya kurang dari 10 persen dari tanah yang telah dan akan digunakan. Adalah isyarat bahwa utilisation tanah yang subur namun tidak optimal. Beberapa lembaga telah menanam jarak pagar

seperti PT Rekayasa Industri dan Bandung Institute of Teknologi (ITB) berlokasi di NTB dengan luas wilayah 12 hektar (30 ribu pohon).

PT Energi Alternatif Indonesia (48 ribu pohon), di Departemen Pertanian NTT (3000 pohon) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia di Indramayu (850 hektar). Pada saat yang sama, Perhutani juga telah menyiapkan 10 ribu hektar di Jawa sejak 2006 selama 5 tahun yang dapat menghasilkan 30 ribu ton biji jarak per tahun atau setara dengan 20 ribu ton minyak jarak. Kudus pemerintah daerah yang juga telah disediakan 35 hektar lahan untuk perkebunan minyak jarak. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian, Saat ini, total kebutuhan biodiesel mencapai 4.12 juta kiloliter per tahun. Sementara, kapasitas produksi pada tahun 2006 hanya 110 ribu per tahun kilolitre. Dalam kapasitas produksi tahun 2007 berencana untuk naik ke 200 ribu per tahun kilolitres. Produsen lainnya yang akan beroperasi pada tahun 2008, sehingga kapasitas produksi akan berjalan kaki ke sekitar 400 ribu per tahun kilolitres. Cetak biru yang Pengelolaan Energi Nasional telah menetapkan target untuk biodiesel produksi yang 0.72 juta kiloliters pada tahun 2010 untuk menggantikan 29 persen dari diesel bahwa kebutuhan konsumsi 200 ribu hektar perkebunan kelapa sawit dan 25 unit pengolahan dengan kapasitas 30 ribu ton per tahun. Mereka yang memiliki kegiatan nilai investasi sebesar Rp. 1.32 triliun hingga 4.7 juta kilo liter pada tahun 2025 untuk mengganti 5 persen dari konsumsi solar. Perlu 1.34 juta hektar kelapa sawit perkebunan dan 45 unit pengolahan dengan kapasitas 100 ribu ton per tahun yang memiliki nilai investasi sebesar Rp. 9 triliun.

Dengan asumsi bahwa dengan penambahan produksi biodiesel sekitar 150 ribu kiloliter per tahun untuk periode 2006-2015, dan meningkat hingga 300 ribu kiloliter per tahun periode 2016-2025, sehingga target produksi biodiesel diproyeksikan sebagai berikut:

Tabel 7. Proyeksi Produksi Biodiesel, Tahun 2006 Sampai 2025

(Juta Kilo liter)

Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2015 2025 Produksi 110.0 262.5 415.0 567.0 720.0 1500 4.700 Rata-rata tambahan per tahun 152.5 152.5 152.5 152.5 156.0 156.0 320.0

Sumber : Kementrian Pertanian, 2009

Saat ini, pabrik biodiesel yang dimiliki oleh BPPT dengan kapasitas produksi 1.5 ton per hari telah beroperasi di Kawasan Puspitek Serpong, dan diperkirakan pada Juli 2006 kedua pabrik biodiesel milik BPPT juga akan beroperasi dengan kapasitas 3 ton per hari. Kedua pabrik menggunakan berbagai jenis bahan baku seperti minyak kelapa sawit di berbeda kualitas, minyak jarak, dan kualitas minyak yang dihasilkan dari minyak goreng dan kopra limbah pabrik. Pabrik pengolahan biodiesel yang tidak perlu tinggi biaya investasi, sehingga dapat dikembangkan melalui unit kecil dan dikelola oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Sebagai gambaran, pabrik dengan produksi kapasitas 3 ton per hari hanya membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 3.9 juta dan payback periode

hanya sekitar 3 tahun.

Gatot (2003) menyatakan bahwa kondisi Biodiesel di Indonesia dari data-data dan penjelasan mengenai harapan biodiesel diketahui bahwa pemakaian solar di Indonesia sekitar 44 juta kiloliter/tahun. Dari angka ini, 6 juta kiloliter untuk kebutuhan industri dan Perusahaan Listrik Negara 12 juta kiloliter. Jika 20

persen dari kebutuhan Perusahaan Listrik Negara dan industri dapat diganti biodiesel maka kebutuhan biodiesel mencapai 3.60 juta kiloliter/tahun. Jumlah tersebut akan menjadi 4.12 juta kiloliter/tahun, jika sarana transportasi dengan kebutuhan 26 juta kiloliter solar, dapat memakai biodiesel 2 persen saja. Sementara kemampuan produksi biodiesel pada 2006 baru 110 000 kiloliter/tahun. Pada 2007 baru akan ditingkatkan kapasitasnya sampai 200.000 kiloliter/tahun. Dengan adanya faktor pertimbangan produsen lain pada tahun 2007, maka diperkirakan produksi biodiesel mencapai 400 000 kiloliter/tahun.

Kenyataan di atas sangat tergantung, pada situasi dan kondisi yaitu:

1. Mesin-mesin telah dirancang untuk berbahan bakar solar, apakah jika diganti biodiesel tidak timbul masalah baru berkaitan dengan permesinan ?. Jika timbul masalah baru dan perlu adanya mesin baru berbasis bahan bakar biodiesel maka jelas penggunaan solar tidak dapat ditinggalkan dalam waktu cepat, dan penggunaan biodiesel juga akan bergerak secara perlahan

2. Dari sisi harga, apakah ada jaminan jangka panjang bahwa harga biodiesel selalu lebih murah atau setidaknya sama dengan bahan bakar solar/bahan bakar minyak bumi? Hal ini juga sangat bergantung dari kemampuan memproduksi minyak jarak/kelapa sawit sebagai bahan baku minyak diesel, serta kondisi pasar dunia dengan segala dinamikanya.

3. Kondisi yang menguntungkan dari penggunaan biodiesel ini adalah faktor keamanan lingkungan dan dapat diperbaharui. Bagaimanapun dalam

masalah budidaya tananaman juga perlu diperhitungkan dampak lain seperti pengubahan fungsi hutan menjadi perkebunan jarak/kelapa sawit.

Dokumen terkait