• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Film Features Dokumenter

4. Biografi Singkat Sutradara

Fuad Fauji dilahirkan di Lebak, 10 Maret 1983. Fuad Fauji menetap di Forum Lenteng Jakarta sebagai periset dan penulis seni rupa. Tahun 2005 ia dan kawan-kawan lainnya terlibat mendirikan komunitas Saidjah. Kerja video pertamanya adalah “Saidjah Project”, 2005. Pada tahun 2007 akhir, ia mendapatkan gelar S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, konsentrasi Jurnalistik.

Film fiksi pertamanya “Maria”, hasilprojectworkshop Cerpen ke Filem yang diadakan Forum Lenteng, 2008. Dia dibesarkan oleh keluarga yang sederhana. Kedua orang tuanya petani musiman di Leuwidamar. Kadang bertani kadang tidak. Ayahnya telah meninggal bersamaan dengan kerja residensi pertamanya di Tanjung Priuk tahun 2009. Terlibat dalam produksi teks dan video dokumenter di akumassa. Sejak tahun 2010 hingga sekarang ia bekerja dengan Dewan Kesenian Jakarta sebagai peneliti kritik seni rupa Indonesia.

Bersama program akumassa dan Saidjah Forum, karya-karyanya telah diputar di berbagai perhelatan filem dan seni rupa, antara lain; Festival Film Dokumenter ke-9 (2009); The Loss of The Real, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung (2010); Decompression #10, Expanding Space and Public, ruangrupa, Galeri Nasional Indonesia – Jakarta (2010); The Decade of Reformation: Indonesian Film/Video, Artsonje Arthall, Korea Selatan; 24 Edition Images Festival, Toronto Free Gallery, Kanada; Selametan Digital, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta (2011); Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko (2011)

b) Badrul Munir

Badrul Munir dilahirkan pada 16 April 1978. Menyelesaikan studi Hubungan Masyarakat di LP3I tahun 2000 dan studi Ilmu Dakwah di STITDA, Lebak tahun 2008-2009. Pengajar ilmu Bahasa Inggris di STKIP Banten & STIB Pandeglang ini merupakan pelopor musikundergrounddi Lebak, terutama di Kitarung Underground

sejak tahun 1997-98.

Ia pernah bermain di Poster Cafe pada tahun 1996 bersama bandnya Pupils sebagai vokalis, yang memenangi juara satu festival band se-Jabotabek tahun 1997. Di sela-sela itu ia juga membuka kursus bahasa Inggris secara perorangan (privat). Tahun 2000, ia aktif di HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia).

Sejak tahun 2007, lelaki yang akrab dipanggil Cak Rob ini mulai aktif di Saidjah Forum dan terlibat dalam proyek akumassa, Lebak di akhir tahun 2008. Video individu terakhir yang dibuatnya yaitu Bahbir di tahun 2010. Bersama program akumassa dan Saidjah Forum.

Karya-karyanya telah dipresentasikan di berbagai perhelatan filem dan seni rupa, antara lain; Festival Film Dokumenter ke-9 (2009); The Loss of The Real, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung (2010); Decompression #10, Expanding Space and Public, ruangrupa, Galeri Nasional Indonesia – Jakarta (2010); The Decade of Reformation: Indonesian Film/Video, Artsonje Arthall, Korea Selatan; 24 Edition Images Festival, Toronto Free Gallery, Kanada; Selametan Digital, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta (2011); Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko (2011).

c) Andang Kelana

Andang Kelana dilahirkan di Jakarta pada 7 Mei 1983. Dalam beberapa tahun terakhir, seniman ini fokus dalam mengembangkan proyek seni media melalui karya-karyaweb-base. Ia pernah studi ilmu komunikasi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP), Jakarta, namun tak lulus.

Desainer Grafis paruh waktu ini mendirikan KelanaDesain (Rumah Desain) di tahun 2005-2007, Di tahun 2010 mendirikan

Merah Membara (Rumah Desain) bersama kawannya. Dan saat ini ia bekerja sebagai Kekretaris Jendral di Forum Lenteng.

Pengalamannya dalam filem-video dimulai pada tahun 2003 dengan menjadi partisipan dalam Massroom Project yang menghasilkan 9 video dokumenter tentang Jakarta. Tahun 2005 ia menjadi partisipan sekaligus koordinator dalam proyek video dokumenter di Meksiko atas kerjasama Forum Lenteng dan El-TVDCM, El Despacho, Meksiko dengan tajuk Intimacy Project. Setelah itu ia aktif sebagai fasilitator dalam berbagai loka karya video baik yang diadakan oleh komunitas maupun instansi pemerintah dalam mensosialisasikan seni media di berbagai daerah di Indonesia.

Selain itu tahun 2010 ia terlibat dalam proyek filem dokumenter Crossing The Boundaries: Cross-Culture Video Project For Peace 2010 bersama Yayasan Interseksi. Selain video, ia juga terlibat dalam pameran fotografi, antara lain; tahun 2004 ia pameran foto bersama sejumlah perupa kontemporer Indonesia dengan tajuk Top Collection.

Ia juga terlibat dalam penyelengga-raan Jakarta 32oC yang dibentuk kelompok ruang rupa Jakarta sejak tahun 2004 hingga 2010. Tahun 2006 ia berpameran fotografi JEDA di Galeri Cipta III-Taman Ismail Marzuki dan Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta. Tahun 2010, komposer musik elektronik ini terlibat dalam pameran ID

Contemporary Art Indonesia di Gallery Kunstraum Kreuzberg/Bethanien, Berlin.

Sedang bersama Forum Lenteng, karya-karyanya telah dipresentasikan baik dalam perhelatan festival filem nasional seperti; Jakarta International Film Festival, Festival Film Dokumenter, maupun dalam perhelatan internasional, seperti International Film Festival Rotterdam, Belanda; Zinebi International Festival Documentary and Short Film of Bilbao, Spanyol; Experimenta, India; Internationale Kurzfilmtage Oberhausen, Jerman. Juga perhelatan seni rupa, seperti Pameran Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko tahun 2011 dan 24 Edition Images Festival (Special Presentation), Toronto Free Gallery, Kanada di tahun yang sama.

Selain berkarya, ia juga beberapa kali menjadi pembicara dalam berbagai diskusi dan seminar, antara lain pada Video Vortex #7 yang diadakan di Yogyakarta pada tahun ini. Baru-baru ini berpameran bersama Forum Lenteng dalam Pameran Seni Video “Membajak TV” di Komunitas Salihara dengan karya “Masa Analog, Masa Represi”.

d) Syaiful Anwar

Syaiful Anwar dilahirkan di Jakarta pada 26 Februari 1983. Ia menyelesaikan Strata 1 ilmu komunikasi di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di tahun 2007. Tahun 2010 ia terlibat dalam proyek

filem dokumenter Crossing The Boundaries: Cross-Culture Video Project For Peace 2010 bersama Yayasan Interseksi.

Tahun 2011, karya videonya menjadi salah satu pemenang kompetisi seni media yang diselenggarakan oleh Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Di tahun yang sama ia menjadi mentor untuk workshop video dalam perhelatan Jakarta 32oC. Ia juga pernah terlibat dalam beberapa pameran fotografi, antara lain; pameran fotografi JEDA di Galeri Cipta III-Taman Ismail Marzuki dan Rumah Seni Cemeti, Yogyakarta, pada tahun 2006.

Kini ia tinggal dan bekerja di Jakarta sebagai Koordinator Produksi di Forum Lenteng. Bersama Forum Lenteng, karya-karyanya telah dipresentasikan baik dalam perhelatan festival filem nasional seperti; Jakarta International Film Festival, Festival Film Dokumenter, maupun dalam perhelatan internasional, seperti International Film Festival Rotterdam, Belanda; Zinebi International Festival Documentary and Short Film of Bilbao, Spanyol; Experimenta, India; Internationale Kurzfilmtage Oberhausen, Jerman. Juga perhelatan seni rupa, seperti Pameran Entre Utopia y Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko tahun 2011 dan 24 Edition Images Festival (Presentasi Khusus), Toronto Free Gallery, Kanada di tahun yang sama. Selain

itu ia juga berpameran bersama Forum Lenteng dalam Pameran Seni Video “Membajak TV” di Komunitas Salihara dengan karya “Masa Analog, Masa Represi”.

e) Hafiz

Hafiz dilahirkan di Pekanbaru pada 4 Juni 1971. Perupa dan Pembuat Video ini menyelesaikan studi Seni Murni di Institut Kesenian Jakarta tahun 1994. Ia salah satu pendiri Forum Lenteng (2003) dan Ruangrupa (2000).

Sebagai perupa, ayah dari seorang anak ini aktif melakukan pameran di dalam maupun di luar negeri, diantaranya: Pameran di Cemeti Art House (1999, 2002, 2005); Bentara Budaya, Yogyakarta (1997); Galeri Cipta, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta (1999, 2002); Pameran/Residensi Painting Project di Centre Soleil de Afrique, Bamako, Mali (2001); Gwangju Bienalle Korea (2002); Bienalle Istambul Turki (2005); dan New Beginners Project di TENT. Center Rotterdam, Belanda (2005); 24 Edition Images Festival, Toronto Free Gallery, Kanada (2011); Entre Utopia Distopia-Palestra Asia di Museo Universitario Arte Contemporaneo, Meksiko (2011).

Ia juga seorang sutradara film dokumenteer, dan ia pernah menyutradarai beberapa film dokumenter baik individu maupun kerja kolaborasi dengan sutradara dari beberapa negara diantaranya The Valley of the Dog Songs (2005), The Carriage (2008), Alam:

Syuhada (2005), BE RTDM (2006), Bertemu Jen (2008) yang merupakan salah satu bagian dalam omnibus 9808.

Karya-karyanya telah diputar di berbagai perhelatan filem baik nasional maupun internasional, seperti International Film Festival Rotterdam, Belanda; Zinebi International Festival Documentary and Short Film of Bilbao, Spanyol; Experimenta, India; Internationale Kurzfilmtage Oberhausen, Jerman. Pada perhelatan 24 Edition Images Festival tahun 2011,

Pernah menjadi salah satu juri dalam kompetisi internasional. Ia juga seorang penulis kritik filem dan seni rupa di berbagai terbitan nasional, sebagai editor Jurnal Kebudayaan KARBON (2000-2003), dan sejak 2009 menjadi Pemimpin Redaksi Jurnal Online Film-Video Footage.

Hafiz juga aktif menjadi pembicara dalam diskusi ataupun seminar yang diadakan baik nasional maupun internasional, seperti Simposium “Globalism-Chances, Discontents, and Extremes di Museum of Contemporary Art (MUMOK) di Wina, Austria, dan Video Vortex #7 di Yogyakarta pada tahun 2011. Bersama Forum Lenteng ia melakukan pameran seni video “Membajak TV” di Komunitas Salihara dengan karya “Masa Analog, Masa Represi”.

Tahun 2006 sampai 2008 ia menjadi kurator tamu untuk pameran dan riset yang diadakan oleh Komite Senirupa Dewan Kesenian Jakarta. Sejak 2003, menjadi Artistic Director (Kurator

OK.Video – Jakarta International Video Festival) yang diadakan oleh Ruangrupa Jakarta di Galeri Nasional Indonesia hingga sekarang. Di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua Forum Lenteng, ia juga bekerja sebagai kurator independen dalam pergelaran filem, video, maupun seni rupa nasional dan internasional.5

B. Gambaran Umum Komunitas Pembuat Film

Dokumen terkait