• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Sentra Nergi Biomassa

4.4.1. Biomassa terkumpul

Kajian untuk menentukan jumlah biomassa yang tersedia setiap hari selama masa operasional Sentra Energi dari tahun 1996 sampai tahun 2003, menggunakan pendekatan umum sebagai berikut :

1. Biomassa yang dikumpulkan berasal dari Kecamatan yang populasi sumbernya cukup dan menunjukkan adanya kontinyuitas dalam selang waktu yang panjang. 2. Berdasarkan keadaan tanah produksi yang kosong yang terdapat di kawasan Bogor

mempunyai sebaran yang luas, maka diprediksikan luas tanah yang digunakan untuk ladang energi sebesar 276 ha yang tersedia di Kecamatan Cariu atau Kecamatan Jonggol. Kawasan DKI Jakarta memiliki tanah produksi yang kosong dengan luas yang terbatas, maka sentra energi tidak menggunakan masukan bio- massa dari ladang energi. Tanah produksi yang kosong yang terdapat di kawasan Purwakarta mempunyai sebaran yang luas dan jumlah yang besar, maka diran- cang luas tanah untuk ladang energi untuk sentra energi di kawasan Purwakarta sebesar 552 ha.

3. Kotoran sapi dan kotoran kerbau yang dapat dikumpulkan menggunakan pende- katan dan asumsi : kotoran rata-rata 25 kg/(hari.ekor), kotoran yang dapat dikum- pulkan 25 % dari jumlah harian, bahan kering sebesar 20 % dari bahan basah, dan sumber dari kecamatan yang memiliki jumlah ternak yang lebih dari 300 ekor 4. Kotoran kambing dan kotoran domba yang dapat dikumpulkan menggunakan pen-

dekatan dan asumsi : sampah rata-rata 0,6818 kg/(hari ekor) (Kadir, 1995), sampah yang dapat dikumpulkan 50 % dari jumlah harian, bahan kering sampah 44 % bahan basah, dan sumber sampah dari kecamatan yang memiliki jumlah ternak yang lebih dari 3000 ekor

5. Sampah pertanian padi yang dapat dikumpulkan menggunakan pendekatan dan asumsi : sampah rata-rata 1570 kg/ha (Pandey, 1997), sampah yang dapat dikum- pulkan 25 % dari sampah pertanian, bahan kering sampah 25 % dari bahan basah, sumber sampah dari kecamatan yang memiliki luas panen yang lebih dari 20 ha, dan jumlah sampah hasil hitungan adalah dari jumlah sampah satu tahun dibagi dengan 360 hari.

6. Kotoran ayam yang dapat dikumpulkan menggunakan pendekatan dan asumsi : sampah rata-rata setiap hari 0,09 kg/ekor (Kadir, 1995), kotoran yang dapat di- kumpulkan 50 % dari jumlah harian, bahan kering 45 % bahan basah, sumber dari kecamatan yang memiliki jumlah ternak yang lebih dari 25000 ekor, dan hasil hitungan dari kotoran satu tahun dengan 12 bulan.

7. Sampah kota yang dapat dikumpulkan menggunakan pendekatan dan asumsi : sampah yang sampai ke sentra energi sebesar 90 % dari sampah yang terkumpul, bahan organik sebesar 65 %, dari bahan kering 25 % dari bobot bahan basah. 8. Ladang energi menggunakan tanaman rumput gajah (P purpureum K.Schum) de-

ngan jarak tanam 0,5 meter x 0,3 meter. Hijauan segar yang dihasilkan 208 ton pertahun (Sarwanto, 2004) atau rata-rata harian 0,578 ton perhektar. Rata-rata jumlah bahan kering 25 % dari jumlah bahan basah.

Sumber biomassa dalam jumlah yang layak dan bersifat kontinyu untuk kawas- an Bogor berasal dari sampah kota, peternakan sapi dan kerbau, peternakan kambing dan domba, pertanian padi, dan ladang energi. Berdasarkan asumsi-asumsi yang digu- nakan dan dengan menggunakan statistik dari BPS pada kawasan Bogor (BPS Kabu- paten Bogor, 1998, 1999, 2001, 2003; BPS Kota Bogor, 1996, 1998, 2000,2003; BPS Kota Depok, 2001, 2002, 2003), jumlah biomassa yang dapat dikumpulkan dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2003 se-perti Tabel 22.

Tabel. 22 Jumlah total biomassa terkumpul kawasan Bogor(ton/hari)

Tahun Sampah Kota Kotoran domba dan Kambing Kotoran sapi dan Kerbau Sampah Padi Tanaman Ladang Energi Jumlah 1996 314,82 43,49 177,93 93,38 160 789,62 1997 340,74 32,89 148,1 93,73 160 775,46 1998 319,68 26,39 124,05 95,60 160 725,72 1999 350,01 29,92 120,77 93,64 160 754,34 2000 336,69 31,05 124,93 92,10 160 744,77 2001 317,07 45,19 109,98 92,04 160 724,28 2002 353,88 44,83 106,79 99,34 160 764,84 2003 368,82 46,22 133,79 81,44 160 790,27

Terlihat pada kawasan Bogor biomassa yang layak dikumpulkan secara konti- nyu dari 6 sumber, yaitu sampah kota, kotoran kambing dan domba, kotoran sapi dan kerbau, sampah padi, dan biomassa segar hasil pertanian rumput gajah (P purpureum

K.Schum). Proporsi rata-rata berturut-turut adalah 44,52 % (sampah kota), 4,93 % (kotoran kambing dan domba), 17,2 % (kotoran sapi dan kerbau), 12,23 % (sampah padi), dan 21,11 % (ladang energi). Tampak tidak terdapat sumber biomassa yang mempunyai peranan yang dominan dalam pengertian lebih dari 50 %, meskipun sampah kota merupakan sumber biomassa yang terbesar dengan proporsi rata-rata 44,52 % dari jumlah biomassa yang terkumpul. Terdapat tiga sumber biomassa yang dominan menyediakan biomassa dengan total rata-rata proporsi 82,83 %, yaitu sam- pah kota dan ladang energi serta kotoran sapi-kerbau.

Dilihat dari pola penyediaan biomassa dari tahun ke tahun, hanya sampah kota yang mempunyai kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 1998 dan pada tahun 2001 mengalami penurunan, hal ini tidak diketahui penyebab yang tepat. Biomassa dari kotoran ternak mengalami fluktuasi, dan yang terbesar terjadi pada kotoran kambing dan kotoran sapi. Sapi potong dan kambing potong po- pulasinya sangat kuat dipengaruhi oleh harga dan permintaan, sehingga jumlah ko- toran sapi dan kotoran kambing akan sebanding dengan populasinya yang berkecen- derungan berfluktuasi. Namun fluktuasi kotoran sapi dan kotoran kambing dalam arti mengalami penurunan dari tahun sebelumnya relatif dapat digantikan dengan pening- katan sampah lainnya, sehinggga jumlah keseluruhan biomassa yang terkumpul ber- fluktuasi dalam jumlah yang rendah, yaitu dengan rata-rata 2,78 %. Gambaran terse- but menunjukkan bahwa kawasan Bogor dapat menyediakan biomassa untuk sentra energi dengan relatif tetap dalam masa operasional selama 8 tahun.

Sumber biomassa dalam jumlah yang layak dan bersifat kontinyu untuk kawas- an DKI Jakarta berasal dari sampah kota, peternakan sapi, dan pertanian padi. Berdasarlam asumsi-asumsi yang digunakan dan data statistik dari BPS Provinsi DKI Jakarta (1999, 2003), jumlah biomassa yang dapat dikumpulkan dari tahun 1996 sam- pai dengan tahun 2003 seperti pada Tabel 23.

Tampak biomassa sentra energi kawasan DKI Jakarta berasal hanya dari tiga sumber, yaitu, sampah kota, kotoran sapi, dan sampah padi. Kotoran sapi dan sampah padi berkecenderungan menurun, sedangkan jumlah sampah kota mempunyai pola

yang berfluktuasi. Proporsi rata-rata sampah kota dalam total biomassa terkumpul adalah 99,33 % yang berarti sampah kota mempunyai peranan yang dominan dalam penyediaan biomassa dibandingkan kedua sumber lainnya, sehingga tanpa biomassa yang berasal dari kedua sumber lain hakekatnya sentra energi dapat beroperasi de- ngan masukan biomassa dalam jumlah yang cukup. Proporsi kotoran sapi dan sam- pah padi yang rata-rata 0,67 % secara signifikan mempunyai pengaruh yang sangat rendah terhadap jumlah biomassa terkumpul, tetapi merupakan jumlah yang cukup berarti dalam mengurangi bahan pencemaran padat. Jumlah biomassa yang terkum- pul dengan pola yang berfluktuasi dengan penurunan dari tahun sebelumnya berkisar dari 1,25 % sampai dengan 2,76 % yang rata-ratanya 1,78 %. Dapat disimpulkan bahwa kawasan DKI Jakarta dapat menyediakan biomassa dengan stabil selama masa operasional sentra energi.

Tabel. 23 Jumlah total biomassa terkumpul kawasan DKI Jakarta (ton/hari)

Tahun Sampah Kotoran sapi Sampah Padi Jumlah

1996 5075,28 30,06 3,90 5109,24 1997 5193,72 31,16 3,41 5228,23 1998 5046,93 33,29 3,97 5084,18 1999 5255,10 31,94 3,75 5290,79 2000 5192,28 28,48 4,05 5224,81 2001 5122,17 29,13 3,91 5155,21 2002 5575,86 24,96 2,53 5603,35 2003 5694,21 23,88 1,88 5719,97

Sumber biomassa dalam jumlah yang layak dan bersifat kontinyu untuk kawas- an Purwakarta berasal dari sampah kota, peternakan sapi dan kerbau, peternakan kambing dan domba, peternakan ayam, pertanian padi, dan ladang energi. Berdasar- kan statistik dari BPS Kabupaten Purwakarta (1996, 1999, 2001, 2003) dan meng- gunakan asumsi-asumsi, jumlah biomassa yang dapat dikumpulkan dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2003 seperti pada Tabel 24.

Terlihat di kawasan Purwakarta biomassa yang layak dan dapat dikumpulkan secara kontinyu berasal dari 7 sumber, yaitu sampah kota, kotoran kambing dan domba, kotoran sapi dan kerbau, sampah padi, kotoran ayam, dan biomassa segar hasil pertanian rumput gajah (P purpureum K.Schum). Proporsi rata-rata berturut-

turut adalah 2,9 % (sampah kota), 10,37 % (kotoran kambing dan domba), 32,14 % (kotoran sapi dan kerbau), 5,61 % (sampah padi), 1,24 % (kotoran ayam), dan 47,74 % (ladang energi). Tampak bahwa biomassa dari ladang energi dan bio-massa kotoran sapi-kerbau merupakan penyedia biomassa yang dominan, yaitu rata-rata 79,88 % dari jumlah biomassa yang terkumpul.

Tabel 24 Jumlah total biomassa terkumpul kawasan Purwakarta (ton/hari)

Tahun Sampah Kotoran domba dan Kambing Kotoran sapi dan Kerbau Sampah Padi Sampah Ayam Ladang Energi Jumlah 1996 18,12 51,00 206,50 37,31 7,00 320 639,92 1997 18,87 66,00 214,25 33,91 7,15 320 660,18 1998 19,51 67,50 191,00 38,29 6,50 320 642,80 1999 19,14 69,50 209,50 37,30 7,00 320 662,45 2000 20,23 72,00 213,75 37,92 8,00 320 671,95 2001 19,24 74,50 219,00 39,67 10,00 320 682,41 2002 19,96 77,50 232,50 41,68 11,00 320 702,64 2003 20,56 80,00 240,75 34,88 10,20 320 706,38

Kecuali jumlah kotoran sapi-kerbau yang terus meningkat dari tahun ke tahun, jumlah biomassa dari sumber yang lain disamping mengalami peningkatan juga per- nah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya meskipun hanya dua kali penu- runan dalam kurun waktu 8 tahun. Terlihat jumlah keseluruhan biomassa yang ter- kumpul mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 1998 mengalami penurunan dari tahun 1997, gambaran tersebut sesuai dengan pola umum dari jumlah biomassa yang terkumpul dari setiap sumbernya. Temuan tersebut menyatakan bahwa kawasan Purwakarta dapat menyediakan biomassa untuk sentra energi dengan jumlah yang cukup dan berkecenderungan meningkat 8 tahun masa operasional.

Meskipun dengan potensi sumberdaya biomassa yang relatif berbeda di antara ketiga kawasan, ternyata pada ketiga kawasan tersebut dapat menyediakan biomassa secara kontinyu dan stabil untuk kegiatan produksi sentra energi. Gambaran tersebut mengindikasikan, bahwa dipandang dari penyediaan biomassa sentra energi dapat berproduksi sesuai dengan potensi yang terdapat di suatu kawasan penghasil bio-

massa. Limbah sebagai komponen biomassa yang terkumpul juga merupakan indi- kator tingkat peranan sentra energi biomassa dalam mengurangi beban pencemaran limbah padat. Menurut Kookana et al (2002), salah satu cara terbaik untuk mengu- rangi beban pencemaran bahan organik adalah pengolahan limbah organik dengan

reuse. Menurut Cao et al (1995), pemanfaatan jerami 2 sampai 5 t ha-1 pada budidaya padi di Cina meningkatkan emisi metana 60 sampai 80 gm-2. Lahan sawah tadah hujan dengan pengolahan tanah sempurna dan penambahan 5 t ha-1 jerami nyata me- ningkatkan emisi metana tertinggi (Ernawanto et al, 2003). Emisi metana mempu- nyai hubungan erat dengan pemakaian energi, tetapi juga berasal dari budidaya padi, peternakan, dan dekomposisi anaerobik limbah padat (MERI, 1996).

Dokumen terkait