• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Sentra Energi Biomassa 2006 – 2013

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Karakteristik Sentra Energi Biomassa 2006 – 2013

Karakteristik operasional sentra energi biomassa diperoleh dari hasil simulasi untuk kurun waktu 2006 sampai dengan 2013 pada tiga kawasan, yaitu kawasan Bogor, kawasan DKI Jakarta, dan kawasan Purwakarta. Data tahunan yang diguna- kan untuk meramalkan jumlah biomassa terkumpul adalah data historis lima tahun, yaitu data tahun 2000 sampai tahun 2004. Data untuk menghitung biaya investasi adalah data harga yang berlaku pada tahun 2005. Data dasar harga untuk peramalan penerimaan hasil penjualan produk dan pengeluaran data harga tahun 2006.

Sentra energi biomassa kawasan Bogor menggunakan biomassa dari lima sumber, yaitu sampah kota, limbah padat pertanian padi, kotoran sapi dan kerbau, kotoran kambing dan domba, dan rumput gajah hasil budidaya pada lahan 276 ha. Biomassa yang digunakan oleh sentra energi biomassa kawasan DKI Jakarta berasal dari dua sumber, yaitu sampah kota dan kotoran sapi. Sentra energi biomassa kawas- an Purwakarta menggunakan biomassa dari enam sumber, yaitu sampah kota, limbah padat pertanian padi, kotoran sapi dan kerbau, kotoran kambing dan domba, kotoran ayam, dan rumput gajah hasil budidaya pada lahan 552 ha.

4.6.1. Biomassa Terkumpul dan Produksi Metana

Berdasarkan hasil simulasi seperti dalam Tabel 41 untuk tiga kawasan pada ta- hun 2006 – 2013 menunjukkan jumlah biomassa terkumpul dan produksi gas metana mengalami peningkatan setiap tahun. Biomassa terkumpul di kawasan Bogor me- ningkat dengan rata-rata 1,96 % pertahun, di kawasan DKI Jakarta meningkat rata- rata 2,64 % pertahun, dan meningkat rata-rata 1,13 % pertahun untuk kawasan Pur- wakarta. Gambaran tersebut mengartikan, bahwa ketiga kawasan dapat menyediakan biomassa dalam jumlah yang stabil dan kontinyu, untuk kebutuhan operasional sentra energi biomassa dalam kurun waktu delapan tahun.

Produksi gas metana oleh sentra energi biomassa Bogor meningkat dengan rata-rata 1,65 % pertahun, sentra energi biomassa DKI Jakarta meningkat rata-rata 2,61 % pertahun, dan di sentra energi biomassa Purwakarta meningkat dengan rata- rata 6,05 % pertahun. Menurut Ditjen Migas (2004), rumahtangga mengkonsumsi gas selama tahun 2000 adalah rata-rata setara 181 kg LPG. Berarti produksi gas metana oleh sentra energi Bogor dapat memenuhi kebutuhan 35.856 – 39.158 rumah- tangga, dan produksi gas metana oleh sentra energi biomassa DKI Jakarta dapat me-

menuhi kebutuhan 156.332 – 187.168 rumahtangga, serta produksi gas metana sentra energi biomassa Purwakarta dapat memenuhi kebutuhan gas 44.461 – 48.047 rumah- tangga.

Tabel 41 Biomassa terkumpul dan produksi metana

Tahun Biomassa terkumpul (ton/hari) Metana (ton/hari)

Bogor Jakarta Purwakarta Bogor Jakarta Purwakarta 2006 815,12 6014,29 718,56 18,026 78,715 22,393 2007 832,10 6185,82 726,96 18,339 80,924 22,664 2008 849,81 6357,84 735,36 18,672 83,147 22,936 2009 866,07 6529,87 743,76 18,965 85,370 23,207 2010 883,03 6701,90 752,15 19,278 87,593 23,478 2011 900,03 6873,93 760,55 19,591 89,816 23,749 2012 917,02 7045,96 768,95 19,904 92,039 24,020 2013 934,00 7217,99 777,35 20,217 94,262 24,292

Produksi gas metana yang cukup besar dan yang mempunyai kecenderungan meningkat tersebut serupa dengan perilaku konsumsi energi perkapita yang juga ber- kecenderungan meningkat. Berarti dalam kurun waktu delapan tahun, sentra energi biomassa dapat mempertahankan proporsi energi yang dihasilkannya dalam struktur penyediaan energi, karena laju peningkatan produksinya relatif seimbangan dengan laju pertumbuhan konsumsi energi rumahtangga perkapita.

4.6.2. Biaya Investasi

Kapasitas sentra energi menggunakan jumlah biomassa terkumpul yang maksi- mum dalam kurun waktu 2006 – 2013. Biaya investasi dihitung dengan mengguna- kan harga bahan, mesin peralatan, serta jasa yang berlaku pada tahun 2005. Dipero- leh kapasitas sentra energi dan biaya investasinya pada ketiga kawasan adalah : 1). Sentra energi kawasan Bogor (780 ton/hari) : Rp 27.127.100.000 2). Sentra energi kawasan DKI Jakarta (7300 ton/hari) : Rp 258.874.000.000 3). Sentra Energi kawasan Purwakarta (780 ton/hari) : Rp 24.895.100.000

Biaya investasi untuk setiap ton biomassa sentra energi biomassa kawasan Bo- gor adalah Rp 29.012.834, untuk sentra energi biomassa DKI Jakarta adalah sebesar Rp 35.402.192, dan untuk sentra energi kawasan Purwakarta adalah Rp 31.916.667.

Perbedaan biaya investasi untuk setiap ton biomassa diantara ketiga sentra energi biomassa disebabkan perbedaan dalam harga tanah dan luas lahan ladang energi. 4.6.3. Hasil Bersih dan Nilai Sekarang Bersih

Model simulasi meramalkan hasil bersih dan nilai sekarang bersih berdasarkan hasil permalan biomassa dan hasil peramalan gas metana serta harga gas metana dan bahan organik. Harga gas metana dan harga bahan organik sisa fermentasi pada ta- hun 2006 masing-masing adalah Rp 2300/kg dan Rp 45/kg. Harga gas metana me- ningkat 5 % pertahun dan harga bahan organik sisa fermentasi meningkat 10 % per- tahun. Harga biomassa pada tahun 2006 adalah, sampah kota Rp 15/kg, limbah perta- nian padi Rp 55/kg, kotoran sapi atau kerbau Rp 65/kg, kotoran kambing atau domba Rp 75/kg, kotoran ayam Rp 70/kg, dan rumput gajah Rp 18/kg. Pertumbuhan harga biomassa dan biaya transportasi 10 % sampai 15 %. Gaji pegawai yang terendah pada tahun 2006 sebesar Rp 1.250.000 perbulan dan meningkat 15 % pertahun.

Berdasarkan hasil simulasi seperti pada Tabel 42 untuk setiap sentra energi pada tahun 2006 – 2013 menunjukkan laba bersih sentra energi biomassa Bogor dan Purwakarta mengalami penurunan, sedangkan sentra energi biomassa kawasan DKI Jakarta laba bersih mengalami peningkatan setiap tahun. Laba bersih sentra energi biomassa Bogor selama tahun 2008 – 2013 mengalami penurunan rata-rata 0,48 % pertahun. Sentra energi biomassa Purwakarta selama tahun 2007 – 2013 mendapat laba bersih yang menurun dari tahun sebelumnya dengan rata-rata 10,04 % pertahun.

Tabel 42 Hasil bersih tahunan dan nilai sekarang bersih (Rp 103 )

Tahun Laba bersih Nilai sekarang bersih

Bogor Jakarta Purwakarta Bogor Jakarta Purwakarta 2006 8025796 68558354 7835508 6801522 55812165 6640261 2007 8051906 72780492 7296054 5920519 53515067 5364745 2008 8042371 79048845 6829379 5222319 51330419 4434662 2009 8035747 85798647 6339705 4671946 49882934 3685875 2010 8010121 93070391 5783896 4215853 48984416 3044156 2011 7971776 100908413 5170422 3832585 48513660 2485780 2012 7913862 109360901 4487881 3501709 48389779 1985788 2013 7823627 118479862 3712965 3206405 38557320 1521707 Jumlah 63875206 725305905 47455810 37372858 404985760 29162974

Pada sentra energi biomassa DKI Jakarta dalam kurun waktu delapan tahun operasional mendapat laba bersih yang mengalami peningkatan rata-rata 7,89 % pertahun. Penurunan laba bersih pada sentra energi biomassa Bogor dan Purwakarta, disebabkan perbedaan pertumbuhan harga gas metana yang rendah dibandingkan dengan pertumbuhan harga biomassa dan gaji pegawai serta energi. Gambaran terse- but menunjukkan pada masa operasional di delapan tahun kedua persentase pening- katan harga gas metana harus ditingkatkan.Perbandingan nilai sekarang bersih de- ngan biaya investasi untuk sentra energi biomassa kawasan Bogor sebesar 1,378, sebesar 1,564 pada sentra energi biomassa kawasan DKI Jakarta, dan 1,171 untuk sentra energi biomassa kawasan Purwakarta. Rasio nilai sekarang bersih terhadap biaya investasi yang bernilai lebih dari satu merupakan indikasi bahwa sentra energi biomassa adalah usaha yang memberi keuntungan.

4.6.4. Nilai Lingkungan

Nilai lingkungan dalam kurun waktu 2006 – 2013 pada ketiga sentra energi biomassa mengalami peningkatan, seperti terlihat dalam Tabel 43. Peningkatan ter- sebut dengan rata-rata kurang dari satu persen, yaitu 0,89 % pada kawasan Bogor, se- besar 0,07 % pada kawasan DKI Jakarta, dan peningkatan rata-rata 0,1 % pada kawasan Purwakarta.

Tabel 43 Perlindungan lingkungan (%)

Tahun Bogor DKI Jakarta Purwakarta 2006 47,40 89,17 29,73 2007 47,88 89,24 29,77 2008 48,29 89,31 29,80 2009 48,78 89,38 29,83 2010 49,21 89,45 29,86 2011 49,63 89,51 29,89 2012 50,03 89,57 29,92 2013 50,43 89,63 29,94

Peningkatan nilai lingkungan kuat dipengaruhi oleh peningkatan jumlah limbah padat dari sumber tertentu, yaitu pengaruh peningkatan sampah kota serta kotoran

kambing dan domba pada kawasan Bogor, pengaruh peningkatan sampah kota pada kawasan DKI Jakarta, pengaruh peningkatan sampah kota dan kotoran kambing- domba serta kotoran ayam pada kawasan Purwakarta. Nilai lingkungan merupakan gambaran ada atau tidak adanya sumber limbah padat yang dominan dari limbah pa- dat yang dikumpulkan. Gambaran dari nilai lingkungan sentra energi kawasan Bogor mengindikasikan, bahwa dalam limbah padat yang dikumpulkan jumlah sampah kota dengan kotoran kambing-domba lebih besar dari jumlah limbah padi dengan kotoran sapi-kerbau. Nilai lingkungan sentra energi biomassa kawasan DKI Jakarta meng- gambarkan, bahwa jumlah sampah kota yang dapat dikumpulkan jauh lebih besar dari limbah padi. Nilai lingkungan sentra energi biomassa kawasan Purwakarta me- rupakan indikasi, bahwa dari keseluruhan limbah padat yang dapat dikumpulkan jumlah limbah padi dengan kotoran sapi-kerbau lebih dominan dari jumlah sampah kota dengan kotoran kambing-domba dan ayam.

Dokumen terkait