• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Biomekanik dan Anatomi Terapan Cervical .1 Regio Cervical

Regio cervical disusun oleh 3 sendi penyusun yaitu atlanto-occipital joint

(C0-C1), atlanto-axial joint (C1-C2) dan vertebra joints (C2-C7). Regio ini merupakan regio yang paling sering bergerak dari seluruh bagian tulang vertebra. Hal itu dapat terlihat dari peranannya yaitu untuk mengatur sendi dan memfasilitasi posisi dari kepala, termasuk penglihatan (vision), pendengaran, penciuman dan keseimbangan tubuh. Adapun gerakan yang dihasilkan pada regio ini yaitu fleksi-ektensi, rotasi dan lateral fleksi cervical (Neuman, 2002) a. Atlanto-occipital Joint (C0-C1)

Atlanto-occipital Joint berperan dalam gerakan fleksi-ekstensi dan lateral fleksi cervical. Arthrokinematika pada gerakan fleksi condylus yang conveks

akan slide ke arah belakang terhadap facet articularis yang concaf sebesar 100. Sedangkan pada gerakan ekstensi condylus yang conveks akan slide ke arah depan terhadap facet articularis yang concaf sebesar 17o. Pada gerakan lateral fleksi cervical akan terjadi roll dari sisi-sisi pada jumlah yang kecil pada

condylis occipital yang conveks terhadap facet articularis(atlas) yang concaf

18

b. Atlanto-axial Joint (C1-C2)

Gerakan utama pada atlanto-axial joint adalah gerakan rotasi cervical

ditambah dengan gerakan fleksi dan ekstensi. Pada gerakan fleksi akan terjadi gerakan pivot kedepan dan sedikit berputar pada atlas terhadap axis (C2) sebesar 15o sedangkan pada gerakan ekstensi gerakan pivot kebelakang dan sedikit berputar pada atlas terhadap axis (C2).

Gerakan rotasi pada sendi ini sebesar 45o dimana atlas yang berbentuk cincin akan berputar disekitar procesus odonthoid bagian procesus articularis inferior atlas yang sedikit concaf akan slide dengan arah sirkuler (melingkar) terhadap procesus articularis superior axis (Neuman, 2002)

c. Vertebra Joints (C2-C7)

Pada vertebra joint terjadi gerakan fleksi-ekstensi, rotasi dan lateral fleksi

cervical. Pada gerakan fleksi permukaan procesus articularis inferior vertebra superior yang berbentuk concaf akan slide ke arah atas dan depan terhadap

procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 40o, sedangkan pada gerakan ekstensi permukaan procesus articularis inferior vertebra superior

yang berbentuk concaf akan slide ke arah bawah dan belakang terhadap

procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 70o.

Pada gerakan rotasi akan terjadi slide pada procesus articularis inferior vertebra superior ke arah belakang dan bawah pada ipsilateral arah rotasi dan akan terjadi slide ke arah depan atas pada sisi contralateral terhadap procesus articularis superior vertebra inferior sebesar 45o.

19

Gerakan lateral fleksi cervical, procesus articularis inferior vertebra superior pada sisi ipsilateral slide ke arah bawah dan sedikit ke belakang dan pada sisi contralateral akan slide ke arah atas dan sedikit kedepan sebesar 35o.

Inlinasi pada bentuk facet joint akan menghasilkan gerakan coupling yang searah dimana selama gerakan rotasi akan disertai dengan lateral fleksi yang searah (Neuman, 2002)

2.2.2 Biomekanik Terapan pada Otot Upper Trapezius

Otot trapezius adalah salah satu grup otot besar pada tubuh manusia, otot ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu upper, midle dan lower trapezius. Otot upper trapezius merupakan grup otot pada tubuh manusia yang berfungsi untuk elevasi bahu, ekstensi dan lateral fleksi cervical. Otot upper trapezius

merupakan otot yang berperan sentral dalam stabilisasi postur kepala. Stabilisasi tersebut dikarenakan adanya otot agonis dan antagonis yang dimainkan oleh upper trapezius kiri dan kanan. Otot ini memberikan arah tarikan ke inferolateral pada cervical sehingga dengan adanya suatu gangguan pada otot ini akan menyebabkan postur kepala yang tidak seimbang antara kanan dan kiri dan menimbulkan nyeri (Neuman, 2002). Untuk menanggulangi gangguan pada otot upper trapezius dapat dilakukan suatu peregangan dengan metode auto stretching, dimana teknik dari peregangan ini memiliki mekanisme

Post isometric relaxation yang memberikan pengaruh pada pengurangan tonus otot agonis setelah kontraksi isometrik. Hal ini terjadi karena pengaruh reseptor

20

terhadap overstretching otot oleh inhibisi otot yang selanjutnya berkontraksi. Selain auto stretching, juga dapat dilakukan teknik active isolated stretching

yang merupakanteknik stretching dengan menggunakan reflek neurologis yang disebut reciprocal inhibition (RI). RI menyebabkan otot antagonis dari suatu sendi terhambat kontraksinya dan memfasilitasi otot agonis untuk berkontraksi. Fasilitasi kontraksi pada otot agonis menyebabkan otot antagonis menjadi rileks (Fakhrana, 2014). Gambar 2.2 seperti di bawah menunjukkan otot upper trapezius

Gambar 2.2 : Otot Upper Trapezius

(Sumber : Lippert, 2011) ekstensi cervical

elevasi bahu

21

2.2.3 Anatomi Terapan pada Otot Upper Trapezius

Otot trapezius dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : a. Upper Trapezius

Origo : Squama ossia occipital diantara linea suprema dan linea nuchalis superior

Insertio : sepertiga acromion clavicula

Fungsinya : menahan gelang bahu dan lengan agar tidak jatuh. Rotasi kepala ke arah kontra lateral

b. Middle Trapezius

Origo : processus spinatus pada vertebra dan cervical bawah dan thorakal atas

Insertio : pada acromion

Fungsinya : menarik scapula dan rotasi scapula ke arah medial c. Lower Trapezius

Origo : processus spinosus vertebra thorakal tengah sampai bawah Insertio : pada spina scapula

Fungsinya : menarik scapula dan rotasi scapula ka arah kaudal

Gambar 2.3 di bawah menunjukkan struktur anatomi otot trapezius, dimana otot trapezius tersebut dibagi menjadi 3, yaitu upper trapezius, middle trapezius dan lower trapezius.

22

Gambar 2.3 : Anatomi Otot Trapezius

(Sumber : Lippert, 2011)

2.2.4 Struktur Otot dan Mekanisme Kontraksi serta Relaksasi Otot

Selain otot melakukan kontraksi, otot juga akan melakukan relaksasi. Mekanisme kontraksi dan relaksasi otot ini selalu terjadi, dimana setelah mengalami kontraksi otot akan mengalami relaksasi. Apabila kontraksi otot terjadi dalam waktu yang cukup lama, akan terjadi kelelahan otot. Kelelahan otot akan menghambat aliran darah ke otot yang sedang kontraksi, sehingga kelelahan akan semakin parah dengan hilangnya suplai makanan, utamanya otot kehilangan suplai oksigen. Akibat dari ketiadaan suplai oksigen tersebut maka tidak ada ion kalsium yang masuk ke dalam sitoplasma karena pintu masuk kalsium menjadi tertutup sehingga kalsium akan kembali masuk ke dalam

sarcoplasmic reticulum. Sehingga menyebabkan posisi troponin kembali normal sehingga posisi tropomiosin kembali normal serta memutus hubungan antara kepala miosin dan aktin. Kemudian otot akan kembali rileks pada saat kepala miosin dan aktin tidak lagi saling berhubungan sehingga tak ada lagi

Upper trapezius

Middle trapezius

23

pergeseran molekul. Gambar 2.4 menunjukkan struktur otot dan mekanisme kontraksi serta relaksasi otot.

Gambar 2.4 : Struktur Otot dan Mekanisme Kontraksi serta Relaksasi Otot (Sumber : Sherwood, 2006)

Ada 2 tipe serabut yang utama yaitu serabut slow-twitch dan serabut fast-twitch. Kedua tipe serabut tersebut terdapat di dalam suatu otot tunggal.

1. Tipe I atau slow twitch (tonik muscle fibers) : Jenis otot tunggal menunjukkan 'tonik' karakteristik kontraksi lambat dari otot postural. Ini adalah berwarna merah karena banyak mengandung hemoglobin dan mitokondria, kekuatan motor unit yang rendah, serat busur kaya mitokondria dan enzim oksidatif, tetapi miskin phosphorylases. Karena metabolisme aerobik berkembang dengan baik, serat lambat sangat tahan terhadap kelelahan.

2. Tipe II atau fast twitch (phasic muscle fibers) : disebut juga white muscle

karena berwarna lebih pucat. Otot ini menunjukkan kontraksi cepat 'phasic', diperlukan untuk gerakan skala besar dari segmen tubuh. Ini adalah pucat (putih) dalam warna karena jumlah kecil mioglobin. Serat busur kaya glikogen dan phosphorylases , tetapi miskin dalam mitokondria dan enzim

24

oksidatif. Banyak mengandung myofibril serta durasi kontraksi lebih pendek dan berfungsi untuk melakukan gerakan yang cepat dan kuat

Kontraksi otot isotonik dibagi menjadi konsentrik dan eksentrik. Kontraksi konsentrik merupakan kontraksi otot yang membuat otot memendek dan terjadi gerakan pada sendi sedangkan kontraksi eksentrik merupakan kontraksi otot pada saat memanjang untuk menahan beban. Kontraksi isometrik merupakan kontraksi otot yang tidak disertai dengan perubahan panjang otot (Lippert, 2011).

2.3 Sikap Kerja Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kelautan dan Perikanan

Dokumen terkait