• Tidak ada hasil yang ditemukan

Brain Gym

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 28-34)

2.4.1 Pengertian Brain Gym

Brain Gym adalah serangkaian gerakan sederhana untuk merangsang area otak berdasarkan fungsional otak masing-masing. Brain gym terdiri dari gerakan - gerakan yang melibatkan komponen keseimbangan. Sistem somatosensori, sistem vestibular teraktivasi secara mekanis sehingga mengaktifkan kedua hemisfer otak melalui korteks motoric dan korteks sensoris. Aktivasi otak akan membuat otak melakukan respon cepat terhadap situasi yang membutuhkan keseimbangan.

Kekuatan gerakan – gerakan brain gym mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang kompleks dengan gerakan-gerakan tubuh (Dennison & Gaul, 2006).

Pada awalnya brain gym dimanfaatkan untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan depresi, namun seiring berkembangnya zaman brain gym bermanfaat untuk kematangan pemrosesan otak anak-anak dispraksia dan dapat berikan pada anak normal (Demuth, et al., 2005).

Rangkaian gerakan tubuh dalam brain gym, meningkatkan tingkat konsentrasi anak. Brain gym membuat bagian – bagian otak dapat berfungsi maksimal. Selain itu brain gym juga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya ingat, lebih konsentrasi, kreatif dan efisien (Tammasse, 2009).

2.4.2 Brain Gym terhadap Keseimbangan Statis

Brain gym ditujukan untuk meningkatkan input propioseptive, dengan cara mengaktivasi sistem neuromuscular dengan cara reedukasi postural. Brain gym

merupakan latihan yang ditujukan untuk aktivasi neuromuscular dengan prinsip gerakan yang dilakukan pada berbagai arah dan kecepatan gerak, sehingga menimbulkan stimulus mekanoreseptor, dan dalam tempo yang lambat, sehingga memberi kesempatan kepada nuclei subcortical kemudian membawa umpan balik kepada CPG, dan pada akhirnya timbul pembelajaran pada sistem neuromuscular.

Brain gym akan meningkatkan kemampuan sensoris memproses respon terhadap suatu kondisi (Lambourne, 2010).

Brain gym dapat mengaktivasi neuromuskular dengan konsep umpan maju dan umpan balik yang dapat mempengaruhi sistem motorik postur dan gerakan.

Sistem umpan balik memonitor sinyal sensoris dan menggunakan informasi tersebut untuk bergerak. Sistem umpan maju menggunakan berbagai sinyal sensoris, seperti visual, pendengaran dan sentuhan untuk meninisiasi strategi gerakan secara proaktif berdasarkan pengalaman. Sistem umpan balik maju disebut juga sebagai sistem antisipator (Van der Wal, 2009).

Kontrol umpan maju bertindak sebelum adanya gangguan. Kontrol umpan maju digunakan sistem motorik untuk mengontrol postur dan gerakan. Saat berdiri otot tungkai selalu berkontraksi menyesuaikan diri sebagai kompensasi perubahan pusat gravitasi yang terjadi saat gerakan trunk, dan pergerakan ekstremitas (Van der Wal, 2009).

Gerakan dalam brain gym yang banyak menggunakan dual task, menyebabkan adanya perbaikan dari proses yang terjadi di otak, dan prinsip spesifikasi otak dan prinsip transfer dari otak. Menurut penelitian yang dilakukan

sebelumnya, latihan yang menggunakan dual task mengaktivasi bagian otak yang terdiri dari tiga dimensi. Pemusatan mengkoordinasikan korteks dan batang otak kemudian ke pusat gerak dan pusat nerves cranialis yang akan di respon di cerebellum sehingga akan merangsang vestibular sistem (Thomas, 2012).

Dimensi pemfokusan mengkoordinasikan otak bagian depan dan otak bagian belakang, serta dimensi lateralis mengkoordinasikan otak bagian kiri dan otak bagian kanan, menyilang garis tengah pusat tubuh dan bekerja di visual, auditori, sistem vestibular dan kinestetik. Sehingga pengulangan gerakan akan memperbaiki sistem somatosensori, visual dan vestibular untuk merespon keseimbangan. Input sensori yang baik akibat koordinasi multisensory akan memudahkan penyeberangan garis tengah pusat tubuh sehingga koordinasi gerakan menjadi lebih baik (Watson & Black, 2008).

Brain gym akan meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi yang akan meningkatkan stimulasi keseimbangan vestibular dan koordinasi gerakan.

Keseimbangan diperoleh akibat adanya gerakan yang spesifik pada brain gym sehingga akan terjadi requitment of motor unit dan memperbaiki koordinasi serabut intrafusal dan serabut ekstrafusal dengan saraf afferent yang ada di muscle spindle sehingga dapat meningkatkan fungsi proprioceptif (Dennison & Gaul, 2006).

Pada lintasan propioceptive yang menuju cortex cerebri melewati 3 bagian diantaranya melewati serabut arcuatus externus dorsalis, tractus spinocerebralis dorsalis dan tractus spinocerebellaris ventralis. Bagian pertama melewati serabut arcuatus externus dorsalis, dimana pada neuron I terdapat sel di ganglion spinal

menuju funiculus posterior dan neuron II terdapat sel di nucleus cuneatus lateralis ke serabut arcuatus externus dorsalis berjalan secara homolateral ke corpus restiforme menuju cortex cerebelli (Noback, et al., 2005).

Pada bagian kedua melewati tractus spinocerebellaris dorsalis, dimana pada neuron I terdapat sel di ganglion spinale menuju columna grisea posterior.

Sedangkan pada neuron II terdapat sel di nucleus dorsalis ke tractus spinocerebellaris dorsalis berjalan homolateral ke corpus restiforme dan menuju cortex cerebelli (Sherwood, 2012).

Pada bagian ketiga melewati tractus spinocerebellaris ventralis. Pada neuron I terdapat sel di ganglion spinale ke columna grisea posterior. Sedangkan pada neuron II terdapat sel di nucleus proprius ke tractus spinocerebellaris ventralis (homolateral / kontralateral) ke brachium conjunctivum ke velum medullare anterius menuju cortex cerebelli (Siegel, 2006).

Dengan meningkatkan propioceptiv maka akan meningkatkan input sensoris yang ada di otak untuk mengorganisasikan respon sensorimotor yang diperlukan tubuh. Selanjutnya, otak akan meneruskan impuls tersebut ke effector agar tubuh mampu menciptakan keseimbangan yang baik ketika diam ataupun dalam keadaan bergerak (Noback, et al., 2005).

2.4.3 Prinsip Brain Gym

Prinsip brain gym adalah aktivasi tiga dimensi, menggunakan konsep lateralitas komunikasi, pemfokusan – pemahaman dan pemusatan – pengaturan.

Gerakan – gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak.Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi, belajar, memori, masalah dan kreatifitas), menyelaraskan kemampuan beraktivitas dan berfikir pada saat yang bersamaan, meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi kontrol emosi dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indra, menjaga kelenturan dan keseimbangan tubuh (Tammasse, 2009).

Brain gym dapat dilakukan dalam waktu singkat (kurang dari lima menit), tidak memerluka bahan atau tempat khusus, kemungkinan belajar tanpa stress, meningkatkan kepercayaan diri, memandirikan seseorang dalam hal belajar, mengaktifkan potensi dan ketrampilan, menyenangkan dan menyehatkan, serta hasilnya bisa segera dirasakan (Demuth, et al., 2005).

Menurut (Dennison & Gaul, 2006), ahli brain gym dari lembaga educational kinesiology Amerika Serikat, bahasa tulis maupun lisan menjadi lebih jelas dan lebih hidup ketika sisi kanan dan kiri dari tubuh dan otak bekerja bersama – sama.

Ketika integrasi kedua sisi kita menjadi lebih baik, komunikasi diantara kedua hemisfer cerebral menjadi lebih spontan. Dengan brain gym, otak kanan dan otak kiri dapat bekerja lebih sinergis.

Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya, otak bagian kiri bertanggung jawab untuk

pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Dengan brain gym, maka tiga dimensi otak akan diaktifkan secara keseluruhan. Ada beberapa gerakan dalam gerak latih otak yaitu: (Dennison & Gaul, 2006).

1. Lateralisasi – Komunikasi (Kanan – Kiri)

Gerakan untuk menyebrang garis tengah, menyangkut sikap positif, mendengar, melihat, bergerak. Otak bagian kiri aktif jika sisi kanan tubuh digerakkan dan bagian kanan aktif apabila sisi kiri tubuh digerakkan.

Gerakan menyeberang garis tengah, mengaktifkan kerjasama tersebut sehingga kemampuan belajar akan meningkat akibat kedua belah otak bekerjasama dengan baik.

2. Fokus Pemahaman (Muka – Belakang)

Gerakan meregangkan otot akan mempengaruhi konsentrasi, pengertian, dan pemahaman. Gerakan pada fokus pemahaman akan menunjang kesiapan untuk menerima hal baru dan mengekspresikan apa yang sudah diketahui. Kalau sulit memahami inti keseluruhan pelajaran, atau orang tidak dapat berkonsentrasi, sebaiknya gerakan ini dilakukan agar otot rileks dan semangat belajar meningkat.

3. Pemusatan-Pengaturan (Atas – Bawah)

Gerakan untuk meningkatkan energi, menyangkut: mengorganisasi, mengatur, berjalan, tes atau ujian. Otak terdiri dari milyaran sel saraf kecil bernama neuron yang jalurnya dihubungkan seperti kabel. Bila gerakan terjadi berarti hubungan elektrik jaringan dapat diaktifkan agar dapat

berfungsi baik dalam memberikan informasi dari badan ke otak dan sebaliknya.

Dalam dokumen BAB II KAJIAN PUSTAKA (Halaman 28-34)

Dokumen terkait