• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

C. Penemuan dan Pembahasan

2. Brand Image

e = Error

Langkah selanjunya yaitu melakukan pengujian dan pembuktian terhadap hipotesisi yang telah dibuat pembuktian ini melalui perhitungan dengan menggunakan program SPSS. Dalam pengujian regresi agar menunjukan hubungan yang valid atau tidak maka perlu pengujian Asumsi Kalsik pada model Regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain adalah:

a. Autokorelasi

Merupakan pengujian dalam regresi dimana dependent variabel tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan dirinya sendiri adalah bahwa nilai variabel terikat (Dependent Variabel) tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai selanjutnya untuk mendeteksi gejala Autokorelasi kita menggunakan Uji Durbi Watson (DW). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung dan nilai DW table.

Hipotesisinya:

Ho : Tidak ada korelasi, jika Durbin Wason -2 sampai 2

Autokorelasi positif jika DW > 2 maka terjadi Auokorelasi negative. Rumus Uji Durbin Wason adalah sebagai berkut:

D = (en – en -1) e²n

Criteria pengujian:

Ho : Diterima jika nilai DW diantara angka -2 <d< 2 (nilai Durbin Watson hitung mendekati atau disekitar angka 2)

Untuk mendiagnosis adanya nilai Durbin Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pedoman unuk memberikan interprestasi Uji Durbin Watson

DW Kesimpulan Kurang dari 1,10 1,10 dan 1,54 1,55 dan 2,46 2,46 dan 3,90 Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi Tanpa Kesimpulan Tidak ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan Ada Autokorelasi

Sumber : Algifari, Analisis Regresi, CV. BPFE, Yogyakarta, Hal: 7-9 b. Multikolinearitas

Adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel dalam regresi. Model regresi yan g baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi antara variabel terikat maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel onthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesame variabel bebas sama dengan nol. Menurut Bhuono (2005:58) untuk melihat ada tidaknya Multikolinearitas biasanya dengan melihat VIF (

Variansce Inflation Factor), ini tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi kuang dari 0,1 untuk masing-masing variabel bebas.

c. Heteroskedastisitas

Asumsi ini digunakan apabila variasi dari factr penggangu selalu sama pada data pengamatan yang satu terhadap pengamatan lainnya. Jika ini dapat terpenuhi, berarti variasi factor pengganggu pada kelompok data tersebut bersifat Homoskedastisitas. Jika asumsi ini tidak dapat terpenuhi maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan . penyimpangan ini terdapat beberapa factor penggangga yang disebut sebagai Heteroskedastisitas.

Kemudian menurut pandangan Bhuono (2005:62) untuk mengetahui ada atau tidaknya Heteroskedastisitas terdapat beberapa cara diantaranya:

1. Dengan melihat grafik Plot antara prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residunya (SRESID). Deteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas dengan melihat antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu X adalah residunya.

2. Dasar dari analisis ini, jika ada pola tertentu seperti titik yang tidak membentuk suatu pola yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas. Tetapi tidak ada pola yang jelas secara titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol. Maka tidak terjadi Heteroskedastisitas, artinya hal tersebut terbebas dari asumsi klasik Heteroskedastisitas dan layak dgunakan dalam penelitian

Pengujian Normalitas adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam Variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya yakni dengan melihat kurva normal P-plot. Suatu variabel dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik-titik-titik data searah mengikuti garis diagonal.

4. Uji Hipotesis (Uji Signifikansi) 1) Uji t (secara parsial)

Uji t dilaksanakan untuk melihat signifikansi dan pengaruh independent secara individu atau parsial terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel lain bersifat konstan atau digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara varabel X dan variabel Y. Untuk menguji hipotesa: Ho = 0, maka langkah yang akan digunakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan Uji t adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Ho dan Ha Ho : : 0 ( Koefisien regresi tidak signifikan) Ha : # 0 ( Koefisien regresi signifikan )

b. Menentukan Level of Significance

Level of significance yang digunakan sebesar 5 % atau ( ) = 0,05 c. Menentukan nilai t (t hitung)

T hitung: bi – ( i) Sb

d. Menentukan criteria penerimaan dan penolakan Ho jika propabilitas > 0,05 Diterima Ho

Jika probabilitas < 0,05 Diterima Ho 2) Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent. Untuk menguji hipotesa: Ho : 1, 2, 3 = 0, maka langkah-langkah yang dignakan untuk menguji hipotesa tersebut dengan Uji f adalah sebagai berikut:

a. Menentukan Ho dan Ha

Ho : 1, 2, 3 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Independent dengan Variabel Dependent)

Ha : 1, 2, 3 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan antara Variabel Independent dengan Variabel Dependent)

b. Menentukan Level of Significance

Level of Significance yang digunakan adalah sebesar 5% ( ) = 0,05 c. Menentukan nilai F (F hitung)

Menentukan F hitung perumusannya adalah sebagai berikut: F = R² / 2

(1 - R²) / (n – k -1) n

Dimana:

R² = Koefisien Determinasi

K-1 = Jumlah variabel Independent

d. Mentukan criteria penerimaan dan penolakan Jika probabilitas < 0,05 Maka menolak Ho

Jika probabilitas > 0,05 Maka menerima Ho

E. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklan yang dikonotasikan dengan huruf (X1). Iklan adalah komunikasi individual dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang dilakukan oleh suatu perusahaan, lembaga non laba serta individu-individu. Dan Brand Image yang dikonotasikan dengan huruf (X2), Brand adalah nama, istilah, symbol atau rancangan atau kombinasi hal tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari pesaing. Serta Kualitas Produk sebagai (X3), produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan. Kualitas produk adalah produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya.

2. Variabel terikat (Dependet Variabel)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian (Y) yaitu bagaimana seorang konsumen melakukan pembelian atas suatu barang tertentu berdasarkan berbagai pertimbangan.

Tabel 3.2.

No. Variabel Sub Variabel Indocator Sub Indikator Skala

1. Iklan Media cetak Surat kabar Majalah Tabloid brosur,

selembaran dll

Ordinal

Media elektronik TV, Radio Ordinal

Media luar ruang Ordinal

Media lini bawah Pameran Direct mail Point of purchase Merchandising schemes Kalender Ordinal 2. Brand Image

Criteria merk Merk

menggambarkan mengenai manfaat produk Merk menggambarkan kualitas dan kegiatannya Ordinal

diucapkan, dikenal dan diingat Merk mempunyai ciri-khas 3. Kualitas produk Operasi keandalan dan ketahan kesesuaian pelayanan penampilan Ordinal 4. Keputusan pembelian Pengenalan masalah Harga kemudahan manfaat Merk terkenal Ordinal Pencarian informasi Sumber pribadi sumber komersial Keluarga tetangga teman iklan TV Ordinal

Proses evaluasif Harga

manfaat variasi

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum PT. Unilever Indonesia Tbk 1. Sejarah singkat perusahaan

PT. Unilever Indonesia (Tbk) didirikan pada 5 desember 1923 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta no: 33 yang dibuat oleh Tn. A.H Van Ophuijsen, notaris dibatavia. Akta ini disetujui oleh gubernur jendral Van Negerlandsch – indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 desember 1953, terdaftar di Raad Van Justitie dibatavia dengan no. 302 pada tanggal 22 desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 januari 1934.

Dengan akta No.171 yang dibuat oleh Notaris Ny. Kartini mulyadi tertanggal 22 juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia . dengan akta No. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 juni 1997 nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk, akta ini disetujui oleh menteri kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH. 98, tertanggal 23 februari 1998 dan diumumkan diberita negara No. 2620 tanggal 15 mei 1998.

2. Visi dan Misi perusahaan

Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup. Kami memenuhi akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari dengan produk yang membuat para pemakainya nyaman, berpenampilan dan lebih menikmati hidup.

Jalinan yang mengakar dalam budaya dan pasar setempat diseluruh dunia telah menghasilkan hubungan yang kuat dengan para pelanggan dan merupakan dasar yang

sangat berguna untuk pertumbuhan kami dimasa mendatang. Kami akan membawa kekayaan ilmu pengetahuan dan keahlian internasional kami untuk melayani konsumen setempat, multinasional, multilokal sesungguhnya dengan sebaik-baiknya.

Keberhasilan jangka panjang kami memerlukan komitmen terhadap standar pelaksanaan dan produktivitas bermutu tinggi, terhadap kerjasama yang harus dilakukan secara efektif da terhadap keinginan untuk menerima gagasan baru dan belajar secara terus menerus.

Kami juga yakin bahwa untuk mencapai keberhasilan diperlukan standar etika usaha pada masing-masing orang yang bekerja bersama kami, masyarakat yang berinteraksi dengan kami serta lingkungan tempat kami melakukan kegiatan usaha. Inilah cara yang kami lakukan dalam mancapai pertumbuhan secara berkesinambungan dan menguntungkan, menciptakan nilai jangka panjang bagi para pemegang saham, karyawan dan mitra usaha kami.

3. Sejarah singkat Pepsodent

Pepsodent adalah pasta gigi yang paling terkenal dan tertua diindonesia. Sejak awal keberadaannya selalu memberikan lebih sekedar kemanjuran dasar. Pepsodent adalah pasta gigi pertama diindonesia yang kembali meluncurkan pasta gigi berflorida pada tahun 1980-an dan satu-satunya pasta gigi diindonesia yang secara aktif mendidik dan mempromosikan kebiasaan menyikat gigi secara benar melalui program sekolah dan layanan pemeriksaan gigi gratis. Sejak itu pepsodent telah melengkapi jajaran produknya mulai dari pembersih dasar hingga pasta gigi dengan manfaat lengkap.

Pepsodent adalah satu-satunya merek pasta gigi diindonesia yang benar-benar menjalankan misinya. Bekerja sama dengan Departemen pendidikan dan kesehatan pemerintah indonesia dan diakui oleh persatuan dokter gigi indonesia (PDGI), sejak tahun 1990-an, pepsodent telah menjalankan program sekolah yang hingga tahun 2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia dibawah 12 tahun diseluruh indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah gigi khususnya gigi berlubang.

Pepsodent memahami bahwa banyak bagian diindonesia yang mengalami masalah gigi dan juga dihadapkan pada masalah rendahnya jumlah dokter gigi dan jumlah penduduk itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa program pemeriksaan gigi gratis pepsodent khusus dirancang untuk menjangkau orang-orang ini dan memberikan perawatan dan pendidikan gigi dengan cara yang menyenangkan dan memungkinkan untuk dilaksanakan dengan program ini, seluruh keluarga dapat memiliki kebiasaan kesehatan mulut dan gigi yang lebih baik. Ini juga merupakan usaha untuk mendorong rakyat indonesia untuk mengunjungi dokter gigi secara rutn sebagai bagian dari kabiasaan pencegahan gigi berlubang.

2. Survei pepsodent

Survei tentang kebiasaan dan sikap menunjukan hanya sekitar 34% dari rakyat indonesia yang menyikat gigi mereka sebelum tidur. Bahkan dari penelitian klinis ditemukan bahwa pada perhitungan bakteri dipagi hari jumlahnya berlipat ganda dua kali lebih cepat pada malam hari ketimbang pada siang hari. Ini menunjukan bahwa pertumbuhan bakteri meningkat paling pesat selama malam hari dan dapat

meningkatkan kemungkinan terjadinya lubang. Bukti yang ada dewasa ini juga mendukung menyikat gigi dengan pasta gigi berflorida sebelum tidur pada malam hari karena perlindungan tambahan yang diberikannya untuk waktu yang lebih lama pada malam hari. Oleh karena itu mengapa pepsodent merasa perlu untuk menggunakan tema menyikat gigi pada malam hari sebagai kampanye kesehatannya untuk membuat orang indonesia menyikat gigi mereka sebelum tidur pada malam hari sebagai bagian dari mencegah gigi berlubang.

a. Menurut WHO pembusukan gigi masih menjadi masalah utama kesehatan disebagian besar negara industri karena masalah tersebut menyerang 60% - 90% anak-anak usia sekolah dan sebagian besar orang dewasa.

b. Sekitar 63% penduduk indonesia menderita masalah pembusukan gigi serius, rata-rata 1,89 pembusukan gigi perorang (Sumber: Sesanas 1998 dan SKRT 1995)

c. Sekitar 1,3% penduduk indonesia memiliki masalah gigi setiap bulan yang mencapai rata-rata 3,86 sehari disekolah dan kantor (Sumber: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nasional, DepKes-RI: Persepsi dan Motivasi dari masyarakat peduli gigi-Survei Ekonomi dan Sos.Nas,1998)

3. Inovasi yang dilakukan pepsodent

Pada tahun 2006 pepsodent telah meluncurkan kembali varian lengkap pepsodent barunya:

1. Pepsodent Complet 12, yang menawarkan manfaat yang lengkap dengan harga terjangkau. Menawarkan manfaat yang labih banyak kepada para konsumennya sebagai bagian dari upayanya untuk mencapai misinya

2. Pepsodent Sensitive, yang menawarkan bahan aktif yang menembus gigi untuk membebaskan rasa sakit akibat syaraf yang sensitif didalam gigi dan gusi

3. Pepsodent Fighter Toothbrush

Dengan semua inovasi ini, pepsodent mancakup seluruh jangkauan perawatan kesehatan mulut para konsumennya.

4. Produk pepsodent

1. Pepsodent Complet 12 2. Pepsodent Complet Care 3. Pepsodent Gigi Susu Strawbery 4. Pepsodent Gigi susu Orange 5. Pepsodent Herbal

6. Pepsodent Sensitive 7. Pepsodent Whitening 8. Pepsodent White

B. Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner kepada masyarakat yang menggunakan produk pepsodent. Sebelum melakukan penyebaran kuesioner kepada respondent, terlebih dahulu dilakukan Try out terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tujuannya yaitu untuk mengetahui pertanyaan mana saja yang valid dan pertanyaan mana saja yang tidak valid. Setelah dilakukan Try out

pertanyaan barulah dilakukan penyebaran kuesioner yang valid. Berikut ini adalah hasil Try Out dari tiap butir pertanyaan.

Tabel 4.1

Hasil Try Out instrument

Pengaruh Iklan, Brand Image dan Kualitas produk terhadap keputusan pembelian

Pertanyaan Corrected Item-Total Correlation Cronchbach's Alpha if item Deleted Keterangan

Q_1 0.341 0.833 Valid dan Reliabel

Q_2 0.011 0.845 Valid dan Reliabel

Q_3 0.222 0.836 Valid dan Reliabel

Q_4 0.459 0.830 Valid dan Reliabel

Q_5 0.741 0.821 Valid dan Reliabel

Q_6 -0.033 0.843

Tidak Valid dan Reliabel

Q_7 0.450 0.830 Valid dan Reliabel

Q_8 0.260 0.836 Valid dan Reliabel

Q_9 -0.181 0.520

Tidak Valid dan Reliabel

Q_10 0.596 0.826 Valid dan Reliabel

Q_11 0.535 0.827 Valid dan Reliabel

Q_12 -0.517 0.855

Tidak Valid dan Reliabel

Q_13 0.263 0.836 Valid dan Reliabel

Q_14 0.304 0.835 Valid dan Reliabel

Q_15 0.423 0.832 Valid dan Reliabel

Q_17 0.581 0.829 Valid dan Reliabel

Q_18 0.150 0.836 Valid dan Reliabel

Q_19 0.016 0.840 Valid dan Reliabel

Q_20 0.295 0.835 Valid dan Reliabel

Q_21 0.189 0.837 Valid dan Reliabel

Q_22 0.652 0.823 Valid dan Reliabel

Q_23 0.487 0.829 Valid dan Reliabel

Q_24 0.624 0.829 Valid dan Reliabel

Q_25 0.232 0.836 Valid dan Reliabel

Q_26 0.552 0.830 Valid dan Reliabel

Q_27 -0.452 0.851

Tidak Valid dan Reliabel

Q_28 0.272 0.835 Valid dan Reliabel

Q_29 0.761 0.824 Valid dan Reliabel

Q_30 0.645 0.826 Valid dan Reliabel

Q_31 0.221 0.836 Valid dan Reliabel

Q_32 0.347 0.834 Valid dan Reliabel

Q_33 0.782 0.815 Valid dan Reliabel

Q_34 0.283 0.835 Valid dan Reliabel

Q_35 0.376 0.832 Valid dan Reliabel

Q_36 0.402 0.831 Valid dan Reliabel

Sumber: Output SPSS, 2008

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa terdapat 4 pertanyaan yang tidak Valid karena nilai korelasinya negatif (-), maka penulis menghilangkan pertanyaan yang tidak Valid tersebut. Sehingga nilai korelasinya menjadi positif (+) semua. Karena semua pertanyaan sudah valid semua maka pertanyaan tersebut penulis anggap sudah

dapat dijadikan acuan untuk penelitian ini, kemudian disebarkan kepada konsumen pemakai produk pepsodent.

Tabel 4.2

Reliabilitas Cronhbach Alpha

Cronchbach’s Alpha Cronchbach Alpha Based on Standardized Items N of Items .838 .841 36 Sumber: Output SPSS, 2008

Ketentuan suatu data dikatakan reliabel apabila Cronchbach Alphanya adalah lebih dari 0,60. hasil Try Out kuesioner diatas mempunyan nilai Cronchbach Alpha sebesar 0.838, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan diatas reliabel karena nilai Alphanya lebih dari 0,60

C. Penemuan dan Pambahasan 1. IKLAN (X1)

Periklanan merupakan salah satu kegiatan promosi yang banyak dilakukan oleh perusahaan maupun perorangan. Sebuah iklan dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang akan digunakan.

Tabel 4.3

Pernyataan Frekuensi Persentase STS 5 5 % TS 6 6 % R 10 10 % S 68 68 % SS 11 11 % Jumlah 100 100 %

Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008

Dari table diatas dapat dilihat bahwa terdapat 5 responden yang belum pernah melihat iklan pepsodent disurat kabar (Koran) begitu juga dengan 6 responden lainnya mereka menyatakan tidak setuju. Mungkin mereka mengetahui pepsodent bukan melalui surat kabar tetapi melalui sumber lainnya. Sebanyak 10 responden menyatakan ragu-ragu. Sedangkan 68 responden menyatakan setuju mereka pernah melihat iklan pepsodent disurat kabar. Sebanyak 11 responden menyatakan sangat setuju.

Surat kabar merupakan media periklanan yang dapat mencapai masyarakat luas, harganya relative lebih murah. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan pernah melihat iklan pepsodent disurat kabar. Ini berarti bahwa iklan pepsodent disurat kabar dapat mencapai sasaran yang labih luas. Namun dengan adanya responden yang menyatakan sangat tidak setuju maka pepsodent perlu memasang iklan melalui surat kabar local, agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Tabel 4.4 Iklan melalui majalah

Pernyataan Frekuensi Persentase STS 1 1 % TS 30 30 % R 22 22 % S 46 46 % SS 1 1 % Jumlah 100 100 %

Sumber: Data promer, diolah oleh penulis, 2008

Dari table diatas dapat dilihat bahwa 1 orang responden yang menyatakan angat tidak setuju. Mereka tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah, begitu juga dengan 30 responden yang menyatakan tidak setuju mereka juga tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah. Dan 22 responden menyatakan ragu-ragu. Responden yang menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju dan ragu-ragu bahwa responden tersebut bukan termasuk target maeket dari majalah tersebut, sehingga wajar kalau mereka tidak pernah melihat iklan pepsodent dimajalah, karena memang mereka bukan merupakan target market majalah tersebut.

Dapat dikatakan bahwa pembaca majalah ini relative selektif atau terbatas dibandingkan dengan surat kabar. Tidak semua orang ingin membaca majalah, biasanya biaya iklan dimajalah lebih mahal daripada surat kabar, namun dapat dinikmati lebih serta dapat mengemukakan gambar berwarna yang lebih menarik. Meskipun mereka bukan target market majalah tersebut ada nilai positivnya bahwa 50% lebih responden mengetahui iklan pepsodent dari sumber lain. Sehingga dapar dinilai bahwa pepsodent sangat aktif dalam melakukan kegiatan periklanan.

Berbeda dengan 46 responden yang menyatakan setuju dan 1 responden yang menyatakan sangat setuju, menurut penulis responden tersebut merupakan target pasar dari majalah tersebut, dan target pasar pepsodent itu sendiri. Responden yang tersebut penulis asumsikan sebagai responden yang selektiv, karena tidak semua orang ingin membaca majalah, selain harganya mahal berita yang disajikanpun hanya hal-hal tertentu.

Table 4.5 Iklan TV

Pernyataan Frekuensi Persentase

STS 0 0 % TS 9 9 % R 14 14 % S 60 60 % SS 17 17 % Jumlah 100 100 %

Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008

TV merupakan media paling potensiel diantara media lainnya karena jangkauannya yang labih luas. Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 respondent yang menyatakan tidak setuju. Mereka melihat iklan pepsodent pertama kali bukan dari TV. Bias saja mereka melihat iklan pepsodent pertama kali dari sumber lainnya. Bisa dari keluarga mereka yang sudah lama menggunakan pepsodent. Sedangkan 14 responden menyatakan ragu-ragu. Sedangkan 60 responden menyatakan setuju bahwa mereka malihat iklan pepsodent pertama kali dari TV. Dan

17 responden menyatakan sangat setuju. Mereka melihat iklan pepsodent pertama kali juga dari TV. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian responden menyatakan setuju bahwa mereka melihat iklan pepsodent pertama kali dari TV. Dijaman yang kemajuan teknologinya sangat tinggi seperti sekarang ini. TV sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat karena bisa dijadikan sebagai sumber informasi dan media hiburan. Jadi menurut penulis pepsodent sudah memilih media yang tepat dalam melakukan periklanan. Karena TV merupakan media paling efektif dan media yang paling disukai oleh mesyarakat. Sehingga kesempetan iklan tersebut dilihat oleh konsumen sasaran lebih besar.

Tabel 4.6

Iklan membujuk untuk menggunakan Pepsodent Pernyataan Frekuensi Persentase

STS 0 0 % TS 14 14 % R 37 37 % S 41 41 % SS 8 8 % Jumlah 100 100 %

Sumber: Data primer, diolah oleh penulis, 2008

Menurut Frank Jefkins (1997:15) dalam melakukan periklanan hal yang harus diperhatikan bahwa kegiatan tersebut jangan hanya memberikan informasi semata tetapi juga harus mampu membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk

itu iklan harus dirancang secara menarik agar dapat mempengaruhi perilaku konsumen sasarannya.

Dari table diatas dapat diketahui bahwa 61 responden menyatakan setuju dan 8 responden menyatakan sangat setuju. Bahwa iklan pepsodent mempengaruhi mereka dalam melakukan pembelian pasta gigi. Sedangkan 14 responden menyatakan tidak setuju bahwa iklan pepsodent tidak mempengaruhi mereka dalam melakukan keputusan pembelian pasta gigi yang akan digunakannya, tetapi karena memang mereka membutuhkan produk tersebut. Dan 37 responden menyatakan ragu-ragu. Mereka ragu apakah mereka membeli produk tersebut karena pengaruh iklan atau karena memang mereka membutuhkan produk tersebut. Iklan adalah sebuah komunikasi persuasif yang mampu mengubah perilaku khalayak. Sebuah iklan diciptakan untuk dapat menggiring pola pikir dan tindakan-tindakan yang diharapkan oleh pembuat iklan. Iklan pepsodent dibuat agar konsumen mau menggunakan pepsodent sehingga iklan dibuat dengan menarik.

Table 4.7

Iklan pepsodent menarik

Pernyataan Frekuensi Persentase

TS 8 8 %

R 18 18 %

S 54 54 %

SS 20 20 %

Jumlah 100 100 %

Sumber: Dtaa primer, diolah oleh penulis, 2008

Sebuah iklan yang baik harus dirancang secara menatik agar konsumen selalu ingat akan produk tersebut. Karena iklan sendiri selain sebagai media komunikasi antara produsen da konsumen juga sebagai media untuk meningkatkan Brand Awareness, sebuah iklan yag menarik lebih mudah diingat. Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan tidak setuju,mereka merasa iklan pesodent kurang menarik dibandingkan merek lainnya. Dan 18 responden menyatakan ragu-ragu. Sementara itu 54 responden menyatakan setuju, mereka beranggapan bahwa iklan pepsodent lebih menarik dibandingkan pesaingnya. Sedangkan 20 responden menyatakan sangat setuju mereka juga beranggapan bahwa iklan pepsodent lebih menarik. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari 70 % responden menyatakan bahwa iklan pepsoden sudah menarik. Meskipun demikian dengan adanya responden yang menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu maka hal tersbut bisa menjadi masukan bagi perusahaan agar terus meningkatkan kreativitas dalam membuat iklan.

Tabel 4.8

Iklan pepsodent tidak melanggar norma social

Dokumen terkait