• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Budidaya

5.4.1 Pengelolaan budidaya di PT Ikas Amboina 5.4.1.1 Pengadaan bibit

PT Ikas Amboina memiliki tiga metode dalam pengadaan bibit kupu-kupu: Pertama, pengambilan betina dari alam. Kedua, mengambil jantan dari alam untuk dikawinkan dengan betina hasil penangkaran, dan Ketiga, mengawinkan jantan dan betina dari hasil penangkaran. Kupu yang dijadikan bibit harus memenuhi beberapa kriteria seperti sehat, berukuran normal, dan terlihat lincah. Setelah didapat kupu-kupu yang akan dijadikan bibit tersebut dimasukkan ke dalam kandang reproduksi.

Pengambilan bibit dari alam merupakan metode yang paling baik karena dapat menghasilkan telur dalam jumlah banyak dengan kualitas yang baik pula. Pengambilan jantan dari alam dan betina hasil penangkaran juga dapat dilakukan, namun sedapat mungkin menghindari metode perkawinan jantan dan betina hasil penangkaran, karena metode ini menghasilkan anakan yang kurang baik. Umumnya jumlah telur yang dihasilkan lebih sedikit dan mudah terserang penyakit.

Pengambilan bibit dari alam biasanya dilakukan dua minggu sekali, dengan menangkap sekitar dua puluh ekor kupu betina dengan komposisi acak dari kelima belas kupu yang ditangkarkan dan ada kalanya jenis tertentu tidak ditemukan sehingga harus memperbanyak jenis lainnya. Kupu betina hasil tangkapan di alam umumnya telah melakukan perkawinan, karena menurut karakternya kupu betina yang baru lahir dari kepompong akan segera melakukan perkawinan bahkan sebelum kupu tersebut mencari makan.

Pengambilan 1-2 ekor kupu-kupu dilindungi di alam sebagai bibit yang dilakukan oleh PT Ikas Amboina setiap dua minggu sekali masih sesuai dengan aturan yang berlaku karena tidak melebihi batas yang ditentukan. Berdasarkan kuota penangkapan kupu-kupu dilindungi dari alam yang dikeluarkan Direkturat Jendral PHKA batas pengambilan untuk Ornithoptera priamus adalah 300 ekor pertahun dan Troides helena 200 ekor pertahun.

5.4.1.2 Pemeliharan telur

Kupu-kupu betina umumnya dapat bertelur setiap hari selama masa hidupnya (2 minggu). Jumlah telur yang ditelurkan bervariasi menurut jenis dan ukuran tubuh kupu-kupunya. Sebagai contoh Ornithoptera priamus betina yang berukuran besar hanya dapat menghasilkan rata-rata 60 telur semasa hidupnya sedangkan Papilio demolion betina yang berukuran lebih kecil mampu bertelur hingga 220 butir. Telur yang baik umumnya tidak pucat dan ditandai dengan adanya sebuah titik hitam di permukaan atasnya.

Kupu betina biasa bertelur pada pagi hari. Telur diletakkan di daun atau di sekitar daun yang merupakan pakan bagi larva kupu tersebut. Telur-telur mulai dikumpulkan oleh petugas penangkaran pada siang hari. Telur diambil dengan bantuan kuas lalu dipindahkan ke toples yang diberi penutup kasa dan diletakkan di kandang pemeliharaan telur. Metode ini dilakukan untuk menghindari telur dari serangan predator. Toples yang berisi telur kupu-kupu dapat dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30 Toples berisi telur kupu-kupu dengan penutup kasa.

Telur-telur yang telah diletakkan kupu-kupu betina diambil dari tanaman inang dengan bantuan kuas, pengambilan telur dengan kuas dilakukan agar telur tidak rusak. Telur kemudian disimpan dalam toples yang tertutup kasa halus untuk mencegah masuknya parasit dan predator, kemudian disusun rapi dalam kandang penyimpanan telur. Setelah 5 – 11 hari larva akan menetas. Larva dipindah ke dahan tanaman inang bersama dengan toplesnya, hal ini dilakukan untuk mengurangi kontak tehadap larva. Setelah toples berada di dahan tanaman inang, dahan ditutupi dengan selubung jaring untuk menghindari predator.

5.4.1.3 Pemeliharaan larva

Telur-telur yang berada di dalam toples setelah sekitar 5-11 hari akan menetas. Pada tahap awal, larva kupu-kupu akan memakan kulit telurnya sendiri. Setelah semua telur menetas maka larva-larva tersebut akan dipindahkan ke kandang pemeliharaan larva (tanaman inang). Tanaman inang untuk masing-masing jenis kupu-kupu berbeda, meskipun kadang-kadang kupu-kupu dalam famili yang sama memiliki tanaman inang yang sama pula.

Persiapan kandang larva perlu dilakukan sebelum larva dipindahkan. Ada diantara hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan dahan pohon. Dahan pohon harus sehat, memiliki daun yang lebat, dan aman dari predator. Dahan pohon dibersihkan dengan cara merapikan ranting-ranting, membuang predator seperti semut dan belalang dan sarangnya.

Setelah dahan siap maka selubung jaring segera dipasang, pemasangan selubung jaring dapat dilihat pada Gambar 31 (a). Pangkal dahan diberi lem tikus untuk mencegah predator masuk. Larva dipindahkan beserta toplesnya, penutup kasa dilepas dan toples digantung di dahan. Apabila daun pakan habis sebelum larva menjadi kepompong maka larva akan dipindahkan ke dahan lain. Larva dipindahkan dengan cara memotong daun dimana larva tersebut berada. Larva yang siap di pindahkan dapat dilihat pada Gambar 31 (b).

(a) (b)

Gambar 31 (a) pemasangan selubung jaring, (b) larva yang siap dipindahkan. Selama hidup larva kupu-kupu akan mengalami pergantian kulit sebanyak lima kali sebelum menjadi kepompong. Larva yang baru menetas dinamakan larva instar pertama, setelah mengalami pergantian kulit pertama maka larva akan dinamakan larva instar kedua. Begitu seterusnya, hingga larva pada instar ke lima berganti kulit menjadi kepompong. Pergantian kulit pertama hingga keempat pada

larva kupu-kupu terjadi setiap tiga atau empat hari, sedangkan pergantian kulit terakhir terjadi setelah lebih dari tujuh hari.

Larva akan berada di dalam selubung jaring hingga menjadi kepompong selama kurang lebih satu bulan. Apabila daun pakan habis sebelum larva menjadi kepompong maka larva akan dipindahkan ke dahan lain. Pemindahan dahan sedapat mungkin tanpa menyentuh larva secara langsung. Hal yang baik dilakukan adalah memindahkan larva beserta daun dimana larva tersebut berada.

Setelah kurang lebih satu bulan larva akan menjadi kepompong, kepompong dipanen dengan cara memotong bagian ranting dimana kepompong tersebut bergantung, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penggantungan pada lemari kepompong nantinya. Kepompong yang telah dipanen akan di pindahkan ke lemari kepompong, dan akan berada di lemari ini selama kurang lebih satu bulan hinga kupu-kupu lahir.

(a) (b)

Gambar 32 (a) Pembungkusan kepompong, (b) pengemasan kepompong. Panen dapat dilakukan bila semua larva telah menjadi kepompong yaitu dengan cara memotong ranting atau daun yang menjadi tempat menempelnya kepompong. Kepompong dibawa ke kantor PT Ikas Amboina dan akan melewati proses penyortiran dan pengemasan, setelah itu kepompong siap dikirim kepada pihak pemesan termasuk Bali Butterfly Park.

Pengemasan kepompong dilakukan dengan cara membungkus satu persatu kepompong dengan tisu, digulung dan dikunci pada kedua sisinya, setelah itu disusun pada dus streofoam lalu ditutup rapat dan disegel. Cara pengemasan kepompong dapat dilihat pada Gambar 32.

5.4.2 Pengelolaan budidaya di Bali Butterfly Park 5.4.2.1 Pemeliharaan kepompong

Kepompong yang datang terlebih dahulu diperiksa kondisinya, dihitung, serta dikelompokkan menurut jenis kupu-kupunya, setelah itu kepompong di bawa ke kandang kepompong yang terletak di tengah taman. Kepompong digantung di lemari kepompong menggunakan jepitan kain dan disusun menurut jenis kupunya.

Setiap hari lemari kepompong diperiksa dan diawasi oleh keeper kupu-kupu Apabila ada yang terserang penyakit dan ada yang tidak menetas maka segera dikeluarkan begitu pula kepompong-kepompong yang sudah kosong. Kepompong yang baik biasanya berwarna cerah, bereaksi ketika disentuh, dan kadang-kadang mengeluarkan suara mendesis.

5.4.2.2 Pemeliharaan kupu-kupu dewasa

Kupu-kupu yang berada di lemari kepompong biasanya menetas mulai pukul 04.00 hingga menjelang pukul 09.00 pagi. Kupu-kupu membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk keluar dari kepompong. Penataan kepompong dengan cara digantung dengan jepitan kain sangat membantu dalam proses kelahiran.

Tahap awal kelahiran kupu-kupu ditandai dengan terbukanya penutup atas dari kepompong, bagian yang terbuka ini meliputi daerah kepala hingga dada. Antena merupakan bagian tubuh yang pertama kali keluar, diikuti bagian kaki depan, badan, sayap, dan perut.

Kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong masih dalam kondisi basah dengan sayap yang belum terentang, proses pengeringan sayap pada kupu-kupu membutuhkan waktu sekitar 3 jam hingga kupu-kupu dapat terbang, biasanya kupu-kupu akan bergantung pada bekas kepompongnya sendiri hingga sayapnya kering. Selama proses pengeringan ini kupu-kupu akan sering mengeluarkan air seni.

Kupu-kupu yang tidak berhasil keluar dari kepompong dan kupu-kupu yang tidak dapat mengeringkan sayapnya kurang dari 3 jam umumnya cacat dan tidak dapat terbang, keeper akan memisahkan kupu-kupu dengan kondisi tersebut dari lemari kepompong. Kupu-kupu yang sudah kering sayapnya dan siap terbang biasanya dicirikan dengan kepakan sayap yang aktif. Kupu-kupu yang sudah bisa

terbang akan dilepas ke taman pada sore hari, karena pada siang harinya kupu-kupu akan dijadikan display kepada wisatawan yang datang.

Sama halnya di alam, kupu-kupu di dalam taman akan memulai aktivitasnya pada pagi hari sekitar pukul 07.00 disaat matahari mulai terbit. Sinar matahari pagi dimanfaatkan kupu-kupu untuk mengeringkan sayapnya yang lembab oleh embun pada malam hari. Beberapa aktivitas kupu-kupu yang teramati diantaranya mencari makan, mencari pasangan, kawin, dan istirahat.

Aktivitas mencari makan dilakukan dengan cara mengunjungi kuntum-kuntum bunga dan menghisap nektar yang terdapat di dalamnya menggunakan alat penghisap pada mulut yang disebut proboscis. Selain menghisap nektar, kupu-kupu juga sering terlihat hinggap di bebatuan ataupun di tepi aliran air. Menurut Sihombing (1999) selain menghisap nektar, kupu-kupu juga mencari mineral-mineral lain yang dibutuhkan untuk proses reproduksi. Aktiftas mencari mineral ini lebih terlihat pada individu jantan.

Kegiatan mencari pasangan pada kupu-kupu lebih dominan terlihat pada kupu jantan, seperti menari-nari dan berkeliling untuk menarik perhatian betina. Bila kehadiran jantan diterima oleh betina, maka kedua kupu-kupu akan menari dan terbang bersamaan sebelum melakukan perkawinan.

Perkawinan pada kupu-kupu dilakukan dengan cara menggantungkan diri, bagian ujung abdomen jantan menjepit ujung abdomen betina dengan posisi betina berada diatas. Walaupun saling melekat pada saat kawin kupu-kupu masih dapat terbang, karena pada umumnya ukuran tubuh betina pada kupu-kupu lebih besar sehingga mampu membawa jantan terbang bersama. perkawinan pada kupu-kupu berlangsung sekitar 6-8 jam.

Aktivitas kupu-kupu pada pukul 10.00 menjelang siang akan menurun dan meningkat kembali pukul 15.00 hingga menjelang sore. Pada siang hari saat suhu udara meningkat kupu jarang terlihat, Menurut Sihombing (1999) kupu-kupu termasuk hewan berdarah dingin, bila kupu-kupu-kupu-kupu terbang suhu tubuhnya dapat mencapai 10º C diatas suhu lingkungan hal tersebut dapat membahayakan kupu-kupu itu sendiri. Pada malam hari kupu-kupu akan beristirahat dengan cara menggantungkan diri di balik daun dengan bagian kepala ke bawah.

Menurut pengelola Bali Butterfly Park, idealnya dibutuhkan sekitar 3.700 ekor kupu-kupu untuk memenuhi area taman seluas 3.700 m² atau 1 ekor per meter persegi. Namun pada kenyataanya hanya dapat dipenuhi sekitar 2.000 ekor. Hal ini karena kurangnya pasokan kepompong dari pihak penangkar dan harga kepompong yang cukup mahal. Pengelola mengatakan dengan minimal 2.000 ekor kupu-kupu yang ada sudah cukup untuk menjalankan aktivitas wisata. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Bali Butterfly Park mendatangkan cukup sekitar 1.000 kepompong setiap minggunya dari PT Ikas Amboina, dengan asumsi semua kepompong lahir pada minggu pertama dan umur kupu-kupu dua minggu. Perbedaan pengelolaan penangkaran secara umum antara PT Ikas Amboina, Cilember, dan Kampus IPB Darmaga disajikan pada Lampiran 2.

5.4.2.3 Pemeliharaan kesehatan

Penyakit, parasit, dan predator merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan penangkaran. Penyakit yang umum dijumpai pada fase kehidupan kupu-kupu adalah infeksi jamur dan virus. Jamur dan virus sering menyerang pada fase larva dan kepompong. Jamur dan virus akan menyebabkan larva dan kepompong menghitam dan membusuk. Menurut Parsons (1999) dalam Matsuka (2001) 80-100% telur yang terserang parasit akan mati dan juga menurut Suzuki (2000) dalam Matsuka (2001) 100% pupa akan mati bila terserang virus. Dalam mengatasi hal ini yang harus dilakukan adalah selalu menerapkan pola kebersihan dan kesterilan pada peralatan dan lingkungan, seperti kebersihan toples, kuas, dan lemari kepompong.

Parasit merupakan hewan yang bersifat menumpang dan merugikan bagi kupu-kupu. Fase yang sering diserang parasit adalah fase telur dan kepompong. Pada fase telur dan kepompong, parasit seperti tawon dan lalat sering menyuntikkan larvanya sehingga telur atau kepompong menjadi mati dan ketika menetas adalah larva dari tawon atau lalat tersebut. Langkah antisipasi yang dilakukan adalah mencegah masuknya pembawa parasit tersebut kedalam kandang. Toples telur ditutupi dengan kasa, kandang larva ditutupi dengan jaring, sedangkan lemari kepompong berada diruang tertutup.

Selain penyakit dan parasit, predator juga harus dihindari. Predator merupakan hewan yang menjadi pemangsa bagi kupu-kupu. Setiap fase kehidupan

kupu-kupu memiliki pemangsa yang berbeda, pada fase telur pemangsa yang umum dijumpai adalah semut. Pada fase larva seperti kumbang, penyengat, belalang, dan kadal. Pada fase kepompong adalah kadal dan tikus, sedangkan pada fase kupu dewasa pemangsa yang sering ditemui seperti belalang dan laba-laba. Langkah pencegahan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan pencegahan parasit, yaitu menjaga masuknya hewan pemangsa ke dalam kandang.

5.4.2.4 Pakan tambahan kupu-kupu

Saat musim kemarau, biasanya hanya sedikit bunga-bunga yang mekar di taman sehingga diperlukan pemberian pakan tambahan untuk kupu-kupu. Pakan tambahan terdiri dari dua jenis, yakni cairan madu dan buah pisang. Cairan madu merupakan madu yang ditambahkan dengan air hingga larut yang diletakkan di atas piring dan ditempatkan di sekitar bunga. Sedangkan buah pisang diberikan dengan cara dihancurkan dan dibiarkan busuk; buah diletakkan di atas piring sama halnya dengan larutan madu. Dalam pemberian pakan buatan keduanya dapat dikombinasikan.

Madu dan buah pisang merupakan alternatif pengganti nutrisi yang terkandung pada nektar, Nektar adalah senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar nectiffier dalam bunga, berupa cairan, rasanya manis alami dengan aroma lembut. Nektar mengandung air, glukosa, fruktosa, sukrosa, protein, asam amino, karoten, vitamin, minyak, dan mineral esensial. Menurut Rusfrida (2006) madu mengandung glukosa, fruktosa, dan sukrosa, sisanya berupa dekstrin, dan mineral. Sedangkan menurut Stover (1987) kandungan yang terdapat pada pisang diantaranya sukrosa, gula reduksi, pati, protein, pektin, protopektin, lemak, serat kasar, dan abu.

Apabila dilihat dari kandungan nutrisinya, madu lebih menyerupai nektar dibandingkan buah pisang, karena keduanya memiliki glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Sedangkan buah pisang hanya memilki kesamaan pada kandungan sukrosa dan protein. Dari perbandingan nutirisi tersebut dapat disimpulkan bahwa madu lebih baik digunakan sebagai pakan tambahan kupu-kupu dibanding buah pisang.

Dokumen terkait