• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cabai rawit adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung

bagaimana digunakan. Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan yang memiliki nama ilmiah capsicum sp.; berasal dari benua

Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Adapun cara budidaya cabai rawit menurut Tim Bina Karya Tani (2013) adalah sebagai berikut :

1. Pembibitan

Tanaman cabai diperbanyak dengan biji (generatife). Biji buah yang akan diperbanyak diambil dari buah yang sudah tua atau matang dipohon. Buah cabai yang akan diambil bijinya untuk benih harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

(1) buah berasal dari tanaman yang sehat dan pertumbuhannya subur; (2) buah dipilih dan disortir sejak dipohonnya; (3) biji diambil dari buah yang

sudah masak dipohon, sehat dan tidak rusak; dan (4) sebaiknya buah dari dompolan buah yang kedua.

2. Pesemaian

Persemaian hendaknya dilakukan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu, polibag, pot bunga untuk memudahkan perawatan. Biji disebar merata di atas

pesemaian berupa tanah yang bersih dan dicampur dengan pasir bersih serta pupuk kandang (perbandingan 1 k : 1 kg : 1 kg). Pesemaian ditaruh ditempat yang terlindung dari gangguan ternak dan dinaungi agar tidak terkena sinar matahari langsung dan derasnya curah hujan. Pesemaian untuk menjaga kelembaban tanah perlu penyiraman satu kali sehari yaitu pada pagi atau sore hari.

3. Penanaman bibit

Segera setelah tanaman yang berkecambah dari biji itu mempunyai lima daun (umur satu bulan), calon bibit dipindahkan ketempat penyapihan berupa pot kecil atau polibag; pada waktu penyapihan dipilih calon bibit yang benar-benar kuat. Maksud penyapihan ini adalah untuk melatih tanaman terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke lahan pertanian yang telah ditetapkan. Setiap pagi takir atau polibag penyapihan dijemur disinar matahari sampai pukul 09.00.

4. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi

tanah. Faktor fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, konsistensi, tata air, tata udara, temperatur dan warna tanah. Faktor kimia tanah adalah pengaruh ion

terhadap tumbuhnya tanaman, keasaman tanah atau pH nya. Sedangkan, faktor biologi tanah adalah tentang jasad-jasad hidup dalam tanah atau jasad renik. Pengolahan tanah biasanya dilakukan dua kali agar benar-benar gembur; tanah dibersihkan dari rumput atau kotoran lain kemudian dibajak atau dicangkul dengan kedalaman sekitar 20 s/d 35 cm. Pengolahan tanah harus disesuaikan dengan lapisan atas dan tidak dipaksakan terlalu dalam sampai mencapai lapisan tanah dibawahnya. Pencangkulan tanah yang terlalu dalam dapat mengakibatkan

tanah yang kurang subur bercampur dengan tanah yang subur sehingga akan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Pengolahan tanah yang kedua kalinya setelah tanah dibiarkan selama 2 s/d 3 minggu sejak pengolahan pertama; hal ini penting agar gas-gas beracun menguap, bibit penyakit dan hama akan mati disinari matahari. Tanah yang sudah remah dan gembur kemudian dibuatkan bedengan membujur kearah timur-barat agar penyebaran matahari dapat merata keseluruh tanaman.

Bedengan dibuat dengan lebar antara 110 s/d 120 cm2, tinggi 30 s/d 45 cm2 dan jarak antar bedengan 50 s/d 60 cm2. Khusus pada musim penghujan didaerah-daerah yang air tanahnya dangkal perlu dibuatkan parit keliling dengan lebar 20 s/d 30 dan dalamnya 30 cm untuk pembuangan air yang berlebihan.

Pengolahan tanah yang ketiga selain mencangkul tipis-tipis untuk menggemburkan tanah, juga dilakukan pemupukan dasar dengan memberikan pupuk kandang atau pupuk organik. Tanah yang terlalu asam dan tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman cabai perlu melakukan pengapuran. Setelah tanah

cukup gembur, bedengan-bedengan dan parit-parit sudah terbentuk, tanah dibiarkan dulu selama seminggu sebelum ditanami bibit agar reaksi pupuk

organik dan pengapuran tidak mengganggu pertumbuhan bibit tanaman. 5. Persiapan lubang tanaman

Pembuatan lubang tanam dilakukan tiga hari sebelum penanaman bibit, jarak tanam harus diatur dengan baik jangan terlalu rapat dan terlalu renggang. Jarak tanam yang ideal untuk bertanam tanaman cabai adalah 70 x 60 cm2 artinya 70 cm jarak antar barisan dan 60 cm jarak tanam dalam barisan.

6. Seleksi bibit

Bibit seharusnya sudah diseleksi pada tempat pembibitan sebelum diangkut ke lahan pertanaman; bibit cabai dapat dipindah ke lahan pertanaman apabila telah berumur 30 s/d 45 hari di pesemaian dengan tinggi berkisar antara 10 s/d 15 cm2. Bibit yang dipilih sebaiknya yang berpenampilan sehat, tumbuh subur dan tegak, serta daunnya tidak ada yang rusak.

7. Waktu tanam

Saat yang terbaik untuk menanam sayuran cabai adalah tiga hari sesudah lubang tanam dipersiapkan. Menanam bibit cabai pada lubang tanam dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Bagian dasar kantong polibag disayat dan dilepaskan, bagian samping kiri-kanan disayat tegak lurus.

(2) Bibit ditempat pada lubang secara berdiri tegak; plastik pada bagian sisi kiri

kanan dilepas dengan hati-hati supaya tanah disekitar akar bibit tidak berhamburan.

(3) Sewaktu menanam; leher akar harus tertutup dan pada akhir penanaman permukaan tanah sekitar bibit dalam keadaan rata atau sedikit cembung. 8. Pemberian mulsa plastik hitam perak

Penggunaan mulsa plastik dipandang lebih praktis karena mudah didapat, mudah penggunaannya dan dapat digunakan lebih daripada satu kali. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mulsa plastik: (1) bedeng-bedeng diari terlebih dahulu sebelum pemasangan mulsa plastik

panas dan plastik sedang memuai; dan (3) warna hitam pada plastik merupakan bagian yang menghadap ketanah, sedangkan bagian plastik yang berwarna perak menghadap keatas.

9. Pengairan

Pengairan dilakukan secara rutin sekali atau dua kali dalam sehari tergantung pada keadaan tanah atau semusim. Waktu pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu udara tidak terlalu panas; hal yang sangat penting diperhatikan adalah menjaga agar tidak terlalu kering atau sebaliknya air jangan sampai tergenang dalam waktu yang lama.

10. Pemberantasan gulma

Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma yaitu: (1) secara mekanis (manual) adalah pemberantasan dengan menggunakan tenaga atau alat secara langsung seperti sabit, cangkul dan garpu; (2) secara kimiawi dilakukan dengan

menggunakan herbisida; dan (3) secara biologi dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi

pengaruh buruk dari gulma. 11. Penyulaman

Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau pertumbuhannya tidak normal; dilakukan satu minggu setelah tanam. Bibit yang digunakan penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan.

12. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah supaya tanaman dapat meyerapnya sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman dapat diketahui dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman.

Pemupukan dilakukan terus-menerus dan takaran pupuk disesuaikan dengan usia tanaman cabai. Sebelum menabur pupuk terlebih dahulu dibuat selokan sedalam 5 s/d 10 cm yang melinkari tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran; sesudah pupuk ditabur merata didalam selokan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah.

Dosis pupuk yang diberikan adalah 200 kg urea, 500 kg ZA, 167 kg KCL, dan 196 kg TSP per hektar. Pupuk berimbang ini diberikan dua kali yaitu pada umur tujuh hari dan 30 hari setelah tanam; kecuali pada pupuk TSP yang diberikan satu kali pada tujuh hari sebelum tanam.

13. Hama dan penyakit

Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk mendapatkan makanan yang terdiri dari hewan mamalia, serangga dan burung. Untuk membrantas serangan hama harus diketahui terlebih dahulu siklus hidupnya, sehingga dapat ditentukan pada stadium apa serangga tersebut menyerang tanaman, sehingga tepat dalam mengambil tindakan pemberantasan.

Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti; virus, bakteri, protozoa, jamur dan cacing nematode;

yang dapat menyerang organ tumbuhan pada akar, batang, daun atau buah. Penyebaran penyakit pada tanaman melalui angin, air, serangga.

14. Panen

Panen cabai dilakukan secara manual; umur panen berkisar 3 s/d 4 bulan setelah tanam. Biasanya panen dapat dilakukan 16 s/d 18 kali pada keadaan musim yang menguntungkan yaitu musim kemarau. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemanenan adalah warna buah berwarna merah atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna oranye, jingga atau merah; warna hijau berangsur hanya sekilas.

Dokumen terkait