• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan budidaya udang merupakan jenis usaha perikanan yang hampir semua proses produksinya dapat ditargetkan sesuai dengan keinginan, sejauh manusia dapat memenuhi persyaratan pokok dan pendukung kehidupan serta pertumbuhan udang yang optimal. Usaha ini pernah menunjukkan hasil yang memuaskan hingga Indonesia menjadi produsen udang papan atas di dunia yaitu pada tahun 1994 mampu mencapai angka produksi > 300.000 ton/tahun (produksi dari tambak intensif sekitar 60 %, tambak sederhana mencapai 20% dan tambak semi-intensif sekitar 10%). Sedangkan mulai tahun 1997 hingga sekarang produksi udang Indonesia mengalami penurun yang tidak sedikit, yaitu kira-kira produksi per tahun berkisar antara 160.000-200.000 ton (Anonim, 2003).

Hal lain, dengan semakin memburuknya mutu lingkungan karena perkembangan masyarakat, membuat lingkungan tambak semakin terpuruk dari tahun ketahun. Daerah pertambakan merupakan daerah akhir pembuangan kegiatan di bagian atas (up land) yang syarat dengan polutan. Secara garis besar, polutan dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Pertanian, industri, dan pemukiman. Pada saluran kawasan pertambakan yang tidak terpelihara, tentu akan merupakan perangkap yang baik bagi polutan tersebut, sehingga gagal dalam usaha pemeliharaan udang semakin besar. Untuk itu perencanaan dan pemeliharaan saluran harus diperhitungkan dengan baik sehingga dapat mengurangi beban polutan tersebut (Mai, 2006).

2.6.1. Pengertian Tambak

Pengertian tambak atau kolam menurut Biggset al, dalamMai (2006), adalah badan air yang berukuran 1 m2 hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia Istilah kolam biasanya digunakan untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk air payau atau air asin. Biggs et al, dalam Mai (2006), menyebutkan salah satu fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air. Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang dibudidayakan.

2.6.2. Persyaratan Tambak

Secara umum tambak harus memenuhi syarat (Mai, 2006) sebagai berikut: a. Tanah tambak didominasi oleh tanah liat atau liat berpasir

33

c. Dasar tambak bebas dari bekas vegetasi d. Ada bagian caren dan pletaran

e. Kedalaman air mampu menampung sedikitnya 80 cm f. Ada penampungan air/tandon

2.6.3. Jenis-Jenis Tambak

Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak intensif, tambak semi intensif, tambak ekstensif atau tradisional. Perbedaan dari ketiga jenis tambak tersebut terdapat pada teknik pengelolaan mulai dari padat penebaran, pola pemberiaan pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan (Widigdo, 2000). Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang.

Tambak intensif dibuat dengan ukuran antara 0,2–0,5 ha per petakan tambak, untuk memudahkan pengelolaan air dan pengawasannya. Budidaya secara intensif menerapkan padat penebaran tinggi dan pengelolaan optimal. Padat penebaran udang windu antara 30 – 50 ekor/m2. Pemberian pakan dilakukan 4 – 6 kali sehari. Hasil panen yang diharapkan adalah 4 – 8 ton/ha/musim untuk udang windu (Khordi, 2010).

Tambak semi intensif biasanya tidak seluas tambak ekstensif yaitu sekitar 0,5-1 ha. Sedangkan tambak ekstensif atau tradisional adalah tambak yang sistem pengelolaannya benar-benar bergantung pada kemurahan alam. Benih udang dimasukkan ke dalam tambak bersamaan dengan pengisian air tambak. Jadi benih tersebut benar-benar dijebak dan dibiarkan dalam waktu tertentu kemudian ditangkap/dipanen. Karena itu, tambak berisi puluhan atau bahkan ratusan spesies

udang dan ikan laut. Padat penebaran pada tambak tradisional ditingkatkan hingga mencapai 15 ekor/m2 dengan persiapan tambak yang baik, meliputi pengeringan, pembajakan, pemupukan dan pengapuran. Udang dapat diberi pakan tambahan secukupnya selama 3 – 4 hari sekali. Hasil panen dapat mencapai 800 – 900 kg/ha/musim (Khordi, 2010).

2.6.4. Lokasi Tambak

Sukses tidaknya usaha budidaya udang di tambak dapat ditentukan pula dengan langkah awal yang sangat urgen, dalam hal ini penentuan lokasi untuk mendukung kebutuhan biologis udang yang dipelihara harus terpenuhi. Pemilihan lokasi untuk budidaya udang sangatlah mutlak dilakukan demi terpenuhinya persyaratan teknis baik dari segi lingkungan maupun dari segi fisik/lahan. Persyaratan lokasi/ lahan untuk tambak pembesaran udang secara umum tidak jauh berbeda dengan jenis udang lainnya (Mai, 2006). Pemilihan lokasi yang dikehendaki untuk kegiatan budidaya jenis udang windu tercantum pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 2.1. Persyaratan minimal parameter kualitas lokasi/lahan

Sumber: Mai, 2006

No. Komponen Kisaran Optimal Keterangan

1. 2. 3. 4. Jenis Tanah pH Tanah Bahan Organik NH3 Liat berpasir (70:30) 6,5–8,0 3–5 % 0,05–0,25 ppm

Jenis tanah masih ada toleransi, yaitu dapat digunakan untuk liat berdebu/berlumpur

35

Tabel 2.2. Persyaratan minimal parameter kualitas air pasok

No. Komponen Kisaran Optimal Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Salinitas pH Suhu Alaklinitas Bahan Organik PO4 NH3 15–30 ppt 7,5–8,7 28–31,50C 90–150 ppm 45–55 ppm 0,1–0,5 ppm 0,03–0,25 ppm

Bila bahan organik air di atas 55 ppm dapat diantisipasi dengan pengendapan pada petak tandon air.

Sumber: Mai, 2006

2.6.5. Kualitas Air Tambak

Kualitas air sangat penting untuk dilihat sebagai sumber utama dalam usaha budidaya udang windu. Dalam hal penilaian air, yang terpenting adalah: a) mempunyai jumlah yang cukup; b) tidak keruh; c) pH sekitar 7,0; d) salinitas tidak pernah lebih dari 40 ppt; e) tidak berada pada daerah polluted area baik dari jenis logam dan organo-chlorin serta pestisida. Kualitas air yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penurunan produksi dan akibatnya keuntungan yang diperoleh akan menurun dan bahkan dapat menyebabkan kerugian akibat matinya udang windu (Darmono, 1991).

Kualitas air sangat penting untuk dilihat sebagai sumber utama dalam usaha budidaya udang windu. Dalam hal penilaian air, yang terpenting adalah: a) mempunyai jumlah yang cukup; b) tidak keruh; c) pH sekitar 7,0; d) salinitas tidak pernah lebih dari 40 ppt; e) tidak berada pada daerah polluted area baik dari jenis logam dan organo-chlorin serta pestisida. Kualitas air yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penurunan produksi dan akibatnya keuntungan yang diperoleh akan menurun dan bahkan dapat menyebabkan kerugian akibat matinya udang windu (Darmono, 1991).