• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Besar

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 28-41)

2.2.2.4 Siklus Akuntansi

2.2.2.4.3 Buku Besar

Dari jurnal, seluruh akun dikelompokkan dalam buku besar. Buku besar menyimpan semua informasi mengenai perubahan saldo akun di dalam satu tempat. (Weygandt: 58)

2.2.2.4.3.1 Buku Besar Pembantu

Menurut Weygandt (2011: E1-E3), buku besar pembantu adalah sekelompok akun dengan karakteristik umum (misalnya, semua akun piutang).

Ada dua jenis buku besar pembantu yang dikenal secara umum, yaitu:

1. Buku besar pembantu piutang (atau pelanggan), mengumpulkan data transaksi dari masing-masing pelanggan. 2. Buku besar pembantu utang (atau kreditor), mengumpulkan

data transaksi dari masing-masing kreditor.

3. Buku besar pembantu aktiva mencatat semua transaksi yang terjadi atas semua perkiraan yang berhubungan dengan aset yang diklasifikasikan ke dalam debit dan kredit. Buku besar pembantu ini berfokus pada aktiva tetap.

Pada akhir periode akuntansi, masing-masing buku besar utama yang mengontrol saldo akun harus sesuai dengan saldo dari masing-masing akun dalam buku besar pembantu yang terkait.

Buku besar pembantu memiliki beberapa keunggulan:

1. Buku besar pembantu menunjukkan bahwa transaksi tunggal akun mempengaruhi satu pelanggan atau satu kreditor, sehingga memberikan informasi yang up-to-date mengenai saldo rekening tertentu.

2. Buku besar pembantu membebaskan buku besar utama dari detail yang berlebihan. Akibatnya, neraca saldo dari buku besar utama tidak mengandung sejumlah besar saldo akun perorangan.

3. Buku besar pembantu membantu menemukan kesalahan dalam akun individu dengan mengurangi jumlah akun dalam satu buku besar.

4. Buku besar pembantu memungkinkan suatu pembagian kerja dalam posting. Satu karyawan dapat mem-posting ke buku besar sementara karyawan lain melakukan posting ke buku besar pembantu.

2.2.2.4.3.2 Pengertian Chart of Accounts

Menurut Reeve (2009: 52), Chart of Accounts adalah sebuah daftar akun dalam buku besar.

Menurut Weygandt (2011: 60), Chart of Accounts adalah daftar akun dan nomor akun yang diidentifikasi dalam buku besar.

Menurut Wild (2005: 52), Chart of Accounts adalah daftar seluruh akun perusahaan yang menggunakan nomor identifikasi yang diberikan ke masing-masing akun.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Chart of Accounts adalah daftar akun dan nomor akun yang digunakan dalam suatu perusahaan.

2.2.2.4.3.3 Aktiva

Menurut Weygandt (2011: 12), Aktiva adalah sumber daya yang dimiliki suatu organisasi. Organisasi tersebut menggunakan asetnya dalam melaksanakan kegiatan seperti produksi dan penjualan. Karakteristik umum yang dimiliki oleh semua aset adalah kemampuan untuk menyediakan pelayanan atau manfaat di masa depan. Di dalam suatu bisnis, pelayanan potensial atau manfaat ekonomi masa depan pada akhirnya akan menghasilkan arus kas masuk (penerimaan kas). Aktiva dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.

2.2.2.4.3.3.1 Aktiva Lancar

Menurut Weygandt (2011: 167), Aktiva Lancar adalah aktiva yang diharapkan oleh perusahaan untuk dikonversi menjadi kas atau digunakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Berikut merupakan salah satu bagian dari aktiva lancar:

2.2.2.4.3.3.1.1 Kas Kecil

Kas kecil (petty cash) adalah dana kas yang digunakan untuk pembayaran jumlah yang relatif kecil (Weygandt, 2011: 328).

Menurut Weygandt (2011: 315), pembayaran yang menggunakan dana kas kecil tidak dicatat secara

langsung. Pencatatan akan terjadi ketika pengisian ulang dana kas kecil.

2.2.2.4.3.3.1.2 Persediaan

Persediaan adalah barang dagang yang dimiliki perusahaan dagang untuk dijual kepada pelanggan. Menurut Weygandt (2011: 201), perusahaaan memiliki salah satu dari dua sistem untuk pencatatan persediaan yaitu sistem perpetual atau sistem periodik.

Sistem persediaan perpetual mencatat detail dari setiap harga pokok pembelian dan penjualan persediaan. Pencatatan dilakukan secara terus-menerus untuk

menunjukkan persediaan yang tersedia dalam

perusahaan.

Sistem persediaan periodik tidak mencatat detail pencatatan persediaan barang yang tersedia sepanjang periode yang bersangkutan (Weygandt, 2011: 202). Sebaliknya, sistem ini menentukan harga pokok penjualan hanya pada akhir periode akuntansi yaitu secara periodik. Sistem ini membutuhkan perhitungan fisik persediaan untuk menentukan harga pokok barang yang dimiliki.

Berikut ini merupakan metode arus biaya untuk persediaan, dalam arus biaya ini tidak berkaitan dengan arus fisik barang (Weygandt, 2011: 255). Terdapat 2 metode yaitu:

a) First-in, first-out (FIFO)

Menurut Weygandt (2011: 255-256), metode FIFO mengambil barang yang paling awal dibeli sebagai barang pertama dijual. Biaya barang yang paling awal dibeli adalah yang pertama diakui dalam menentukan harga pokok penjualan. Ini bukan berarti bahwa barang yang tertua yang dijual pertama, tapi barang tertua yang diakui pertama.

b) Avarage-cost

Menurut Weygandt (2011: 257), metode average-cost mengalokasikan harga pokok barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan rata-rata biaya unit/barang yang dikeluarkan.

Menurut SAP AG (2003: 276), Terdapat 2 dalam pencatatan nilai persediaan untuk proses pembelian, yaitu:

a) Standard Price

Harga yang ditetapkan secara tetap dan akan muncul perbedaan harga dengan harga yang sesungguhnya. b) Moving Average Price

Harga yang dihitung berdasakan rata-rata dari total harga dibagi dengan jumlah stok yang tersimpan.

2.2.2.4.3.3.2 Aktiva Tetap

Menurut Weygandt (2009: 388), Aktiva Tetap adalah sumber daya yang memiliki 3 (tiga) karakteristik, yaitu

memiliki substansi fisik (ukuran dan bentuk yang pasti), digunakan dalam operasi bisnis, dan tidak dijual ke pelanggan. Aktiva ini diharapkan dapat menyediakan jasa untuk perusahaan selama jumlah tahun tertentu, kecuali untuk tanah. Hal ini dikarenakan tanah dapat digunakan selamanya. Menurut Eipstain (2004:277-307), siklus aktiva tetap terdiri dari:

1. Pengukuran awal

Semua biaya yang diperlukan harus dicatat sebagai biaya perolehan aset tersebut. Contoh biaya tersebut termasuk penjualan atau pajak, biaya pengangkutan, dan biaya instalasi lainnya. Biaya tersebut tidak dibebankan pada periode yang bersangkutan, karena mereka dianggap menambah nilai aset dan merupakan pengeluaran yang diperlukan untuk memperoleh aset. Pertama, biaya-biaya ini bisa telah diperkirakan dan digunakan untuk mengurangi nilai rsidual perkiraan aset, sehingga meningkatkan biaya depresiasi periodik. Atau, estimasi biaya bisa saja masih harus dibayar secara berkala, dengan biaya untuk operasi saat ini dan kredit dengan ketentuan untuk estimasi kewajiban tersebut.

2. Biaya yang terjadi sesudah membeli atau produksi sendiri.

Biaya yang timbul setelah pembelian, seperti perbaikan, pemeliharaan, atau perbaikan.Biaya dapat ditambahkan ke nilai tercatat aset terkait hanya apabila kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan di luar yang awalnya diantisipasi untuk aset tersebut akan diterima oleh entitas.

3. Penyusutan aset tetap

Biaya aktiva tetap dialokasikan untuk masa manfaatnya melalui penyusutan. Ini harus menghasilkan alokasi sistematis dan rasional dari biaya aset selama perkiraan umur manfaat aset.

Menurut Weygandt (2011: 392), penyusutan adalah proses mengalokasikan biaya pada biaya aktiva tetap selama masa manfaat nya (layanan) dengan cara yang rasional dan sistematis. Alokasi biaya memungkinkan perusahaan untuk mencocokkan pengeluaran dengan pendapatan sesuai dengan beban yang diakui.

Penyusutan berlaku untuk tiga kelas aset:. Perbaikan tanah, bangunan, dan peralatan. Setiap aset dalam kelas ini harus didepresiasi karena kegunaan untuk perusahaan dan pendapatan masing-masing aset akan menurun selama umur ekonomis aset ini . Penyusutan tidak

berlaku untuk tanah karena fungsi dan pendapatan tanah umumnya tetap utuh dari waktu ke waktu.

Gambar 2.9 Penyusutan Aktiva Tetap

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

penghitungan penyusutan yaitu:

1.Biaya

Semua pengeluaran yang diperlukan untuk

memperoleh dan menggunakan aktiva tetap.

2.Umur ekonomis

Umur ekonomis adalah perkiraan dari masa produktivitas yang diharapkan pada aktiva tetap.

3. Nilai residu

Nilai residu adalah nilai aset pada akhir masa pakainya.

Penyusutan dihitung menggunakan salah satu dari dua metode ini:

a. Metode garis lurus

Dalam metode garis lurus, perusahaan membiayai jumlah yang sama pada penyusutan untuk setiap tahun umur ekonomis aktiva. Hal ini diukur semata-mata oleh berlalunya waktu. Untuk menghitung beban penyusutan menggunakan metode garis lurus, perusahaan perlu menentukan biaya yang disusutkan. Biaya yang disusutkan adalah biaya aset dikurangi nilai residu. Dengan metode garis lurus, untuk menentukan beban penyusutan tahunan, kita membagi biaya dengan umur ekonomis aset. Adapun rumus metode ini adalah sebagai berikut: ) ( _ _ tan _ tan_ _ tahun ekonomis umur residu nilai penyusu Biaya pertahun penyusu Beban =

b. Metode saldo menurun

Metode saldo menurun menghasilkan beban

penyusutan per tahun selama umur ekonomis aktiva tetap. Metode ini dinamakan demikian karena penyusutan periodik didasarkan pada nilai buku yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan) dari aset. Dengan metode ini, perusahaan menghitung beban penyusutan per tahun dengan mengalikan nilai buku pada awal tahun dengan rata-rata saldo menurun. Rata-rata saldo menurun tetap konstan dari tahun ke tahun, tetapi nilai buku menurun setiap tahun.

Pada awal tahun pertama, nilai buku adalah biaya aktiva tetap. Ini terjadi karena saldo dalam akumulasi penyusutan pada awal umur ekonomis aktiva tetap adalah nol. Dalam tahun-tahun berikutnya, nilai buku adalah perbedaan antara biaya dan akumulasi penyusutan sampai saat ini.

Berbeda dengan metode penyusutan lainnya, metode saldo menurun mengabaikan nilai sisa. Nilai sisa tidak membatasi total penyusutan. Penyusutan berhenti ketika nilai buku aktiva tetap sama dengan nilai sisa yang diharapkan.

Berikut rumus untuk metode saldo menurun:

4. Pembuangan aset

Untuk aktiva tetap, akumulasi penyusutan harus dihilangkan. Perbedaan antara nilai tercatat dan hasil penerimaan akan diberikan pengakuan langsung dicatat sebagai keuntungan atau kerugian akibat pembuangan tersebut.Aset dan akun penyusutan terkait disesuaikan, dan aset selanjutnya dibuang sebelum disusutkan secara penuh. Keuntungan atau kerugian akan ditentukan oleh perbedaan antara nilai buku bersih, berdasarkan nilai historis, dan hasil dari pembuangan aset tersebut.

2.2.2.4.3.4 Pengertian Posting

Posting merupakan proses memindahkan nilai akun dari jurnal ke buku besar (Weygandt, 2011: 60).

2.2.2.4.4 Penyesuaian

2.2.2.4.4.1 Dasar Penyesuaian

Penyesuaian dilakukan pada akhir periode akuntansi untuk memastikan bahwa perusahaan mengikuti prinsip pengenalan pendapatan dan beban. Jurnal penyesuaian memungkinkan untuk

melaporkan jumlah yang benar pada laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.

Transaksi yang dicatat dalam jurnal belum tentu telah diperbarui dan menyajikan data yang lengkap. Hal tersebut berlaku untuk beberapa alasan sebagai berikut:

a. Beberapa transaksi yang tidak dicatat setiap hari karena dianggap tidak efisien.

b. Beberapa biaya yang tidak tercatat selama periode akuntansi karena jatuh tempo seiring berlalunya waktu sebagai akibat dari transaksi harian.

c. Beberapa akun tidak tercatat.

Oleh karena itu, setiap perusahaan harus membuat jurnal penyesuaian ketika hendak mempersiapkan laporan keuangan. (Weygandt, 2011: 99).

2.2.2.4.4.2 Jenis-Jenis Jurnal Penyesuaian

Jurnal penyesuaian diklasifikasikan sebagai penangguhan (deferrals) atau akrual (accruals). Keduanya memiliki subkategorinya masing-masing sebagai berikut:

Deferrals:

a. Beban-beban dibayar di muka, yaitu biaya-biaya yang dibayar dan tercatat sebagai aktiva sebelum digunakan.

b. Pendapatan diterima di muka, yaitu uang yang diterima dan tercatat sebagai kewajiban sebelum pendapatan diterima.

Accruals:

a. Pendapatan terutang, yaitu pendapatan yang telah diterima namun belum tercatat.

b. Beban terutang, yaitu biaya yang dikeluarkan namun belum dibayar dan dicatat.

Dalam dokumen BAB 2 LANDASAN TEORI (Halaman 28-41)

Dokumen terkait