• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU KECIL (A5)

Dalam dokumen 2014 Pedoman Penerbitan Buku LIPI Press (Halaman 106-111)

Daft ar Pustaka

CONTOH PENERAPAN TANDA KOREKS

1. BUKU KECIL (A5)

Dimensi 148 x 210 mm Inside : 23 mm Outsd : 20 mm Top : 20 mm Bottom: 25 mm 2. BUKU BESAR (B5) Dimensi 176 x 250 mm Inside : 30 mm Outsd : 25 mm Top : 25 mm Bottom : 30* mm Keterangan:

1) Terbitan buku minimal 49 halaman.

2) Jenis kertas yang digunakan adalah HVS 70-80 gram, kecuali untuk kasus-kasus tertentu.

3) Jenis huruf untuk isi buku terbitan LIPI Press adalah font berkait. Seperti Agaramond (Adobe Garamond).

4) Apabila halaman terbitan lebih dari 500 halaman akan diterbitkan dalam bentuk B5 (ISO), kecuali untuk buku yang mengandung gambar, grafi k, dapat diterbitkan dalam bentuk lain sesuai dengan fungsi dan karakter naskah.

5) Penomoran halaman berjarak 8 mm dari garis margin bawah. 6) Running text (penomoran halaman) diisi dengan ketentuan sebagai

berikut:

a) Halaman genap (kiri) diisi judul buku

b) Halaman ganjil (kanan) diisi dengan judul bab

Lampiran 2: Bentuk dan Ukuran Buku

Gambar 1. Contoh ukuran margin format A5

98 | Pedoman Penerbitan Buku

Gambar 4. Layout halaman isi awal setelah sampul buku, nomor halaman

tidak perlu dicantumkan. Letak Berurutan dari i-iv.

Hlm. i (halaman Prancis/Judul Semu)

Hlm. iii (halaman Judul Utama/Lengkap)

Hlm. ii (halaman UUD Hak Cipta)

Hlm. iv (halaman KDT/Copyright) Hl i (h l P i /J d l S ) Hl ii (h l UUD H k Ci )

Sanksi Pelanggaran Pasal 72, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagai- mana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau men jual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Hl iii (h l J d l Ut /L k Editor:

Abdul Rachman Patji

LIPI Press

Hl i (h l KDT/C i h ) © 2014 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Katalog dalam Terbitan (KDT)

Bahasa, Kebudayaan, dan Pandangan tentang Kebahasaan Masyarakat Penutur Bahasa Kafoa di Alor, Nusa Tenggara Timur/Abdul Rachman Patji (Ed.)ʊJakarta: LIPI Press, 2014.

xiii + 165 hlm.; 14,8 x 21 cm ISBN 978-979-799-775-5

1. Bahasa 2. NTT 400

Copy Editor : R. Tammy Maulany Dayana

Proofreader : Fadly Suhendra dan Sarwendah Puspita Dewi Penata Isi : Fadly Suhendra Desainer Sampul : Rusli Fazi

Sumber Gambar : Valentino Luis (anakfl ores.blogspot.com) Cetakan Pertama : Juli 2014

Diterbitkan oleh: LIPI Press, anggota Ikapi Jln. Gondangdia Lama 39, Menteng, Jakarta 10350 Telp. (021) 314 0228, 314 6942. Faks. (021) 314 4591 E-mail: press@mail.lipi.go.id

xiii |

"As one might expect in a region with deeper sources of political insta-

bility and fewer democratic traditions, the ways in which population

issues and politics have intersected have been harsher."

Michael S. Teitelbaum and Jay Winter, 1998: 5 AT THE DAWN of the twenty fi rst century, Indonesia is entering a fresh chapter in its history, when a ne

w narrative has to be written on the fate of this archipelago. Borrowing the phraseology of two important collections of essays, which represent the scholarly mood of the day: “the nation-state is at bay or under siege”,1

perhaps, we should also ponder on the future of Indonesia, at this particular historical trajectory. Prior to, a

nd in the aft ermath of Suharto’s New Order step down from power in May 1998, a series of events indicates that Indonesia was rac

ked by many incidents of social and political confl ict that put the idea of Indonesia as a nation-state, “at bay” or “under siege”. Th e rapid, social and political transformation, currently occurring, eventually could change the reconfi guration of the existing nation-state formation. Th e most critical phenomenon, in this galloping makeover is the increasing political mob

ilization, based on seemingly primordial s

entiments, related to territory, ethnicity and religion. Ethnicity, in a broader sense, seems a co

m- mon platform, oft en subtly interwoven with the notion of territory and religion; transforming the current political organization and making it complicated and diffi cult to untangle. Th e central position

INTRODUCTION

The Political Demography of Nation-State Building

From Colonization.indd xiii From Colonization.indd xiii

Gambar 5. Contoh layout halaman isi awal

h N i p b cu th in ba eth mo and ma | 1 A. LATAR BELAKANG

Studi tentang bahasa-bahasa etnik (lokal) di Nusa T enggara Timur (NTT) cukup kompleks. K

ompleksitasnya mungkin sama dan se- bangun dengan hukum adatnya. C

. van Vollenhoven dalam tesisnya berupaya mempersatukan beberapa wila

yah di NTT ke dalam satu kesatuan hukum adat, nam

un keadaan itu tidak selalu dapat diar ti- kan seluruh wilayahnya mempunyai k

esatuan adat. Faktanya adalah hukum adat sangat bervariasi di kalang

an suku bangsa di kepulauan yang dulu dikenal deng

an nama Nusa Cendana itu. K ompleksitas dalam studi kebahasaan etnik, selain terletak pada jumlah suku dan bahasanya yang banyak, jug

a pada status etnisitas penduduknya yang tidak selalu sinergis deng

an status kebahasaan mereka. A.D .M Parera1 memberikan contoh sebag

ai berikut: Rote selain sebag ai nama sebuah pulau, juga menunjukkan satu etnik dan semestinya satu bahasa, tetapi ternyata antara orang Oenale dan Bilba sebag

ai penduduk Pulau Rote sangat mencolok perbedaan bahasanya. Demikian pula perbedaannya dengan bahasa penduduk di pulau k

ecil Ndao yang sejak ratusan tahun selamanya diidentikkan deng

an Rote sehingga ada istilah “Rote-Ndao”.

1 A.D.M. Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor Suatu Kajian Politik Pemerintahan

Kerajaan-Kerajaan di Timor Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia,

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan dan Yanense Mitra Sejati, 1994, hlm. 29.

BAB 1:

PENDAHULUAN Abdul Rachman Patji

7/24/2014 2:11:47 PM 7/24/2014 2:11:47 PM

7 |

KONDISI LINGKUNGAN PERAIRAN DANAU TOBA

KONDISI DAERAH TANGKAPAN AIR

Bentang alam daerah tangkapan air (DT

A) Danau Toba terdiri dari empat kelompok utama, yaitu i) Rangkaian P

egunungan Barisan, ii) Kaki Perbukitan Barisan, iii) Plato T

oba, dan iv) Depresi Toba. Rangkaian Pegunungan Barisan memanjang dari arah barat laut- tenggara dengan punggung dan lembah yang tidak teratur

, memiliki ketinggian puncak antara 2.000–3.000 m dpl. ser

ta kaki perbukitan dengan puncak yang cukup ting

gi, seperti Gunung Kapur (1.095 m), Gunung Dasan (795 m), dan Sinam

palu (827 m). Tempat ini diklasiÀ kasikan sebagai per bukitan karena perbedaan k

etinggian dibandingkan sekitar

nya, bukan ketinggian dari permukaan laut. Depresi Toba merupakan pusat er

upsi dari volkan Toba, diciri- kan oleh adanya lereng sang

at terjal antara danau dan plato T oba yang mencapai ketinggian 1000 m di bagian barat da

ya, dan adanya Pulau Samosir.

Wilayah DTA Toba (Gambar 4; Tabel 1) didominasi oleh k elas kemiringan lereng landai (3%–8%) deng

an luas area men capai 74.151 Ha (30%) dari selur

uh luas DTA Toba. Distribusinya terdapat di hampir seluruh pinggir danau, terutama di bagian Pulau Samosir

. Kemiringan kedua ditempati oleh k

elas agak miring (8–15%) dengan luas daerah mencapai 50.003 Ha atau 20,5% dari total luas DTA. Daerah deng

an kemiringan sangat curam hampir dijumpai di sekeliling danau, dengan luas mencapai 11.080 Ha (4,5%).

| v

Pengantar Penerbit ... vii

Kata Pengantar ... ix

Prakata ... xi

BAB 1: PENDAHULUAN... 1

Abdul Rachman Patji BAB 2: ASPEK DEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN BAHASA KAFOA ... 23

Sudiyono BAB 3: BAHASA KAFOA: PENUTUR DAN SEJARAHNYA ... 55

Sudiyono BAB 4: SISTEM DAN STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT PENUTUR BAHASA KAFOA ... 83

Abdul Rachman Patji BAB 5: BAHASA DAN SISTEM RELIGI ORANG KAFOA ... 99

Sihol Farida BAB 6: ASPEK SOSIAL BUDAYA ORANG BERBAHASA KAFOA DI DUSUN A(LOLA) ...117

M. Alie Humaedi Biodata Penulis ...165

100 | Pedoman Penerbitan Buku

Keterangan:

1) Bila gambar lebih kecil daripada lebar teks isi, keterangan Gambar tetap diletakan sejajar dengan lebar gambar (lihat contoh).

2) Bila dua baris atau lebih maka baris kedua tetap sejajar dengan baris pertama dengan format Justify. Identitas gambar di Bold (Gambar 2.3)

Balai Media dan Reproduksi (LIPI Press) G amb ar 7. C o n toh L ayo u t ha la ma n isi. Hlm Ganjil(kiri)

judul buku, Hlm Ganjil (kanan)judul bab atau

judul bagian Keterangan Gambar menggunakan Font

Bila dua baris atau lebih maka baris kedua tetap sejajar dengan baris pertama dengan format Justify. Identitas gambar di Bold ( )

Calibri 10 pt / leading auto.

Dalam dokumen 2014 Pedoman Penerbitan Buku LIPI Press (Halaman 106-111)

Dokumen terkait