• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (lanjutan)

(a) Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi (lanjutan) Jika Grup menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik yang jumlahnya signifikan maupun tidak signifikan, maka aset keuangan tersebut akan dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan penurunan nilai kelompok aset keuangan tersebut dilakukan secara kolektif. Aset keuangan yang perhitungan penurunan nilainya dilakukan secara individual. Namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai, maka aset keuangan tersebut tetap dimasukan kedalam klasifikasi aset keuangan yang akan dievaluasi secara individual. Namun Grup membentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) berdasarkan probability of

default masing-masing segmen yang dihasilkan oleh evaluasi penurunan nilai kredit

secara kolektif.

Dalam melakukan evaluasi penurunan nilai kredit, Bank menetapkan portofolio kredit menjadi 3 kategori, sebagai berikut:

1. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan jika terjadi penurunan nilai akan berdampak cukup material bagi laporan keuangan konsolidasian, yaitu kredit dengan Gross Annual Sales (GAS) Corporate dan Commercial, serta kredit dengan GAS di luar Corporate dan Commercial dengan baki debet lebih besar dari Rp5.000;

2. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan, yaitu GAS Business,

Micro dan Consumer dengan baki debet lebih kecil atau sama dengan Rp5.000;

dan

3. Kredit yang direstrukturisasi.

Bank menetapkan kredit yang harus dievaluasi penurunan nilainya secara individual, jika memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:

1. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan memiliki bukti obyektif penurunan nilai; atau

2. Kredit yang direstrukturisasi yang secara individual memiliki nilai signifikan.

Bank menetapkan kredit yang harus dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif, jika memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:

1. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan namun tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai; atau

2. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan; atau

3. Kredit yang direstrukturisasi yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan. Perhitungan penurunan nilai secara individu

Jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang (tanpa memperhitungkan kerugian penurunan nilai dimasa datang yang belum terjadi) yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi melalui akun cadangan kerugian penurunan nilai dan beban kerugian diakui pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian. Jika pinjaman yang diberikan atau aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo memiliki suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak.

G. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (lanjutan)

(a) Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi (lanjutan) Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.

Bank menggunakan metode fair value of collateral sebagai arus kas masa datang apabila memenuhi salah satu kondisi berikut:

1. Kredit bersifat collateral dependent, yaitu jika pelunasan kredit hanya bersumber dari agunan; atau

2. Pengambilalihan agunan kemungkinan besar terjadi dan didukung dengan aspek legal pengikatan agunan.

Perhitungan penurunan nilai secara kolektif

Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif, aset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kredit seperti mempertimbangkan segmentasi kredit dan status tunggakan. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur atau rekanan untuk membayar seluruh liabilitas yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi.

Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi berdasarkan kerugian historis yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut di dalam Bank. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada pada periode historis namun sudah tidak ada lagi saat ini.

Grup menggunakan statistical model analysis method, yaitu roll rates analysis method

dan migration analysis method untuk penilaian penurunan nilai aset keuangan secara

kolektif dengan menggunakan data historis minimal 3 (tiga) tahun.

Pada migration analysis method, manajemen menentukan estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian untuk setiap portofolio yang diidentifikasi, yaitu 12 bulan, kecuali untuk segmen mikro dimana estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian adalah 9 bulan.

Ketika kredit yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapus buku dengan menjurnal balik cadangan kerugian penurunan nilai. Kredit tersebut dapat dihapus buku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan kredit yang diberikan dan efek-efek (di dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diberikan dan piutang) diklasifikasikan ke dalam “Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai”.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) c. Instrumen keuangan (lanjutan)

G. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (lanjutan)

(a) Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi (lanjutan) Jika pada tahun berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit debitur), maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian.

Penerimaan kemudian atas kredit yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada tahun sebelumnya dicatat sebagai pendapatan operasional lainnya.

Penyisihan kerugian aset produktif Entitas Anak berbasis syariah

1. Aset produktif terdiri dari giro dan penempatan pada Bank Indonesia dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS), Tagihan Reverse Repo SBSN BI, Term Deposit Valas Syariah BI, giro pada bank syariah lain, penempatan pada bank syariah lain, investasi pada efek-efek, piutang istishna, piutang ijarah, pinjaman qardh, pembiayaan musyarakah, pembiayaan mudharabah, aset yang diperoleh untuk

ijarah, dan komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit seperti bank

garansi dan letter of credit (L/C) yang tidak dapat dibatalkan dan standby letter of credit.

Penyisihan kerugian aset produktif dan aset non-produktif bank umum yang melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 16/POJK.03/2014 tertanggal 18 November 2014 serta POJK No. 12/POJK.03/2015 tertanggal 21 Agustus 2015.

Pedoman pembentukan penyisihan kerugian aset produktif berdasarkan POJK tersebut adalah sebagai berikut:

a) Cadangan umum, sekurang-kurangnya sebesar 1% dari aset produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan surat berharga yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah, serta bagian aset produktif yang dijamin dengan jaminan pemerintah dan agunan tunai berupa giro, tabungan, deposito, setoran jaminan, dan/atau emas yang diblokir dan disertai dengan surat kuasa pencairan.

b) Cadangan khusus, sekurang-kurangnya sebesar:

- 5% dari aset produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi agunan;

- 15% dari aset produktif yang digolongkan Kurang Lancar setelah dikurangi agunan;

- 50% dari aset produktif yang digolongkan Diragukan setelah dikurangi agunan;

- 100% dari aset produktif yang digolongkan Macet setelah dikurangi nilai agunan.

G. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (lanjutan)

c) Kewajiban untuk membentuk penyisihan kerugian aset produktif tidak berlaku bagi aset produktif untuk transaksi sewa dengan perpindahan hak milik berupa akad ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik. Bank wajib membentuk penyusutan/amortisasi terhadap aset ijarah muntahiyah bittamlik.

Khusus untuk kualitas efek-efek dan penempatan pada bank ditetapkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu lancar, kurang lancar, dan macet. Sedangkan untuk kualitas penyertaan modal kualitasnya ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.

2. Untuk Murabahah Entitas Anak Syariah mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, sebagai akibat dari suatu kejadian yang terjadi setelah pengakuan awal yang berdampak pada estimasi arus kas masa depan yang dapat diestimasi secara andal. Penurunan nilai dicatat pada akun penyisihan yang dibebankan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian tahun berjalan.

Untuk penurunan nilai kolektif, sebagaimana diperbolehkan dalam PSAK No. 102 (Revisi 2013), Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/26/DPbS tertanggal 10 Juli 2013 dan Surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No. S-129/PB.13/2014 tanggal 6 November 2014, untuk penerapan pertama kali Entitas Anak menerapkan ketentuan transisi penurunan nilai secara kolektif dengan menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Ketentuan transisi ini diterapkan paling lambat sampai dengan 31 Desember 2014.

Sejak tanggal 1 Januari 2015, cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang murabahah yang dinilai secara kolektif dihitung berdasarkan PSAK No. 55 “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”. Sesuai dengan ketentuan transisi, pembentukan (pembalikan) Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kolektif pada saat penerapan awal 1 Januari 2015 dibebankan/dikreditkan ke saldo laba pada tanggal 1 Januari 2015 (Catatan 64).

3. Pendapatan dan beban teratribusi diakui dengan suku bunga efektif awal yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dari aset tersebut.

(b) Aset keuangan yang tersedia untuk dijual

• Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, Grup mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Lihat Catatan 2c.(G).(a) untuk kriteria bukti obyektif adanya penurunan nilai.

• Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas nilai wajar dari investasi dalam instrumen utang dibawah biaya perolehannya merupakan bukti obyektif terjadinya penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut di atas untuk aset keuangan yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif, yang merupakan selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian, dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian.

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) c. Instrumen keuangan (lanjutan)

G. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (lanjutan)