Mula-mula orang menganggap bahwa cahaya itu terjadi dari arus korpuskul yang dipancarkan oleh sesuatu sumber cahaya, seperti matahari atau nyala lilin yang merambat keluar. Cahaya dapat menembus bahan yang bening dan memantul pada permukaan yang tidak bening.
Teori korpuskul mulai ditinggalkan dan beralih pada teori bahwa cahaya adalah suatu bentuk gerak gelombang yang dapat dipantulkan dan dibiaskan. Dengan dilandasi beberapa pengamatan, baik oleh Huygens, Fresnel maupun Maxwell, dengan teorinya yang sangat terkenal, bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Maxwell membuktikannya dengan sirkuit listrik yang berosilasi yang memancarkan gelombang elektromagnetik. Kecepatan gelombang ini dihitung berdasarkan ukuran kelistrikan dan kemagnetan (1873) sedangkan pengukuran yang dilakukan oleh Michelson dengan menggunakan alat interferometer dilakukan pada tahun 1878. Teori yang digunakan oleh Maxwell adalah berdasarkan ukuran kelistrikan dan kemagnetan dalam medium dielektrik yang bebas sumber.
Cahaya adalah gelombang elektromagnetik. Karena cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, maka cahaya dapat merampat di dalam ruang hampa udara. Kecepatan cahaya merambat dalam ruang hampa udara adalah 3 x 108 m/s. Apabila cahaya merambat dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam medium (zat perantara) yang sama, maka cahaya akan merambat lurus. Perambatan atau pancaran cahaya disebut juga dengan sinar. Setiap benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah cahaya bintang, cahaya lampu, dan cahaya lilin. Benda-benda yang tidak dapat memancarkan cahaya sendiri disebut benda gelap. Contoh benda gelap adalah planet, batu dan kayu.
Apabila seberkas cahaya mengenai benda gelap, maka akan terjadi 3 hal yaitu: 1. cahaya diserap
2. cahaya dipantulkan 3. cahaya diteruskan
Hukum Snellius tentang pemantulan cahaya mengatakan:
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. 2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r).
Gambar 4.1 Hukum pemantulan cahaya Pemantulan cahaya ada 2 macam yaitu:
1. Pemantulan cahaya teratur (reguler) yaitu pemantulan cahaya ke satu arah saja
Gambar 4.2 Pemantulan cahaya teratur
2. Pemantulan cahaya tidak teratur/baur/difuse yaitu pemantulan cahaya ke segala arah secara tidak beraturan.
Gambar 4.3 Pemantulan baur
Berdasarkan bentuk permukaannya, ada tiga jenis cermin yaitu: 1. cermin datar
2. cermin cekung 3. cermin cembung
Pemantulan pada cermin datar
Cermin yang kita gunakan sehari-hari untuk berhias adalah salah satu contoh cermin datar. Jika kita berdiri di depan cermin datar, maka dapat melihat bayangan diri kita di dalam cermin . bayangan kita sama besar, sama tinggi, dan sama jaraknya dengan jarak kita ke cermin. Perhatikan Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Sifat bayangan pada cermin datar Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai berikut: 1. bersifat semu (maya)
2. jarak benda ke cermin sama dengan jarak bayangan ke cermin 3. perbesaran bayangan sama dengan 1
4. sisi kiri benda menjadi sisi kanan bayangan, atau sebaliknya
Gambar 4.5 Pembentukan bayangan pada cermin datan
Jika dua buah cermin datar membentuk sudut
satu sama lain, maka jumlah bayanagan yang dibentuk adalah 3601
n
(4.1) n = banyak bayangan yang dibentuk (buah)
= sudut antara 2 cermin (o)Pemantulan cahaya pada cermin cekung
Cermin cekung adalah cermin yang permukaannya melengkung seperti bagian dalam permukaan bola.
Gambar 4.6 Jalannya sinar pada cermin cekung
P adalah titik pusat kelengkungan cermin. O adalah titik potong sumbu utama dengan cermin cekung. F adalah titik fokus cermin yang berada tepat ditengah-tengah antara titik p dan titik O. R adalah jari-jari kelengkungan cermin
F adalah jarak fokus cermin, yaitu jarak dari titik fokus F ke titik 0. Besar jarak fokus (f) adalah setengah dari jari-jari kelengkungan cermin (R).
R f 2 1 (4.2)
Cermin cekung memiliki sifat dapat mengumpulkan cahaya (konvergen). Dengan demikian, apabila terdapat seberkas cahaya sejajar mengenai permukaan cermin cekung, maka cahaya-cahaya pantulnya akan melintas pada satu titik yang sama.
Pada cermin cekung berlaku hukum pemantulan cahaya. Terdapat tiga sifat khusus pemantulan cahaya pada cermin cekung, yaitu:
1. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus (F) 2. Sinar datang melalui titik fokus (F) dipantulkan sejajar dengan sumbu utama 3. Sinar datang melalui titik fusat kelengkungan cermin (P) dipantulkan kembali
melalui titik pusat kelengkungan (P)
Gambar 4.7 Sinar-sinas istimewa pada cermin cekung
Hubungan antara jarak benda (s), jarak titik fokus (f), dan jarak bayangan ke cermin cekung (s’) adalah:
f s s 1 ' 1 1 atau R s s 2 ' 1 1 (4.3) R = 2 f Dimana:
S’ = adalah jarak bayangan ke cermin (bila bayangan terjadi di depan cermin, bayangan itu adalah sejati/nyata, SI dihitung positif, tetapi bila bayangan terjadi di belakang cermin, bayangan itu maya, SI dihitung negatif). F = merupakan jarak fokus ke cermin cekung (selalu positif)
R = merupakan jari-jari kelengkungan cermin (selalu positif) Hubungan antara besar benda dan besar bayangan.
M = h h' = S S ' (4.4) Dimana:
M = perbesaran benda (hasilnya selalu positif sehingga perbandingan hI dan ho harus diberi harga mutlak)
HI = merupakan tinggi bayangan Ho = merupakan tinggi benda
Pemantulan cahaya pada cermin cembung
pada cermin cembung, bagian yang memantulkan cahaya bagian luar dari permukaan lengkung.
Gambar 4.8 Pemantulan cahaya pada cermin cembung
P adalah titik pusat kelengkungan cermin. O adalah titik potong sumbun utama dengan cermin cembung. F adalah titik fokus cermin, sedangkan f adalah jarak fokus cermin.
Cermin cembung memiliki sifat dapat menyebarkan cahaya (divergen) . Dengan demikian, apabila terdapat seberkas cahaya sejajar mengenai permukaan cermin cembung, maka cahaya tersebut akan dipantulkan menyebar.
Pemantulan cahaya oleh cermin cembung mengikuti hukum pemantulan. Pemantulan cahaya pada cermin cembung juga memiliki tiga sifat khusus yaitu sebagai berikut:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama, dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus cermin (F)
2. Sinar datang menuju titik fokus cermin (F) dipantulkan sejajar sumbu utama 3. Sinar datang menuju titik pusat kelengkungan cermin (P) dipantulkan
Catatan : Untuk cermin cembung, titik fokus (f) dan jari-jari (R) bernilai negatif (-)
Gambar 4.9 Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung
Pembiasan Cahaya
Tujuan suatu bangunan dipasangi kaca adalah agar ruangan tidak gelap. Cahaya matahari dapat masuk ke dalam ruangan sehingga ruangan menjadi terang. Ternyata, selain dapat diserap dan dipantulkan, cahaya juga dapat diteruskan. Contoh benda gelap yang tembus cahaya adalah kaca dan air. Kecepatan cahaya di ruang hampa hampir sama dengan kecepatan cahaya pada medium udara, yaitu 3 x 108 m/s. Kecepatan cahaya di udara dan medium-medium lain berbeda-beda karena perbedaan kerapatan partikel zat yang menyusunnya. Contohnya kaca lebih rapat daripada air. Karena perbedaan kerapatan, maka cahaya mengalami pembelokan arah dan perubahan kecepatan. Perubahan arah atau pembelokan rambatan cahaya ini disebut dengan pembiasan cahaya (refraksi). Salah satu contoh terjadinya pembiasan cahaya terlihat pada Gambar 4,10 dibawah ini.
Gambar 4.10 Contoh pembiasan cahaya
Contoh-contoh pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1) Saat sebuah tongkat lurus kita masukkan setengahnya ke dalam air kolam maka kita melihat seolah-olah tongkat itu tampak patah (tidak lurus) 2) Saat kita menangkap ikan dalam akuarium, posisi ikan tersebut tidak
berada pada posisi tepat kita melihatnya
3) Saat kita melihat kolam yang berair jenih dan tenang, maka kolam tersebut kelihatannya dangkal tetapi sebenarnya dalam
Perbandingan kecepatan cahaya diruang hampa udara dengan kecepatan cahaya dalam suatu medium disebut indeks bias medium (n) dan dirumuskan sebagai berikut. n c c n (4.5) dimana:
c = kecepatan cahaya diruang hampa udara 3 x 108 m/s cn = kecepatan cahaya dalam medium
n = indeks bias medium
Hubungan antara sinar datang dan sinar bias di kenal dengan hukum Snellius untuk pembiasan, yaitu:
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletek pada satu bidang datar. 2. Perbandingan proyeksi sinar datang dan sinar bias pada bidang batas antara
dua medium merupakan bilangan tetap. Bilangan tetap itu didefenisikan sebagai indeks bias.
Berdasarkan hukum Snellius, indeks bias medium dapat diketahui dari perbandingan proyeksi sinar datang dengan proyeksi sinar bias pada bidang batas kedua medium, seperti pada Gambar 3.36. Titik potong sinar datang dan sinar bias pada bidang batas medium dijadikan sebagai titik pusat lingkaran (0). Apabila titik potong sisi lingkaran sinar datang (D) dan sinar bias (B) diproyeksikan ke bidang batas, maka D'O merupakan proyeksi sinar datang (DO) dan B'O merupakan proyeksi sinar bias (BO).
Dengan demikian, indeks bias mediumnya dirumuskan sebagai berikut.
O B O D n ' '
Gambar 4.11 hukum Snellius pada pembiasan
Nilai indeks bias medium menunjukkan kerapatan medium. Makin besar indeks bias medium, maka semakin besar pula kerapatan medium. Sebaliknya, makin kecil indeks bias medium, maka semakin kecil pula kerapatan medium. Untuk lebih memahami arah sinar bias ketika melewati bidang bidang batas antara dua medium, maka kita memakai sifat-sifat sinar bias, yaitu sebagai berikut.
1. Sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium lebih rapat akan dibiaskan mendekati garis normal. Dengan demikian, sudut bias (r) akan lebih kecil dari pada sudut datang ( i )
Gambar 4.12 Sinar bias mendekati garis normal
2. Sinar bias tegak lurus bidang batas maka tidak mengalami perubahan arah (tidak dibiaskan tetapi hanya diteruskan)
Gambar 4.13 Sinar bias tegak lurus bidang batas
3. Sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal. Dengan demikian sudut bias (
r
) akan lebih besar dari pada sudut datang ((i)
Gambar 4.14 Sinar bias dari medium rapat ke kurang rapat Pembiasan cahaya dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat
menghasilkan sifat sudut sinar bias (r)lebih besar dari sudut sinar datang (i). Apabila besar sudut datang semakin diperbesar, maka sudut bias semakin besar pula atau sinar bias semakin mendekati bidang batas seperti ditunjukkan pada Gambar.
Gambar 4.15 Sudut batas dan pemantulan sempurna
Sudut datang pada saat terbentuk sudut bias (r)sebesar 900 atau sinar bias sejajar bidang batas disebut sebagai sudut batas (). Jika sudut datang lebih besar dari sudut batas, maka akan terjadi pemantulan sempurna. Contoh peristiwa terjadinya pemantulan sempurna dalam kehidupan sehari-hari adalah fatamorgana, kemilau berlian, dan serat optik.
Benda gelap tembus cahaya yang hampir meneruskan seluruh cahaya yang mengenainya dikenal dengan istilah benda optik, diantaranya kaca planparalel, prisma, dan lensa.
Kaca Planparalel
Kaca planparalel merupakan kaca tebal yang permukaannya rata. Sinar datang yang melalui kaca planparalel akan mengalami dua kali pembiasan.
Gambar 4.16 Arah sinar dan sudut-sudut yang terbentuk pada kaca planparalel. Pembiasan pertama saat sinar datang menuju kaca planparalel dan pembiasan kedua saat sinar meninggalkan kaca planparalel.
Sinar datang dari udara menuju kaca dibiaskan mendekati garis normal dalam kaca. Selanjutnya, sinar yang merambat dalam kaca menuju udara dibiaskan menjauhi garis-garis normal. Arah sinar datang yang menuju kaca planparalel dan arah sinar keluar dari dalam kaca planparalel adalah sejajar. Dengan demikian, berdasarkan Gambar dapat disimpulkan bahwa:
'
r
i dan r i'
r r i d t cos ) sin( (4.6) Dimana:
i = sudut sinar datang ( dari udara ke kaca planparalel)
r
= sudut sinar bias ( dari udara ke kaca planparalel) 'i = sudut sinar datang (dari kaca planparalel ke udara) '
r = sudut sinar bias (dari kaca planparalel ke udara)
d = tebal kaca planparalel
Prisma
Prisma merupakan medium yang dibatasi dua bidang permukaan yang saling membentuk sudut. Sudut yang dibentuk sudut pembias prisma. Sinar yang datang menuju prisma dan sinar yang keluar dari prisma tidak sejajar,artinya terjadi penyimpangan atau deviasi. Besar sudut penyimpangan disebut sudut deviasi. Jalannya sinar pada prisma dapat dilihat pada Gambar 4.17 dibawah ini.
Gambar 4.17 Jalannya sinar pada prisma
Besarnya sudut deviasi ( ) pada prisma dapat dirumuskan sebagai berikut
(ir') (4.7)
dimana:
i = sudut sinar datang
'
r = sudut sinar bias
= sudut sinar pembias
Jika sudut sinat bias (r ) memotong prisma menjadi segitiga sama kaki, maka' nilai sudut deviasi menjadi minimum, sehingga disebut sudut deviasi minimum. Pada deviasi minimum sudut datang sama dengan sudut bias (i r'), maka besar sudut deviasi minimum adalah
minimum 2i atau
'
minimum 2r (4.8)
Lensa
Lensa ialah suatu benda bening yang dibatasi dua buah permukaan lengkung atau sebuah permukaan lengkung dan sebuah permukaan datar.
Ada dua macam lensa yaitu:
a. Lensa cembung atau lensa konveks atau lensa positif adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dari pada bagian pinggirnya. Lensa cembung bersifat mengumpulkan sinar atau konvergen.
b. Lensa cekung atau lensa konkaf atau lensa negatif adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian pinggirnya. Lensa cekung bersifat menyebarkan sinar atau divergen.
Lensa Cembung
Ada tiga macam lensa cembung, yaitu: 1. lensa cembung-cembung (bikonveks) 2. lensa cembung datar (plankonveks)
3. lensa cembung cekung (konkav-konveks
Gambar 4.18 Macam-macam lensa cembung
Untuk melukis bayangan pada lensa cembung dapat digunakan dua buah sinar dari tiga sinar istimewa seperti berikut.
1. Sinar jatuh sejajar dengan sumbu utama dibiaskan melalui titik api utama F2 2. Sinar jatuh melalui titik api utama F1 dibiaskan sejajar dengan sumbu utama 3. Sinar jatuh melalui pusat optik lensa tidak dibiaskan, melainkan diteruskan
Gambar 4.19 (a) Jalannya sinar istimewa pada lensa cembung Melukis bayangan pada lensa cembung
Hubungan antara jarak benda, jarak titik api utama, dan jarak bayangan kelensa : o s 1 + i s 1 = f 1 atau o s 1 + i s 1 = R 2 (4.9) Dimana:
so = jarak benda ke lensa (selalu positif)
sI = jarak bayanan ke lensa ( negatif untuk bayangan maya, positif untuk bayangan nyata)
F = jarak titik api utama
R = merupakan jari-jari lingkaran yang terbentuk oleh bidang lengkung lensa ( negatif untuk lensa cekung, positif untuk lensa cembung).
Perbandingan besar bayangan dan besar benda disebut perbesaran lensa (M) yang dirumuskan: M = o i h h = o i s s (4.10)
Sedangkan rumus kekuatan lensa adalah: f p 1 (4.11) dimana: hi = tinggi bayangan ho = tinggi benda Lensa Cekung
Ada 3 buah lensa cekung, yaitu: 1. lensa cekung-cekung (bikonkav) 2. lensa cekung datar (plan konkav)
3. lensa cekung cembung (konveks- konkav)
Gambar 4.20 Macam-macam lensa cekung
Jalannya sinar istimewa pada lensa cekung adalah sebagai berikut:
1. sinar jatuh sejajar dengan sumbu utama lensa dibiaskan seolah-olah dari titik fokus lensa
2. sinar jatuh melalui pusat optik di teruskan,tidak dibiaskan
3. sinar jatuh yang menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.
Gambar 4.21 Jalannya sinar istimewa pada lensa cembung Melukis bayangan pada lensa cekung
Gambar 4.22 Melukis bayangan pada lensa cekung
Hubungan antara jarak benda, jarak titik api utama, dan jarak bayangan kelensa: o s 1 + i s 1 = f 1 atau o s 1 + i s 1 = R 2 (4.12) dimana:
So = jarak benda ke lensa (selalu positif)
SI = jarak bayanan ke lensa (negatif untuk bayangan maya, positif untuk bayangan nyata)
F = jarak titik api utama (negatif untuk lensa cekung, positif untuk lensa cembung)
R = jari-jari lingkaran yang terbentuk oleh bidang lengkung lensa (negatif untuk lensa cekung, positif untuk lensa cembung)
Hubungan antara besar benda dan besar bayangan. M = h hi = o i s s (4.13) Kekuatan lensa
Kekuatan lensa atau daya lensa adalah kebalikan jarak fokus lensa itu.
Pada lensa cembung, makin kecil jarak titik api lensa, makin kuat lensa itu memusatkan sinar. Pada lensa cekung, makin kecil jarak titik api lensa makin
besar daya lensa itu memusatkan sinar. Satuan kekuatan lensa menurut SI adalah dioptri. Satu dioptri adalah besar kekuatan lensa yang mempunyai jarak fokus 1 meter. Rumus kekuatan lensa adalah sebagai berikut.
f p 1
(4.14)
RANGKUMAN
Cahaya adalah suatu bentuk gerak gelombang yang dapat dipantulkan dan dibiaskan. Dengasn dilandasi beberapa pengamatan, baik oleh Huygens, Fresnel maupun Maxwell, dengan teorinya yang sangat terkenal, bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Apabila seberkas cahaya mengenai benda gelap, maka akan terjadi 3 hal yaitu cahaya diserap, cahaya dipantulkan, dan cahaya diteruskan. Hukum pemantulan cahaya yaitu sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r). sifat-sifat cahaya yaitu dapat dipantulkan contohnya pada cermin (cermin datar, cekung dan cembung). Hubungan antara jarak benda (so), jarak bayangan (
s
) dan titik fokus cermin adalah f s so 1 1
1 , sedangkan
pembesaran cermin adalah
o o h
h s s
M . Cahaya dapat dibiaskan, contohnya
lensa (lensa cembung dan lensa cekung), kaca planparalel, dan prisma. Hubungan antara jarak benda, jarak titik api utama, dan jarak bayangan kelensa:
o s 1 + i s 1 = 1f atau o s 1 + i s 1 = R 2
Prisma merupakan medium yang dibatasi dua bidang permukaan yang saling membentuk sudut. Sudut yang dibentuk sudut pembias prisma. Sinar yang datang menuju prisma dan sinar yang keluar dari prisma tidak sejajar, artinya terjadi penyimpangan atau deviasi. Besar sudut penyimpangan disebut sudut deviasi Besarnya Sudut Diviasi ( ) pada prisma dapat dirumuskan sedbagai berikut (ir')
Pada deviasi minimum sudut datang sama dengan sudut bias (i r'), maka besar sudut deviasi minimum adalah
minimum 2i atau '
minimum 2r Pergeseran sinar datang pada kaca planparalel adalah
r r i d t cos ) sin( Soal Pemantapan
1. Sebuah benda diletakkan pada jarak 10 cm di depan cermin cekung yang berjari-jari 30 cm. Perbesaran bayangan oleh cermin cembung tersebut adalah ....
a. 3 kali . b. 4 kali. c. 5 kali d. 6 kali
2. Cahaya mempunyai kecepatan di dalam ruang vakum sebesar 3×108m/s, indek bis air adalah 4/3, kecepatan cahaya dalam air adalah ... m/s
3. Sebuah benda diletakkan 30 cm di depan cermin cekung yang berjari-jari 20 cm. jarak dan sifat bayangan adalah ….
a. 15 cm, nyata, terbalik dan diperkecil a. 15 cm, maya, terbalik dan diperkecil b. 15 cm, nyata, tegak dan diperkecil c. 15 cm, nyata, tegak dan diperbesar
4. Sebuah benda diletakkan 30 cm di depan cermin cekung yang berjari-jari 15 cm. jarak dan sifat bayangan adalah ….
a. 10 cm, nyata, terbalik dan diperkecil d. 10 cm, maya, terbalik dan diperkecil e. 10 cm, maya, tegak dan diperkecil f. 10 cm, nyata, tegak dan diperbesar
5. Sebuah lensa cembung memiliki jarak fokus 20 cm. Apabila sebuah benda diletakkan 30 cm di depan lensa, maka jarak dan pembesaran bayangannya adalah ….
a. 50 cm dan 2 kali. b. 50 cm dan 1 kali c. 60 cm dan 2 kali d. 60 cm dan 1 kali
6. Sebuah lensa cekung memiliki jarak fokus 40 cm. Apabila sebuah benda diletakkan 60 cm di depan lensa, maka jarak dan pembesaran bayangannya adalah ….
a. -24 cm dan 0,4 kali. b. 24 cm dan 2 kali c. -24 cm dan 2,5 kali d. 24 cm dan 1 kali
7. Indek bias suatu prisma adalah 1,4, sudut pembias prisma 21o, jika sinar datang pada sisi prisma adalah 30o, maka sudut deviasi sinar tersebut pada prisma adalah ...
a. 10o. b. 20o c. 30o d. 40o
8. Sebuah lensa cekung memiliki kekuatan lensa sebesar 24 dioptri, jarak fokus lensa cekung tersebut adalah…..
a. 4 cm. b. 5 cm. c. 6 cm. 6. 7 cm.
9. Sebuah cermin cekung jarak fokusnya 10 cm, jika perbesan bayangannya 4 kali, maka jarak benda terhadap cermin adalah ….
Kegiatan Belajar 2
PRAKTIK
Tujuan Kegiatan : -Menyelidiki sifat-sifat cahaya pada cermin cekung dan cembung
-Menyelidiki hubungan antara sinar datang dan sinar bias pada pembiasan dari udara ke kaca atau dari kaca ke udara
Alat/bahan yang digunakan : Kit optik Kegiatan 1
Gambar 3.47 Mengamati sifat-sifat pemantulan cahaya pada cermin cekung Keterangan
1. Susunlah alat-alat seperti pada Gambar 3.47, berurutan sumber cahaya, cermin, diafragma, meja optik
2. Buatlah sebuah garis ditengah-tengah kertas HVS, lalu letakkan kertas itu di atas meja optik
3. Adakanlah pengaturan seperlunya pada sumber cahaya dan catu daya seperti pada percobaan sebelumnya. Lalu nyalakanlah sumber cahaya. Aturlah jarak cermin terhadap sumber cahaya agar didapat sinar yang sejajar dan jelas pada meja optik (kertas)
Langkah-langkah percobaan
1. Dengan menggeser meja optik atau kertas, aturlah agar berkas sinar datang yang tengah berimpit dengan garis NO pada kertas
2. Hadapkan cermin kombinasi bagian cekungnya ke sumber cahaya. Atur cermin agar sinar pantul yang ditengah berimpit dengan NO
3. Gambarlah garis permukaan cermin dan tandailah semua jejak sinar datang dan sinar pantul (jangan dulu digaris ). matikan catu daya
4. Angkatlah cermin, garislah dengan mistar jejak-jejak sinar datang dan sinar pantul
5. Berilah tanda panah pada sinar datang dan sinar pantul
6. Gantilah diafragma 5 celah dengan diafragma 1 celah. Hidupkan catu daya, arahkan sinar 1 celah pada sinar pantul dalam Gambar yang telah dibuat pada langkah 4. Kemanakah sinar pantul cermin cekung.
7. Ulangi percobaan dengan langkah 1 sampai dengan 5, tempelkan hasilnya pada lembar pengamatan.
Hasil pengamatan
Tempelkan kertas hasil percobaan dibawah ini. Kesimpulan
1. Pada cermin cekung, sinar-sinar pantul dipantulkan terpusat pada titik……….
2. Pada cermin cekung:
a. Sinar datang yang sejajar sumbu utama dipantulkan kearah titik …. b. Sinar datang yang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar
dengan ....
Kemungkinan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan 2
Lakukan kegiatan yang sama tetapi ganti cermin cekung dengan cermin cembung Persiapan percobaan
Gambar 3.48 Mengamati sifat-sifat pemantulan cahaya pada cermin cembung Keterangan
1. Susunlah alat-alat seperti pada Gambar 3.48, berurutan sumber cahaya, cermin, diafragma, meja optik.
2. Buatlah sebuah garis ditengah-tengah kertas HVS, lalu letakkan kertas itu di atas meja optik.
3. Adakanlah pengaturan seperlunya pada sumber cahaya dan catu daya seperti pada percobaan sebelumnya. Lalu nyalakanlah sumber cahaya. Aturllah jarak cermin terhadap sumber cahaya agar didapat sinar yang sejajar dan jelas pada meja optik(kertas).
Langkah-langkah percobaan
1. Dengan menggeser meja optik atau kertas, aturlah agar berkas sinar datang yang tengah berimpit dengan garis NO pada kertas
2. Hadapkan cermin kombinasi
bagian cembungnya ke sumber cahaya. Atur cermin agar sinar pantul yang ditengah berimpit dengan NO
3. Gambarlah garis permukaan
cermin dan tandailah semua jejak sinar datang dan sinar pantul (jangan dulu digaris ).matikan catu daya
4. Angkatlah cermin, garislah
dengan mistar jejak-jejak sinar datang dan sinar pantul
5. Berilah tanda panah pada sinar
datang dan sinar pantul
6. Gantilah diafragma 5 celah
dengan diafragma 1 celah. Hidupkan catu daya, arahkan sinar 1 celah pada sinar pantul dalam Gambar yang telah dibuat pada langkah 4. Kemanakah sinar pantul cermin cekung