• Tidak ada hasil yang ditemukan

Candidiasis a. Definisi

Dalam dokumen Presentasi Kasus vaginitis (Halaman 27-36)

b. Epidemiologi c. Faktor Resiko d. Etiologi e. Patofisiologi f. Penatalaksanaan 3. Trikomoniasis a. Definisi

Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan parasit uniselluler Trichomonas vaginalis (T.vaginalis). Penyakit ini mempunyai hubungan dengan peningkatan serokonversi virus HIV pada wanita. T.vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah, baik pada wanita maupun laki-laki. Parasit ini dapat ditemukan pada vagina, urethra, kantong kemih atau saluran parauretral (Van der Pol, 2007).

Prevalensi trikomoniasis di seluuh dunia setiap tahunnya berkisar antara 170 juta hingga 180 juta. Menurut WHO, insidemsi trikomoniasis di seluruh dunia mencapai 170 juta setiap tahunnya (WHO, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan pada populasi beresiko tinggi di Inggris menunjukan prevalensi trikomoniasis di klinik penyakit menular seksual berisar antara 15%-54% (Sobel, 2005).

Trikomoniasis sering ditemukan pada usia remaja dan dewasa yang aktif secara seksual. Pada remaja perempuan, trikomoniasis lebih sering ditemukan dibandingkan dengan gonore (Hupert, 2009). Menurut National Longitudinal Study of Adolescent Health Study prevalensi trikomoniasis pada usia 18-24 tahun adalah 2,3%, usia 25 tahun keatas adalah 4% (Danesh, 1995).

Trikomoniasis simptomatik lebih sering terjadi pada wanita diabandingkan pria. Namun, wanita juga dapat menjadi pembawa trikomoniasis asimptomatik. Menurut penelitian NHANES 2001-2004 yang dilakukan pada perempuan usia 14-49 tahun menemukan bahwa 85% wanita yang mengalami trikomoniasis melaporkan tidak memimiliki gejala (Sutton et al., 2007).

Transmisi vertikal saat persalinan mungkin terjadi dan dapat bertahan hingga 1 tahun. Sebanyak 2-17% anak yang dilahirkan dari perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mengalami infeksi serupa (Danesh, 1995).

c. Faktor Resiko

Faktor resiko trikomoniasis meliputi:

1) Wanita beresiko lebih tinggi dibandingkan pria 2) Berganti-ganti pasangan

3) Riwayat dan atau sedang mengalami penyakit menular seksual 4) Tidak menggunakan barier kontrasepsi

d. Etiologi

Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang merupakan satu-satunya spesies Trichomonas yang bersifat

patogen pada manusia dan dapat dijumpai pada traktus urogenital (Djajakusumah, 2009). T. vaginalis merupakan flagelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang (Djuanda, 2009).

Gambar 6. Tropozoit Trichomonas vaginalis

e. Patofisiologi

T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. T. vaginalis ditemukan pada lumen dan mukosa traktur urinarius, flagellanya menyebabkan tropozoit berpindah ke vagina dan jaringan uretra. T. vaginalis akan lebih lekat pada mukosa epitel vagina atau urethra dan menyebabkan lesi superficial dan sering menginfeksi epital skuamous. Parasit ini akan menyebabkan degenerasi dan deskuamasi epitel vagina. T. vaginalis merusakkan sel epitel dengan kontak langsung dan produksi bahan sitotoksik. Parasit ini juga akan berkombinasi dengan protein plasma hostnya maka ia akan terlepas dari reaksi lytik pathway complemen dan proteinase host (Parija, 2004).

T. vaginalis adalah organisme anaerobik maka energi diproduksi melalui fermentasi gula dalam strukturnya yang dikenal sebagai hydrogenosome. T. vaginalis memperoleh makanan melalui osmosis dan fagositosis. Perkembangbiakannya adalah

melalui pembelahan diri (binary fision) dan intinya membelah secara mitosis yang dilakukan dalam 8 hingga 12 jam pada kondisi yang optimum. Trichomanas ini cepat mati pada suhu 50°C dan jika pada 0°C dapat bertahan sampai 5 hari. Masa inkubasi 4 – 28 hari serta pertumbuhannya baik pada pH 4,9 – 7,5. Parasit ini bersifat obligat maka sukar untuk hidup di luar kondisi yang optimalnya dan perlu jaringan vagina, urethra atau prostat untuk berkembangbiak (Parija, 2004).

Trikomoniasis mempunyai beberapa faktor virulensi yaitu: 1) Cairan protein dan protease yang membantu trofozoi adhere

pada sel epital traktus genitourinaria

2) Asam laktat dan asetat di mana akan menurunkan pH vagina lebih rendah dan sekresi vagina dengan pH rendah adalah sitotoksik terhadap sel epital

3) Enzim cysteine proteases yang menyebabkan aktivitas haemolitik parasit

f. Penegakan Diagnosis 1) Anamnesis

Pada wanita yang simptomatik sering ditemukan gejala sebagai berikut (Adriyani, 2006):

a) Discharge vagina berwarna kuning kehijauan berbuih, berbau busuk berjumlah banyak

b) Gatal-gatal atau rasa panas pada vagina

c) Rasa sakit dan perdarahan sewaktu berhubungan seksual d) Jika terjadi urethritis maka gejala yang timbul adalah disuria

dan frekuensi berkemih meningkat e) Sakit perut bagian bawah

2) Pemeriksaan Fisik (Swygard et al., 2004).

Pada pemeriksaan dengan menggunakan speculum ditemukan: a) Colpitis macularis atau strawberry cervix, yaitu merupakan

lesi berupa bintik makula eritematosa yang difus pada serviks. Namun, lesi ini hanya terlihat pada 1-2% kasus tanpa menggunakan kolposkopi. Dengan menggunakan kolposkopi lesi ini terdeteksi sampai dengan 45% kasus. b) Discharge purulen berwarna kuning kehijauan berbuih,

berbau busuk berjumlah banyak. Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%.

Gambar 8. Colpitis macularis

3) Pemeriksaan Penunjang a) pH vagina

Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi vagina pada kertas pH. pH vagina normal secara praktis menunjukkan diagnosis trikomoniasis negatif. pH lebih dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis bacterial.

b) Tes Whiff

Tes ini berguna untuk menyingkirkan kemungkinan vaginosis bakterial.

c) Sediaan Basah (Wet mount)

Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikrokoskop terhadap secret vagina yang diusapkan pada objek glass dapat mengidentifikasi protozoa yang berbentuk seperti tetesan air, berflagela, dan bergerak. Pemeriksaan ini juga dapat menemukan clue cells (tanda adanya penyakit vaginosis bacterial). Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-60%. Sedangkan spesifisitas dapat mencapai 100% jika sediaan garam basah segera dilihat di bawah mikroskop. d) Pap smear

e) Pemeriksaan lain

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trikomoniasis yaitu pemeriksaan biakan (kultur) secret vagina, direct immunofluorescence assay, dan Polymerase chain reaction (PCR)

Terapi definitif untuk trikomoniasis adalah dengan menggunakan nitroimidazole (metronidazole, tinidazole, ornidazole, carnidazole, dan nimorazol). Pada penelitian metaanalisis dengan menggunakan nitroimidazole (mayoritas menggunakan metronidazole atau tinidazole) untuk terapi trikomoniasis jangka pendek atau panjang, tingkat kesembuhan secara parasitologis mencapai 90% kasus (Swygard et al., 2004)

Gambar 9. Algoritma terapi nitroimidazole untuk trikomoniasis

F. Komplikasi

1. Ketuban pecah dini 2. Korioamniositis

3. Postpartum endometritis 4. Pelvic inflamatory disease 5. Cervical intraepitelial neoplasia

G. Prognosis

Prognosis vaginitis oleh bakterial vaginosis baik, dilaporkan mengalami perbaikan spontan setelah pengobatan menggunakan metronidazol dan clindamycin. Angka kesembuhan spontan mencapai 84-96%.

BAB V KESIMPULAN

1. Vaginitis adalah peradangan pada mukosa vagina yang dapat disebabkan oleh mekanisme infeksi maupun noninfeksi, ditandai dengan pengeluaran cairan abnormal yang sering disertai rasa ketidaknyamanan pada vulvovagina.

2. Faktor resiko terjadinya vaginitis diantaranya adalah ras, promiskuitas, stabilitas marital, penggunaan kontrasepsi IUD, dan riwayat kehamilan 3. Etiologi vaginitis adalah infeksi (bakterial vaginosis, Candida albicans,

Trichomonas vaginalis) dan noninfeksi (vaginitis alergika).

4. Terapi bakterial vaginosis meliputi: terapi menggunakan metronidazol dan clindamycin baik oral maupun topikal ; candidiasis meliputi: ; trichomonas meliputi:

5. Prognosis vaginitis baik, dilaporkan mengalami perbaikan spontan setelah diberikan terapi medikamentosa.

Dalam dokumen Presentasi Kasus vaginitis (Halaman 27-36)

Dokumen terkait