• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capaian Kinerja Badan Pelayanan Perijinan dan Terpadu

Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah. Dengan

B. Capaian Kinerja Badan Pelayanan Perijinan dan Terpadu

Kinerja pelayanan BP2T Kota Tangerang Selatan maka capaian target kinerja program RPJMD Tahun 2011-2015, antara lain sebagai berikut:

Tabel 2.14 Evaluasi Capaian RPJMD BP2T Tahun 2011 – 2015

Di bidang pelayanan, realisasi pendaftaran dan penerbitan ijin tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.15 Realisasi pendaftaran dan penerbitan ijin tahun 2015

No. Jenis Izin Jumlah

Pemohon Izin

Jumlah SK Terbit

1. Ijin Gangguan (HO) 450 343

2. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) 3157 3626

3. Upaya Pemantauan Lingkungan / Upaya

Kelola Lingkungan (UPL / UKL)

0 0

4. Ijin Operasional Perusahaan Penyediaan Jasa

Pekerja/Buruh

0 0

5. Ijin Lokasi 21 22

6. Ijin Usaha Perdagangan (IUP) 858 2856

II-60

8. Ijin Penyelenggaraan Parkir 0 0

9. Ijin Penyelenggaraan kursus dan kelembagaan 44 41

10. Tanda Daftar Gudang (TDG) 10 9

11. Ijin Usaha Waralaba 0 0

12. Ijin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) 2460 2929

13. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 910 2832

14. Ijin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional

(IUP2T)

0 0

15. Ijin Usaha Pusat Pembelanjaan (IUPP) 3 2

16. Site Plan 2486 2339

17. Ijin Reklame 2648 1280

18. Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) 218 198

19. Ijin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 226 205

20. Ijin Usaha Toko Modern (IUTM) 23 15

21. Ijin Layak Huni / Sertifikat Laik Fungsi 0 0

22. Ijin Usaha Industri (IUI) 12 11

Di bidang pengawasan dan pengendalian, dilakukan upaya penertiban perijinan bidang pelayanan perijinan pembangunan dan bidang pelayanan perijinan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendukung terciptanya penyelenggaraan perijinan reklame sesuai prinsip-prinsip yang diamanatkan dalam Peraturan Walikota Tangerang Selatan No. 32 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Reklame, dimana mengatur estetika dan tata letak reklame. Adapun pengawasan serta tindakan pengendalian yang telah dilakukan pada Reklame/Billboard yang tidak berijin sebanyak 178 tindakan pada 7 kecamatan dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.16 Rekapitulasi stikerisasi reklame/ billboard tidak berijin Tahun 2014

No. Kecamatan Jumlah

1 Serpong 35 2 Serpong Utara 31 3 Setu 19 4 Pamulang 32 5 Ciputat 12 6 Ciputat Timur 3 7 Pd. Aren 46 TOTAL 178

Di samping itu, Dalam kurun waktu Januari sampai tanggal 31 Desember 2014 tercatat sebanyak 179 Pemohon (Rekapitulasi Surat Perintah Penghentian Pelaksanaan Pembangunan (SP4B).

II-61

Tabel 2.17 Realisasi pendapatan retribusi tahun 2011-2015

Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1). Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 14,404,867,342 43,396,639,532 53.924.052.426 62.121.906.050 65.109.232.104 2). Retribusi Izin Gangguan (HO) 3,049,585,898 7,018,314,317 9.638.085.400 7.508.507.670 8.701.142.832

Tabel 2.18 Target Pendapatan Dan Realisasi Retribusi Tahun 2011-2015

NO.

TAHUN

MURNI PERUBAHAN

REALISASI SISA ANGGARAN/ PELAMPAUAN ANGGARAN ANGGARAN PENDAPATAN Rp Rp Rp % Rp 1 2011 26,000,000,000 15,000,000,000 17,454,453,240 116.36 (2,454,453,240) 2 2012 21,700,000,000 27,700,000,000 50,640,482,558 182.82 (22,940,482,558) 3 2013 35,000,000,000 55,000,000,000 63.562.137.826 115.57 (13.285.967.026) 4 2014 42,500,000,000 67,500,000,000 69.630.413.720 103.16 (2.130.413.720) 5 2015 45,000,000,000 72.500.000.000 73.810.374.936 101.81 (1.310.374.936)

II-62

2.4. TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN PELAYANAN

2.4.1. Tantangan yang Dihadapi

Adapun Tantangan yang dihadapi oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatansebagai lembaga / instansi pelaksana teknis di bidang penanaman modal daerah yang baru terbentuk dalam proyeksi 5 (lima) tahun kedepan,adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat Kota Tangerang Selatan yang belum memiliki pengetahuan, gambaran, maupun wawasan yang cukup terkait keberadaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berwenang mengelola kegiatan penanaman modal, pengembangan investasi dan pelayanan seluruh perizinan usaha yang ada di daerah ini ;

b. Sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan yang masih belum memadai, menjadikan ruang gerak yang terbatas bagi aparatur pemerintah di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan usaha untuk mengoptimalkan kualitas dan kuantitas pelayanannya kepada masyarakat khususnya bagi para palaku usaha yang berinvestasi di Kota Tangerang Selatan;

c. Belum efektif dan efisiennya kegiatan promosi dan kerjasama yang dilakukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan sebagai upaya menarik minat calon investor baik tingkat lokal, domestik, maupun mancanegara guna meningkatkan penanaman modal di Kota Tangerang Selatan; d. Masih belum tersedianya Sistem Information Technology (IT Based) yang up to

date, akurat dan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan informasi bagi calon investor dalam kaitannya dengan penanaman modal di daerah mengingat penggunaan IT (IT based) dalam pelayanan perizinan dapat mendukung percepatan waktu, transparansi dan kemudahan akses bagi masyarakat pengguna layanan;

e. Sinkronisasi dan harmonisasi arah dan kebijakan penanaman modal dan pelayanan perizinan dan kelembagaan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan yang hingga saat ini belum tersedia dan masih terjadi tumpang tindih, akibat dari banyaknya jenis peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh berbagai Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

II-63 Pemerintah Daerah harus berani mengambil peran, bersinergi dan berkolaborasi untuk mensinkronkan kebijakan penyelenggaraan pelayanan perizinan dari hulu hingga hilir.

f. Belum tersedianya dasar hukum dalam bentuk peraturan daerah Kota Tangerang Selatan yang mengatur tentang arah dan kebijakan penanaman modal di daerah ini, sehingga aparatur pemerintah daerah di lingkungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan tidak memiliki regulasi teknis yang dapat menguatkan dalam pelaksanaan tugasnya sesuai Undang-Undang yang berlaku di bidang penanaman modal daerah. Keberadaan dasar hukum menjadi aspek yang sangat krusial karena memberikan kepastian terhadap kewenangan yang dimiliki, kemudahan berkoordinasi dengan SKPD teknis, dukungan sumber daya, serta kapasitas organisasi dalam memberikan pelayanan investasi dan perizinan di daerah;

g. Pelimpahan seluruh kewenangan di bidang perizinan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan juga masih menjadi masalah klasik yang belum selesai. Tarik menarik antara SKPD teknis dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan masih kental mewarnai birokrasi pelayanan perizinan secara umum. Oleh karena itu akselerasi optimal pelayanan perizinan melalui berbagai terobosan belum memberikan hasil yang signifikan.

h. Business Process PTSP yang belum optimal di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan. Business Process yang tepat bagi PTSP, yaitu harus memiliki core business yang jelas, yaitu fungsi pemberian perizinan, penolakan perizinan, legalisasi dan duplikasi perizinan, pengawasan perizinan, pencabutan perizinan, pengaduan perizinan serta pengkajian dan monev perizinan dalam rangka penyerderhanaan birokrasi.

i. Tuntutan masyarakat khususnya investor akan pelayanan perijinan terpadu yang mudah,cepat dan pasti semakin meningkat serta jaminan ketersediaan informasi yang akurat dan kekinian menyangkut peluang investasi dan kerjasama di Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut sangat diperlukan oleh Kota Tangerang Selatan untuk menarik investasi dalam rangka mendorong pertumbuhan Perekonomian Kota Tangerang Selatan.

II-64 j. Kualitas Sumber Daya Aparatur (SDA) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan perlu terus ditingkatkan agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal, mengikuti semakin tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan perijinan yang mudah, cepat dan pasti.

k. Pengintegrasian layanan, yaitu integrasi dengan layanan yang terkait langsung maupun yang tidak langsung terkait. Dalam konteks ini setiap layanan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan harus berada pada satu kawasan dengan pusat konsultansi perizinan investasi, pusat informasi peluang investasi, pusat informasi RTRW, pusat informasi pemasaran, pusat informasi ketenagaker-jaan, pusat informasi perpajakan atau bisa disebut kawasan pelayanan investasi terpadu (KPIT).

l. Dampak dari krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia, akan secara langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia khususnya di Kota Tangerang Selatan.

2.4.2. Peluang Yang Dimiliki

Dalam rangka mengakselerasi perekonomian Kota Tangerang Selatan di bidang penanaman modal dan pelayanan perijinan, selain melihat pada kekuatan yang ada, aparatur pemerintah daerah di lingkungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan juga wajib mengetahui celah atau peluang yang ada sehingga mampu membuat perencanaan strategi yang inovatif dan dapat bersaing dengan daerah lain dalam pemberian layanan perijinan yang mudah, cepat dan pasti serta menarik banyak minat para investor yang ingin menanamkan modalnya di Kota Tangerang Selatan. Adapun peluang yang mampu dimanfaatkan tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1) Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang sangat strategis yang mendukung kepada peningkatan perekonomian masyarakat sehingga dapat mempercepat pembangunan di daerah ini secara signifikan.

2) Tersedianya dasar hukum yang kuat dari Pemerintah Pusat yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan akses penanaman modal dan aspek perijinan usaha yang ada di daerah dengan seluas-luasnya.

3) Tersedianya anggaran yang memadai dari sumber-sumber pendapatan yang sah yaitu APBN, APBD Provinsi Banten, dan APBD Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

II-65 4) Tersedianya jaringan infrastruktur daerah sehingga masih memungkinkan untuk lebih dikembangkan guna meningkatkan gairah usaha para investor di Kota Tangerang Selatan.

5) Tersedianya sumber daya daerah yang meliputi masyarakat, alam, maupun berbagai potensi usaha masyarakat yang masih belum dikembangkan secara optimal.

6) Banyaknya lahan yang belum dimanfaatkan masyarakat sehingga dapat menjadikan modal daerah untuk menarik minat para investor yang ingin mengembangkan usahanya di Kota Tangerang Selatan.

7) Bergulirnya era pasar bebas yang telah dicanangkan Pemerintah Pusat sehingga memberikan ruang yang lebih luas bagi pengembangan investasi daerah khususnya Kota Tangerang Selatan.

8) Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang semakin pesat membuka peluang bagi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tangerang Selatan untuk lebih mengakselerasi, berinovasi dan mengembangkan pelayanan perijinan terpadu agar lebih efisien dan efektif bagi masyarakat dalam mengurus perijinandengan lebih mudah dan lebih cepat.

III-1

BAB III

Dokumen terkait