• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Dalam dokumen BIRO KEUANGAN DAN BMN (Halaman 24-33)

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Capaian kinerja organisasi merupakan pernyataan kinerja sasaran strategis suatu organisasi yang dilihat dari hasil pengukuran kinerja organisasi tersebut. Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan target melalui indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang dilakukan oleh Biro Keuangan dan BMN dalam kurun waktu Januari – Desember 2017.

Tahun 2017 merupakan tahun ketiga pelaksanaan dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019. Adapun pengukuran kinerja yang dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi target pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator (serta membandingkan capaian tahun sebelumnya (2016)). Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi capaian masing-masing indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di tahun berikutnya agar setiap program yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Selain untuk mendapat informasi mengenai masing-masing indikator, pengukuran kinerja ini juga dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Biro Keuangan dan BMN khususnya di tahun 2017 sehingga dapat menjadi bahan evaluasi, dan menetapkan strategi perencanaan untuk mencapai target yang diharapkan nantinya pada akhir tahun Renstra di 2019.

Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra dan Penetapan Kinerja.

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

15

Pencapaian kinerja Biro Keuangan dan BMN pada tahun 2017 dapat digambarkan pada tabel dibawah ini:

Sasaran Indikator Kinerja Target

2017 Realisasi 2017 % Capaian Meningkatnya kualitas pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Negara Kementerian Kesehatan secara efektif, efisien dan dilaporkan sesuai ketentuan

a. Persentase Satker yang

menyampaikan Laporan Keuangan tepat waktu dan berkualitas sesuai

dengan Standar Akuntansi

Pemerintah (SAP) untuk

mempertahankan WTP

100% 100% 100%

b. Persentase nilai aset tetap yang telah

mendapatkan Penetapan Status

Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan

70% 85% 121%

c. Persentase Pengadaan Barang/Jasa

(e-procurement) sesuai ketentuan 90% 98% 109%

Tabel 6. Target dan Realisasi IKK Biro Keuangan dan BMN Tahun 2017

Uraian kinerja dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Indikator Pertama

Indikator Kinerja Kegiatan “Presentase Satker yang menyampaikan Laporan Keuangan tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) untuk mempertahankan WTP” memiliki definisi operasional yaitu “Persentase Jumlah Satker Kantor Pusat, Kantor Daerah, dan Dekonsentrasi yang melaporkan (ADK & Laporan Keuangan) semester dan Tahunan tepat waktu secara berjenjang sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) serta ketentuan Peraturan Keuangan Negara yang dibuktikan dengan melakukan rekonsiliasi secara berkala”.

Adapun formulasi pengukuran pada Indikator Pertama Biro Keuangan dan BMN yaitu :

Jumlah satker Kantor Pusat, KantorDaerah dan Dekonsentrasi yang menyampaikan Laporan Keuangan

Jumlah seluruh satker Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Dekonsentrasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

16

Gambar 2. Penghargaan kepada Kementerian Kesehatan terkait Pencapaian Standar Tertingggi dari Kementerian Keuangan atas Laporan Keuangan TA 2016

Dari Indikator Pertama pada tahun 2017 telah mencapai target yang ditetapkan, yaitu dari sejumlah 418 Satker seluruhnya menyampaikan laporan keuangan tepat waktu dan berkualitas. Dengan rincian 48 satker Kantor Pusat, 166 satker Kantor Daerah dan 204 Dekonsentrasi.

Tahun 2016 Tahun 2017

Total Satker 418 Satker 418 Satker

Target IKK 100% 100%

Persentase Capaian IKK 100% 100%

Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertama

Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) ini setiap tahunnya selalu mampu mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra. Baik pada tahun 2016 maupun tahun 2017, realisasi capaian target adalah sebesar 100%. Artinya pada kedua tahun anggaran tersebut, sebanyak 418 satker selalu menyampaiakan laporan keuangannya secara tepat waktu. Bila dipantau sepanjang tahun anggaran, rekon laporan keuangan tidak selalu tepat waktu, sehingga dalam triwulan II dan III capaian rekon belum 100%. Hal ini disebabkan karena updating aplikasi terlalu sering dan lambatnya proses feedback dari Kemenkeu. Namun

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

17

dalam akhir tahun seluruh satker dapat rekon dengan optimal dengan menyelesaikan laporan keuangan sesuai standar.

a. Hal-hal yang Mempengaruhi Pencapaian Target

1) Pelaksanaan proses likuidasi aset di lingkungan Kementerian Kesehatan dengan mengoptimalkan dasar hukum yaitu Surat Edaran Sekretariat Jenderal Nomor HK.03.03/II/345/2016 tanggal 18 Februari 2016 tentang Pelaksanaan Likuidasi di lingkungan Kementerian Kesehatan

2) Sosialisasi kebijakan-kebijakan terkait tata laksana keuangan, perbendaharaan dan penyusunan laporan keuangan baik BLU maupun Non BLU yang berkesinambungan

3) Adanya aplikasi e rekon sehingga dapat mengidentifikasi ketidaksesuaian lebih dini.

4) Koordinasi dengan unit organisasi yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM bidang pengelolaan keuangan dan anggaran

5) Memberikan reward kepada satker untuk kategori satker dengan pengelolaan anggaran terbaik di lingkungan Kementerian Kesehatan

Gambar 4. Penyerahan Penghargaan Kepada Satker dengan Pengelolaan Anggaran Terbaik

b. Permasalahan

Walaupun target kinerja Indikator Pertama tercapai namun masih ada permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1) Kurangnya kualitas SDM dalam bidang akuntansi

2) Sistem aplikasi yang sering berubah dan perubahan sangat dekat waktunya dengan jadwal rekon.

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

18

4) Kesalahan Penggunaan akun dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran c. Upaya/Usul Pemecahan Masalah

1) Peningkatan kemampuan SDM melalui pelatihan/penyuluhan kepada petugas penyusun laporan keungan

2) Meningkatkan koordinasi dengan KPPN dan DAPK Kementerian Keuangan 3) Mengoptimalkan peranan APIP dalam melakukan review mulai dari

perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan d. Rencana Tindak Lanjut

1) Memaksimalkan ketersediaan anggaran pada DIPA Biro Keuangan dan BMN untuk kegiatan peningkatan kemampuan penyusun Laporan Keuangan

2) Pelaksanaan review RKAKL dan LK mulai dari level satker sampai dengan Kementerian pada setiap periode pelaporan keuangan

3) Penyusunan dan sosialisasi Pedoman Akuntansi dan Penyusunan Laporan Keuangan

4) Rapat koordinasi dengan APIP, DAPK Kementerian Keuangan setiap triwulan

2. Indikator Kedua

Indikator Kinerja Kegiatan “Presentase nilai aset tetap yang telah mendapatkan Penetapan Status Penggunaan (PSP) sesuai ketentuan” memiliki definisi operasional yaitu “Presentase Nilai aset tetap yang berproses mendapatkan Penetapan Status Penggunaan (PSP) yang mencakup satker Kantor Pusat, Kantor Daerah dan Dekonsentrasi”.

Adapun formulasi pengukuran pada Indikator Pertama Biro Keuangan dan BMN yaitu :

Nilai aset tetap yang telah diproses mendapatkan PSP

Nilai aset tetap Laporan Keuangan audited

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

19

Capaian kinerja Indikator ini tahun 2017 melampaui target yang ditetapkan, dari total nilai aset yang harus ditetapkan status penggunaannya yaitu Rp39.727.025.395.104,-, presentase nilai aset tetap yang telah mendapatkan penetapan status penggunaan sesuai ketentuan adalah sebesar Rp 33.633.495.966.468,- (85%), melampaui target di tahun 2017 sebesar Rp27.808.917.776.573,- (70%). 30% 50% 70% 80% 100% 54% 66% 85% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019

TARGET RENSTRA CAPAIAN

Grafik 1. Target dan Realisasi Indikator Kedua

Terjadi peningkatan sebesar 21% untuk capaian pada indikator kedua, jika pada tahun 2016 sebesar 54% maka pada tahun 2017 berhasil ditingkatkan menjadi sebesar 85% . Peningkatan terlihat dari naiknya jumlah aset yang ditetapkan status penggunaannya yaitu sebesar Rp7.597.740.266.572,-. Dalam waktu 3 (tiga) tahun pengekuran indikator kedua ini selalu melebihi target yang telah ditetapkan, namun gap selisih persentase capaian semakin mengecil. Hal ini dikarenakan aset yang sudah selesai di PSP kan memang sudah sesuai dengan rencana dan prediksi Biro Keuangan dan BMN sedangkan aset tersisa yang harus diselesaikan dalam proses PSP memiliki kendala yang lebih kompleks dan memerlukan effort yang lebih dalam penyelesaiannya.

Gambar 5. Penghargaan kepada Kementerian Kesehatan terkait Peningkatan Tata Kelola BMN Berkelanjutan

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

20

a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target kinerja

1) Sosialisasi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/558/2016 tentang Pelimpahan sebagian wewenang Menteri Kesehatan selaku Pengguna Barang dalam Pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan

2) Sosialisasi Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor HK.03.03/II/2037/2016 tanggal 13 September 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik Negara di lingkungan Kementerian Kesehatan

3) Sosialisasi Surat Edaran Sekretaris Jenderal Nomor HK.03.03/III/2016 tanggal 28 September 2016 tentang Rencana Kebutuhan BMN di lingkungan Kementerian Kesehatan

4) Sosialisasi kepada satker di lingkungan Kementerian Kesehatan dalam percepatan proses revaluasi aset BMN

5) Komitmen pimpinan dalam pengelolaan BMN termasuk dalam hal ini usul dan proses PSP

6) Koordinasi yang intensif dan optimal dengan Unit Utama dan Kementerian Keuangan

b. Permasalahan

Walaupun capaian kinerja Indikator Kedua melampaui target, masih ada permasalahan yang terjadi, yaitu:

1) Pendelegasian wewenang yang memungkinkan Satker melakukan Penetapan Status Penggunaan di KPKNL Setempat.

2) Petugas SIMAK BMN baru dan belum berpengalaman sehingga terhambat dan atau salah kewenangan pengajuan usulan PSP

3) Data dukung yang tidak lengkap

4) Anggaran untuk monitoring terhadap Satker yang capaian PSP nya rendah sangat terbatas sehingga tidak semua Satker terpapar regulasi-regulasi baru mengenai PSP

c. Upaya/Usul Pemecahan Masalah

1) Akan melakukan koordinasi instensif dengan satker terutama yang capaian PSP nya masih rendah dibawah 50% dan petugas simak yang masih baru

2) Pendampingan satker yang capaian nya masih rendah d. Rencana Tindak Lanjut

1) Melakukan pertemuan tingkat satker dan sosialisasi regulasi-regulasi serta kebijakan menyangkut proses usulan PSP

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

21

2) Melakukan pendampingan kepada satker yang tingkat capaian realisasi PSP nya

masih rendah

3) Membuat aplikasi yang berisi template PSP sehingga memudahkan Petugas SIMAK untuk mengusulkan PSP serta mengurangi tingkat kesalahan usulan PSP

3. Indikator Ketiga

Indikator Kinerja Kegiatan “Presentase Pengadaan Barang/Jasa (e-procurement) sesuai ketentuan” memiliki definisi operasional yaitu “Persentase Jumlah satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah yang proses pengadaannya menggunakan SPSE”.

Adapun formulasi pengukuran pada Indikator Pertama Biro Keuangan dan BMN yaitu :

Capaian kinerja Indikator Ketiga tahun 2017 melampaui target yang ditetapkan, dari 214 Satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah ditargetkan 193 Satker (80%) melakukan pengadaan melalui e-procurement, hasilnya sebanyak 210 Satker (98%) sudah melakukan pengadaan melalui e-procurement.

Dengan demikian pencapaian kinerja melebihi target. Dasar penetapan target dan realisasi ini adalah perhitungan jumlah Satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah yang melaksanakan pengadaan dengan menggunakan e-procurement.

65% 80% 90% 100% 100% 73% 91% 98% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019

TARGET RENSTRA CAPAIAN

Grafik 2. Target dan Realisasi Indikator Ketiga

Jumlah Satker Kantor Pusat dan Satker Kantor Daerah yang menggunakan SPSE

Jumlah seluruh Satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

22

Terjadi peningkatan sebesar 7% untuk capaian pada indikator ketiga tahun 2017 (98%) jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 (91%). Peningkatan terlihat dari naiknya jumlah satker yang menggunakan LPSE Kementerian Kesehatan dalam melakukan pengadaan barang/jasa yaitu sebanyak 15 satker.

a. Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target kinerja

Tercapainya target kinerja Indikator Ketiga tidak lepas dari terobosan yang dilakukan oleh Biro Keuangan dan BMN yaitu sebagai berikut:

1) Pelatihan dan sertifikasi PBJ yang secara simultan dilaksanakan setiap tahunnya untuk meningkatkan kualitas SDM pelaksana PBJ;

2) Dilaksanakannya workshop monitoring dan evaluasi pengadaan barang dan jasa; 3) Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pra DIPA 2017

4) Pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui e katalog

5) Sosialisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui mekanisme lelang cepat kepada satker di lingkungan Kementerian Kesehatan

Melalui kegiatan pengadaan menggunakan LPSE Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan 1.964 paket dengan pagu selesai sebesar Rp4.647.070.222.774,- dengan hasil lelang sebesar Rp4.040.553.645.850,- dan mampu menghemat keuangan negara sebesar Rp606.516.576.924,- dari nilai pagu selesai yang dilelangkan di LPSE Kementerian Kesehatan. Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 2016. Pada tahun 2016 pengadaan menggunakan LPSE Kementerian Kesehatan telah menyelesaikan 10.056 paket dengan pagu selesai sebesar Rp7.381.249.364.062,- dengan hasil lelang sebesar Rp6.731.139.280.750,- dan mampu menghemat keuangan negara sebesar Rp650.110.083.312,-. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2017 terdapat pengadaan melalui e Purchasing dengan paket selesai sebanyak 20.862 paket dan nilai hasil lelang sebesar Rp6.437.425.775.494,-.

Hasil yang melebihi target tersebut seharusnya dapat lebih maksimal dengan inovasi-inovasi dari para pengelola PBJ seperti pelaksanaan Kontrak Payung dan optimalisasi pengadaan melalui e catalogue.

b. Permasalahan :

1) Pembaharuan aplikasi RUP oleh LKPP yang menghambat pengisian RUP oleh satker pada Triwulan I tahun 2017

2) Adanya kebijakan efisiensi anggaran berdampak pada terjadinya lelang ulang dan tidak terlaksana

3) Terlambatnya pelaksanaan PBJ yang disebabkan oleh terlambatnya penyiapan dokumen PBJ dan kualitas dokumen PBJ

Laporan Akuntabilitas Kinerja 2017

Biro Keuangan dan BMN Kementerian Kesehatan

23

4) Perencanaan dan pelaksanaan PBJ Pra DIPA masih belum optimal

5) Pembahasan e catalogue bidang kesehatan di LKPP memakan waktu yang cukup lama dikarenakan LKPP memerlukan bantuan teknis dari kementerian terkait. c. Usul Pemecahan Masalah

1) Berkoordinasi dengan LKPP terkait kebijakan updating aplikasi agar tidak menghambat proses pelaksanaan PBJ.

2) Optimalisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pra DIPA tahun 2018. 3) Peningkatan kualitas SDM terkait pemahaman dan penyusunan dokumen PBJ 4) Membuat rancangan pembuatan aplikasi PBJ dengan melibatkan tenaga IT di

lingkungan Biro Keuangan dan BMN dan Narasumber dari LKPP.

5) Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ di lingkungan Kemenkes untuk mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.

6) Penyusunan e catalogue sectoral di delegasikan ke Kementerian terkait (Kemnterian Kesehatan) sehingga tidak perlu menunggu dari LKPP

7) Melakukan advokasi kepada pimpinan untuk mendorong pengelola PBJ melakukan inovasi dalam proses PBJ seperti kontrak payung, pengadaan melalui e catalogue dan/atau e purchasing

d. Rencana Tindak Lanjut

1) Koordinasi dan bersurat kepada LKPP untuk mengurangi updating aplikasi SIRUP di awal tahun anggaran

2) Membuat surat edaran dan koordinasi mengenai pengadaan barang/jasa melalui proses lelang Pra DIPA kepada seluruh satuan kerja dan Unit Organisasi di lingkungan Kemenkes

3) Membuat atau mengembangkan aplikasi PBJ untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PBJ

4) Melaksanakan Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ (KPA, PPK, PP dan Pokja ULP) di lingkungan Kemenkes untuk mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.

Dalam dokumen BIRO KEUANGAN DAN BMN (Halaman 24-33)

Dokumen terkait