• Tidak ada hasil yang ditemukan

Capaian Rencana Strategis Kemenlu 2015-2019

1. PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum

1.1.1 Capaian Rencana Strategis Kemenlu 2015-2019

Diplomasi Politik Luar Negeri

Sesuai amanat UUD 1945, Indonesia diharapkan berkontribusi pada upaya menjaga perdamaian dunia dan meningkatkan peran kepemimpinan Indonesia di dunia internasional dalam konteks keanggotaan di Organisasi Internasional. Keterpilihan Indonesia merepresentasikan kepercayaan dunia internasional terhadap peran dan kontribusi Indonesia di berbagai isu internasional yang penting. Kementerian Luar Negeri secara konsisten melakukan upaya penggalangan dukungan guna memastikan keterpilihan Indonesia baik dalam konteks pencalonan negara maupun individu melalui pemanfaatan kampanye konvensional dengan didukung oleh intensifikasi sosialisasi melalui sosial media dan platform media digital lainnya.

Keberhasilan pencalonan Indonesia di tingkat negara maupun individu di berbagai Organisasi Internasional yang utama selama RPJMN 2015-2019 adalah terpilihnya Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. Dalam hal ini, sejalan dengan prioritas sebagai Anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB Periode 2019-2020, Indonesia telah berperan aktif dalam berbagai pembahasan isu-isu keamanan dan perdamaian internasional yang masuk dalam agenda pembahasan DK PBB.

Sumber: Website Kementerian Luar Negeri

4

Indonesia menjabat sebagai Presiden DK PBB pada bulan Mei 2019 dengan mengambil tema besar “Menabur Benih Perdamaian” (“Investing in Peace”) dan memberikan dukungan Indonesia bagi Palestina. Selama masa Presidensinya, Indonesia telah memimpin lebih dari 40 pertemuan DK PBB, menyelenggarakan sejumlah pertemuan side event dalam format

Arria Formula dan menghasilkan 11 outcome documents, yaitu: 4 resolusi, 1 Presidential Statement, 3 Press Statement dan 3 Press Element.

Selama keanggotaan tidak tetapnya di DK PBB, Indonesia menjadi Ketua 3 (tiga) Komite Sanksi di DK PBB mengenai terorisme dan non proliferasi serta co-penholdership untuk isu Afghanistan dan Palestina. Sepanjang 2019, Indonesia berperan aktif dalam proses penyusunan dan adopsi 45 Resolusi DK PBB, 13 Presidential Statement DK PBB, serta 61

Press Statement DK PBB. Selain itu, Pemerintah Indonesia juga telah menyelenggarakan 5

(lima) program peningkatan kapasitas untuk sesama negara berkembang, termasuk Palestina, Nigeria, Suriname dan ASEAN dalam kerangka Sustaining Peace.

Guna perbaikan metode kerja DK PBB, Indonesia telah memprakarsai penyelenggaraan

Sofa Talk Meeting dan Regional Wrap-up Session yang didasarkan pada nilai-nilai

musyawarah untuk mufakat. Di samping itu, untuk pertama kalinya, Indonesia menyelenggarakan pertemuan UN Security Council Members’ Retreat “Wrap Up of The Year: Lessons Learned and Way Forward”, di Bali pada 26-27 November 2019.

Terkait isu Palestina, Indonesia senantiasa berjuang agar DK PBB terus memberikan perhatian terhadap isu Palestina. Bersama negara-negara anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia memprakarsai Press Statement mengenai pemukiman ilegal Israel di Palestina. Di samping itu, Indonesia juga memprakarsai Press Statement mengenai penutupan

Temporary Presence in Hebron (TPIH).

Dukungan Indonesia terhadap Palestina juga diwujudkan melalui bantuan kemanusiaan sebesar USD 1 juta dari Pemerintah RI untuk program bantuan pangan dan layanan kesehatan bagi pengungsi Palestina melalui United Nations Relief and Works Agency for

Palestine Refugees In the Near East (UNRWA). Indonesia juga telah meningkatkan

kontribusi rutin/tahunan kepada UNRWA menjadi USD 200.000 setiap tahunnya (sejak Juni 2018) serta memberikan berbagai bantuan pembangunan kapasitas kepada Palestina. Dalam rangka mengukuhkan peran nyata Indonesia dalam pemeliharaan keamanan internasional, Indonesia menargetkan menjadi 10 negara kontributor terbesar untuk misi pemeliharaan perdamaian (MPP) PBB. Aspirasi ini merupakan pengejawantahan amanah Konstitusi UUD 1945 untuk turut menjaga perdamaian dunia. Pada bulan November 2018, Indonesia mengukuhkan posisinya sebagai salah satu dari 10 negara kontributor terbesar untuk misi pemeliharaan perdamaian (MPP) PBB (peringkat 7 dari 124 Negara-negara), dengan jumlah kontribusi 3.545 personel, termasuk 94 personel perempuan.

5

Dukungan Pemerintah RI terhadap partisipasi Indonesia di MPP PBB dilakukan pada tingkat tertinggi, dimana Presiden RI Joko Widodo telah memimpin langsung upacara pelepasan kontingen Rapid Deployment Battalion (RDB) ke MONUSCO. Penggelaran RDB membawa kontribusi Indonesia ke angka 3.545 personel. Capaian tersebut merupakan jumlah kontribusi tertinggi Indonesia untuk MPP PBB sejak target Visi 4000 pertama kali dicetuskan oleh Presiden RI di tahun 2012.

Selain itu, Indonesia, bersama dengan Australia, menggagas pembentukan Bali Process pada tahun 2002 guna memperkuat upaya kawasan dalam menanggulangi persoalan penyelundupan manusia dan perdagangan orang serta kejahatan lintas negara terkait lainnya. Saat ini Bali Process diikuti oleh 49 peserta (43 negara, dua yurisdiksi, dan empat organisasi internasional). Pada penyelenggaraan Bali Process Ministerial Conference ke-7 tahun 2018 telah dihasilkan sebuah dokumen rekomendasi yang disebut AAA

Recommendation. Dokumen AAA Recommendation memuat hal-hal yang dapat dilakukan

pemerintah dan sektor swasta dalam menganggulangi isu perdagangan manusia termasuk terselenggaranya transparansi dalam proses perekrutan pekerja dalam rantai pasokan barang dan jasa.

Di isu penanggulangan terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme (ekstremisme berbasis kekerasan), peningkatan peran Indonesia di sepanjang 2014-2019 juga semakin ditujukan dengan berbagai inisiatif dan kepemimpinan Indonesia di isu penanggulangan terorisme. Dalam kerangka DK PBB, dalam keanggotaan Indonesia di DK PBB, Indonesia juga mengetuai Komite Sanksi 1267 yang mengawasi pemberian sanksi mereka yang terafiliasi dengan ISIS dan Al-Qaeda, dan turut serta mendorong langkah bersama penanganan pendanaan terorisme melalui berbagai Resolusi DK terkait, maupun upaya menjadi anggota penuh Financial Action Task Force (FATF). Di luar kerangka PBB, Indonesia juga aktif dalam Global Counter Terrorism Forum (GCTF), serta aktif sebagai ketua bersama (co-chairs) di GCTF Working Group on Counter Violence Extremism (WG CVE) bersama Australia.

Di samping itu, Indonesia juga berperan aktif dalam pemajuan dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), serta pembahasan dan penanganan isu-isu kemanusiaan. Berbagai kegiatan diplomasi di bidang HAM dan diplomasi kemanusiaan Indonesia memiliki tujuan 2 (dua) arah yang saling memperkuat, yaitu (i) memperkuat kepemimpinan Indonesia dan ikut serta mewujudkan nilai-nilai HAM dan kemanusiaan yang disepakati pada tingkat regional dan global, serta (ii) memperkuat upaya nasional di bidang-bidang tersebut melalui kerja sama internasional.

Hal ini diwujudkan melalui pelaksanaan berbagai kegiatan seperti kampanye Indonesia untuk menjadi anggota Dewan HAM periode 2020-2022; peran pemajuan HAM di ASEAN dan OKI; kontribusi konstruktif pada Persidangan Dewan HAM PBB (pada Sesi Maret, Juni, dan September); dan partisipasi Indonesia dalam pertemuan High Level Week Commission on

6 the Status of Women/CSW ke-63 di New York pada bulan Maret 2019. Dalam partisipasi aktif

Kemenlu di sidang-sidang PBB termasuk side-events terkait isu perempuan (a.l. CSW) kerap melibatkan dukungan dan partisipasi pemangku kepentingan seperti KPPA, Komnas Perempuan, KOWANI, IWAPI, Gojek, Peace Village/Kampung Damai dan Dharma Wanita Persatuan.

Capaian lainnya adalah kontribusi Pemri pada Global Platform for Disaster Risk Reduction di Jenewa, 13-19 Mei 2019; penyelenggaraan Regional Conference on Humanitarian

Assistance di Jakarta pada 8 Agustus 2019 yang melibatkan 42 negara dikawasan,

organisasi internasional dan berbagai LSM Kemanusiaan a.l. Baznas, MDMC, PMI, ACT, CWSI, DIDRN, Dompet Dhuafa, Dompet Peduli; upaya pemenangan pemilihan Indonesia sebagai anggota Dewan HAM di New York tanggal 17 Oktober 2019; Partisipasi pada Persidangan SMU PBB ke-74 khususnya pada Agenda-Agenda Komite 3; penyelenggaraan

Regional Seminar of the Convention against Torture Initiative (CTI) di Bali, 26-28 November

2019 yang diselenggarakan Indonesia sebagai salah satu Core State CTI bekerja sama dengan Sekretariat CTI di Jenewa dan menghadirkan perwakilan negara mitra dan pemangku kepentingan seperti Association for the Prevention of Torture dan Human Rights

Working Group; ICRC-IFRC Conference di Jenewa, Desember 2019; partisipasi Indonesia

dalam Global Refugee Forum pada tanggal 16-18 Desember 2019 di Jenewa.

Telah juga dilaksanakan dialog HAM Bilateral dengan Negara-Negara Mitra antara lain Iran, Russia, Norwegia dan Uni Eropa selama 2019. Indonesia juga telah melakukan penjajagan untuk kerja sama serupa dengan Jepang, Jordania, Turki, RRT, dan sejumlah negara sahabat lainnya. Pada saat yang sama menginisiasi untuk menghidupkan kembali dialog serupa dengan Swedia.

Di sisi lain, perhatian Pemerintah Indonesia terhadap penanganan isu pengungsi dan pencari suaka dari luar negeri juga telah mengalami peningkatan dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Hal ini utamanya didorong oleh semakin meningkatnya jumlah pengungsi dan pencari suaka yang masuk ke Indonesia dan adanya krisis pengungsi global yang berdampak bagi banyak negara. Meskipun Indonesia bukan merupakan negara pihak dari Konvensi 1951 dan Protokol 1967 terkait pengungsi, namun dalam penanganan pengungsi, Indonesia senantiasa mengedepankan prinsip-prinsip kemanusiaan dan norma-norma hukum internasional yang berlaku. Hal ini diwujudkan melalui penandatangan MoU on Data

Sharing antara Pemerintah Indonesia dan UNHCR pada 15 Agustus 2019, serta terus

menggiatkan koordinasi penanganan pengungsi melalui Satgas Penanganan Pengungsi Luar Negeri di bawah mandat Perpres 125/2016. Untuk memperkuat kerja sama internasional penanganan pengungsi ini, juga tengah dijajaki penyusunan MoU serupa dengan IOM-Jakarta. Meningkatnya perhatian publik pada isu pengungsi di Indonesia terjadi manakala sekitar 1500 pengungsi luar negeri melakukan unjuk rasa di depan kantor UNHCR Jakarta pada Juli-Agustus 2019. Kementerian Luar Negeri telah melaksanakan fungsi

7

sebagai motor dan koordinator dalam penanganan isu tersebut, bekerja sama dengan K/L terkait, LSM dan pihak swasta.

Pada isu pelindungan pekerja migran, Indonesia menggagas pembentukan norma internasional khususnya untuk membentuk kerangka pelindungan pekerja yang aman, teregulasi, dan teratur (tata kelola migrasi). Indonesia menjadi salah satu pemimpin dalam pembentukan norma migrasi internasional dalam Inter-Governmental Conference to Adopt

Global Compact on Migration (IGC-GCM) di Marrakesh, Maroko, Desember 2018.

Penguatan diplomasi Indonesia dalam ekonomi dan pembangunan nasional juga merupakan program prioritas Kementerian Luar Negeri. Pemerintah Indonesia telah berupaya membuka akses pasar vaksin dan obat-obatan Indonesia ke pasar non-tradisional khususnya negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Hal ini untuk mendukung kemandirian negara dan membantu produsen nasional dalam mengenal kondisi pasar vaksin dan obat-obatan di pasar non-tradisional khususnya negara anggota OKI. Upaya tersebut tertuang dalam Dokumen Deklarasi Jakarta dan Rencana Aksi 2019-2021 mengenai Kemandirian Vaksin dan Obat-Obatan pada pertemuan pertama Kepala Regulator Obat-Obatan Nasional negara OKI bulan November 2018.

Pemerintah Indonesia juga menguatkan kerja sama di bidang ekonomi kreatif, ekonomi digital, pariwisata, pemeliharaan perdamaian, anti-terorisme, dan dialog lintas agama melalui kepemimpinan Indonesia pada Forum Mexico-Indonesia-Korea-Turkey-Australia (MIKTA). Forum ini telah menyelenggarakan 3 (tiga) pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri untuk menjawab berbagai persoalan global antara lain: ketegangan di semenanjung Korea; terorisme dan radikalisme; perang dagang; serta peran teknologi dan inovasi untuk pertumbuhan global.

Untuk isu ketahanan pangan, perbaikan nutrisi dan peningkatan kesejahteraan petani, Pemerintah Indonesia telah memprakarsai pengesahan Joint Communique on Implementing

the UN Decade of Family Farming (2019-2028) by Strengthening Food Security, Nutrition, and Farmers’ Welfare. Indonesia menjadi negara pertama yang menginisiasi Conference on Strengthening Southeast Asia’s Food Security, Nutrition, and Farmers’ Welfare through UN Decade of Family Farming, 4-5 April 2019 di Jakarta, yang mengesahkan Joint Communique

tersebut. Melalui Konferensi dan Joint Communique dimaksud tampak komitmen dan kepemimpinan Indonesia dalam mengarusutamakan Pertanian Keluarga (family farming) untuk mendorong pencapaian ketahanan pangan, nutrisi dan peningkatan kesejahteraan petani.

Selanjutnya, Pemerintah Indonesia juga berupaya untuk melestarikan sektor kelautan, optimalisasi potensi kelautan secara berkelanjutan, meningkatkan awareness terhadap pentingnya pelestarian laut, dan seluruh kelompok masyarakat dalam pelestarian laut. Guna mengimplementasikan visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, Pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan pertemuan Our Ocean Conference, Bali, Indonesia, 28-29 Oktober

8

2018. Indonesia telah menyampaikan 32 komitmen pada OOC 2018, yang terbagi ke dalam 6 areas of action, yaitu Maritime security, Marine Protected Area, Sustainable Fisheries,

Marine Pollution, Sustainable Blue Economy, dan Climate Change. Pertemuan ini telah menghasilkan 305 komitmen dengan nilai 10,7 milliar USD, dan pembentukan 14 juta km2

Kawasan Konservasi Laut (MPAs) baru.

Pada pertemuan Our Ocean Conference, Pemerintah Indonesia secara paralel juga menyelenggarakan Indonesia – Africa Maritime Dialogue (IAMD) di Bali tanggal 29 Oktober

2019 dengan fokus area pada isu Sustainable Fisheries dan Maritime Security. IAMD memiliki outcome berupa summary meeting dan komitmen Indonesia dalam membantu negara-negara Afrika pada sektor maritim.

Pemerintah Indonesia juga telah melakukan penguatan kepemimpinan dan peran Indonesia yang berpengaruh dalam forum multilateral di bidang lingkungan hidup yakni telah berhasil meloloskan 5 resolusi terkait lingkungan hidup pada forum 4th United Nations Environment

Assembly di Nairobi, Maret 2019. Resolusi tersebut memberikan kekuatan konservasi,

terutama dukungan komunitas internasional, terhadap ekosistem penting di Indonesia, antara lain Hutan Bakau, Lahan Gambut dan Terumbu Karang. Capaian lainnya adalah terpilihnya Wakil Indonesia menjadi Vice President untuk United Nations Environment

Assembly (UNEA) ke-5 pada Tahun 2020-2021. Indonesia juga menjadi anggota pada 3

organ utama Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora (CITES), yaitu Standing Committee, Animal Committee, dan Plant Committee mewakili

Kawasan Asia Pasifik.

Selain itu, Pemerintah Indonesia terus berupaya memajukan dan mengarusutamakan isu perubahan iklim melalui kepemimpinan Indonesia pada forum multilateral. Upaya dimaksud adalah untuk meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap dampak negatif perubahan iklim seperti cuaca ekstrem dan peningkatan permukaan air laut. Pemerintah Indonesia meluncurkan Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon sebagai dasar pembangunan ekonomi yang menyeimbangkan aspek sosial dan lingkungan. Dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan terkait telah meluncurkan Program Kampung Iklim (ProKlim) untuk memperkuat kapasitas adaptasi dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca dan mengakui partisipasi aktif masyarakat lokal dalam melaksanakan aksi mitigasi perubahan iklim terintegrasi dan adaptasi. Implementasi ProKlim dimulai pada 2012 dengan total 2.760 desa iklim terdaftar di 33 provinsi di seluruh Indonesia.

Kementerian Luar Negeri RI juga memantapkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN dalam rangka mencapai kepentingan nasional Indonesia untuk meningkatkan kemakmuran di dalam negeri dan menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara.

9

Kontribusi konkrit Kementerian Luar Negeri yang telah dicapai dalam rangka memperkuat perwujudan kawasan yang aman, stabil, dan sejahtera sesuai kepentingan nasional, antara lain, disepakatinya inisiatif Indonesia terkait ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) pada Konferensi Tingkat Tinggi ke-34 ASEAN di Bangkok, Thailand, tahun 2019. Kesepakatan ini menjadi konsep bersama negara ASEAN untuk memperkokoh kerja sama yang telah berjalan dan juga untuk pengembangan kerja sama konkrit di bidang maritim, konektivitas, pencapaian UN Sustainable Development Goals 2030 dan ekonomi serta kerja sama lainnya yang bertumpu pada prinsip-prinsip dan nilai kerja sama ASEAN melalui ASEAN-led

Mechanism. Bagi Indonesia, pengesahan AOIP merupakan (i) refleksi polugri bebas-aktif, (ii)

manifestasi dari visi Global Maritime Fulcrum Presiden Joko Widodo, dan, (iii) proyeksi sentralitas ASEAN sebagai lingkaran konsentris pertama polugri Indonesia dan pencapaian kepentingan nasional di bidang konektivitas, pembangunan berkelanjutan dan kerja sama ekonomi.

Dalam mendorong penguatan Sekretariat ASEAN, Indonesia telah memberikan komitmennya melalui peresmian gedung Sekretariat ASEAN oleh Presiden RI bertepatan dengan peringatan HUT ke-52 ASEAN pada 8 Agustus 2019, yang diharapkan mampu meningkatkan peran Sekretariat ASEAN dalam melaksanakan mandatnya secara lebih efektif dan efisien sejalan dengan dinamika dan tantangan yang dihadapi ASEAN.

Sumber: Website Setnas ASEAN

10

Lebih lanjut, untuk mendorong peningkatan peran Indonesia dalam penguatan sentralitas dan peran ASEAN dalam guliran arsitektur kawasan dan global, Indonesia memantapkan perannya dalam upaya pengelolaan konflik kawasan termasuk sengketa Laut China Selatan melalui mekanisme ASEAN, yaitu implementasi ASEAN-China Declaration on the Conduct

of Parties in the South China Sea (DOC) serta upaya penyusunan Code of Conduct in the South China Sea (COC). Indonesia berperan penting dalam proses negosiasi hingga

terselesaikannya first reading Code of Conduct pada bulan Juli 2019. Penguatan peran Indonesia juga terlihat dari upaya mendorong diratifikasinya Protokol Traktat SEANWFZ oleh negara pemilik senjata nuklir serta universalisasi Treaty of Amity and Cooperation in

Southeast Asia (TAC). Tercatat, 38 Negara dan 1 organisasi regional yang telah menjadi High Contracting Parties (HCP) atau 29 HCP di luar Negara Anggota ASEAN.

Sebagai bentuk upaya kepemimpinan yang kuat dan bertanggung jawab dalam menjawab dinamika kawasan dan tantangan global, dalam kerangka AICHR dan AHA Centre, Menteri Luar Negeri RI menjadi Menlu pertama ASEAN yang mendapat akses untuk mencari penyelesaian melalui pendekatan yang komprehensif di Myanmar. Selain itu, sebagai pemrakarsa pendirian ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (ASEAN-IPR), Indonesia telah menjadi negara tuan rumah bagi Sekretariat ASEAN-IPR sejak tahun 2017. Indonesia juga terus memastikan pelaksanaan aktifitas yang berorientasi pada perdamaian serta manajemen dan resolusi konflik antara lain melalui penyelenggaraan ASEAN-IPR

Regional Youth Conference dan Research Study mengenai peran Indonesia dalam upaya

memediasi konflik di Filipina Selatan.

Dalam mendorong kerja sama ASEAN dengan Mitra Wicara, Indonesia berhasil menginisiasi dan mendorong pengesahan EAS Leaders’ Statement on Combating Marine Plastic Debris

yang merupakan prakarsa Indonesia pada KTT East Asia Summit ke-13 di Singapura, November 2018. Dari 5 dokumen hasil KTT EAS, hanya Indonesia dan Singapura yang menginisiasi dan menjadi co-chairs statement dari negara ASEAN. Sebagai tindak lanjut realisasi dari kesepakatan para Pemimpin EAS tersebut, Indonesia telah menyampaikan suatu inisiatif yaitu EAS Regional Pan of Action (RPoA) on Combating Marine Plastic Debris yang saat ini masih dalam pembahasan di tingkat ASEAN (ASEAN led-mechanism) melalui badan sektoral ASEAN di bidang lingkungan hidup (ASOEN). Konsep EAS RPoA on

Combating Marine Plastic Debris yang diajukan Indonesia tersebut merupakan buah

pemikiran bersama para pemangku kepentingan nasional yang terdiri dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinasi Bidang Kemaritiman, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Indonesia juga berhasil memasukkan kerja sama Maritim menjadi salah satu dari 9 area kerja sama East Asia Summit pada Manila Plan of Action to advance the Phnom Penh Declaration

on the East Asia Summit Development Initiative 2018-2022 disahkan di Manila pada tahun

11

Dalam konteks kerja sama kemitraan ASEAN-Plus Three (APT), sebagai lead country Indonesia telah menyiapkan suatu program sebagai implementasi rekomendasi East Asia

Vision Group (EAVG) No.24 tentang pendirian/pengembangan studi Asia Timur di universitas

terkemuka di Kawasan Asia Timur melalui penyelenggaraan APT Student Camp dan APT

Seminar on East Asian Studies at Major Universities yang akan dilaksanakan pada semester

kedua tahun 2020, melalui kerja sama Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Universitas Pasundan.

Sebagai Country Coordinator kemitraan ASEAN-Selandia Baru periode 2015-2018, Indonesia berhasil meningkatkan status kemitraan ASEAN-Selandia Baru menjadi Kemitraan Strategis dan mendorong implementasi Rencana Aksi hingga 93% (Juli 2018). Sebagai

Country Coordinator kemitraan ASEAN-Rusia periode 2018-2021, Indonesia telah

menetapkan 3 area prioritas kerja sama, yaitu di isu kontra-terorisme, keamanan siber dan penanganan bencana. Indonesia juga berhasil memfasilitasi peningkatan kerja sama ASEAN dengan Rusia menjadi Strategic Partnertship pada tahun 2018.

Indonesia juga berhasil mengaktifkan kembali kerja sama ASEAN-MERCOSUR yang sudah berhenti sejak tahun 2010 dengan melaksanakan the 2nd ASEAN-MERCOSUR Ministerial Meeting pada tahun 2017 melalui kerja sama yang baik antara Kementerian Luar Negeri,

Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian dan Kementerian Perdagangan. Pertemuan menyepakati perlunya memperkuat kerja sama terutama di bidang ekonomi, perdagangan, investasi serta kerja sama sosial budaya.

Dalam rangka mendukung pemantapan pelaksanaan Masyarakat ASEAN, Indonesia secara aktif berkontribusi dalam pembahasan dan formulasi Visi Masyarakat ASEAN 2025 di tahun 2015. Berbagai elemen yang menjadi kepentingan Indonesia telah terefleksikan dalam Cetak Biru di 3 Pilar, yang dihasilkan melalui serangkaian pertemuan High Level Task Force on

ASEAN Community’s Vision Post-2015 selama tahun 2015. Indonesia juga telah berhasil

mendorong implementasi Cetak Biru Masyarakat ASEAN, antara lain melalui kontribusi aktif pada penyelesaian Rencana Aksi Nasional (RAN) di ketiga pilar.

Lebih lanjut, untuk memasyarakatkan ASEAN, Indonesia juga terus berupaya untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan, antara lain, dengan membentuk lebih banyak Pusat Studi ASEAN di berbagai daerah di Indonesia, melalui kerja sama dengan universitas setempat.

Dalam berdiplomasi di kawasan Pasifik, Indonesia terus berupaya meningkatkan hubungan bilateral dan kerja sama regional dengan negara-negara dan organisasi regional di kawasan melalui kerja sama pembangunan, ekonomi, kemaritiman, lingkungan, sosial budaya, hingga politik dan keamanan. Selain dalam konteks politik luar negeri, Indonesia juga telah melaksanakan inisiatif peningkatan kerja sama dengan Pasifik dalam rangka pemberdayaan kawasan timur Indonesia.

12

Indonesia terus memperkuat peran dan engagement di Pasifik melalui peningkatan kerja sama di forum regional seperti Pacific Islands Forum (PIF), Melanesian Spearhead Group (MSG), Coral Triangle Initiative Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI CFF), PIDF (Pacific Islands Development Forum) dan SwPD (Southwest Pacific Dialog).

“Pacific Elevation” telah diluncurkan langsung oleh Menteri Luar Negeri Inonesia pada Juli

2019 yaitu suatu visi baru Indonesia dalam meningkatkan hubungan dan kemitraan dengan negara-negara dan kawasan Pasifik melalui mekanisme bilateral, regional, dan multilareral. Visi tersebut berfokus pada kerja sama ekonomi dan pembangunan serta didukung upaya pendekatan lainnya di bidang politik, keamanan, dan sosial budaya. Tujuan Pacific Elevation utamanya untuk meningkatkan peran dan kontribusi Indonesia di kawasan Pasifik dan secara khusus bisa memberikan manfaat langsung bagi kalangan bisnis dan BUMN Indonesia.

Dokumen terkait