• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

7. Capital Asset Pricing Model

Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama kali diperkenalkan oleh

Sharpe, Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Melakukan

estimasi atau perkiraan terhadap besarnya return sekuritas merupakan hal

yang harus dilakukan oleh para investor. Investor harus mengetahui hubungan

antara besarnya return dengan risiko yang terdapat pada sekuritas. Model

estimasi yang tepat digunakan yaitu dengan Capital Asset Pricing Model

(CAPM). CAPM bertujuan untuk menentukan besarnya tingkat pengembalian

yang diharapkan (expected return) dari investasi yang berisiko. Selain itu,

CAPM dapat membantu investor dalam menghitung risiko yang tidak dapat

didiversifikasi dalam suatu portofolio dan membandingkan dengan tingkat

pengembalian (return).

CAPM adalah model yang menghubungkan tingkat return harapan dari

suatu aset berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar yang

seimbang” (Tandelilin, 2010). Menurut Bodie (2014), “CAPM merupakan

sekumpulan prediksi mengenai keseimbangan perkiraaan imbal hasil terhadap

aset berisiko. Jogiyanto (2009) juga mengemukakan definisi CAPM yaitu

model yang digunakan untuk menentukan harga-harga aktiva dalam keadaan

ekuilibrium. Berdasarkan definisi para ahli diatas, dapat ditarik sebuah

kesimpulan bahwa CAPM adalah suatu model untuk mengestimasi return

yang diperoleh terhadap sekuritas yang berisiko yang hanya dapat digunakan

untuk jangka waktu pendek dan dalam kondisi perekonomian yang stabil.

A. Fungsi Utama Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Menurut Zubir (2011), fungsi utama dari CAPM yaitu :

a. Sebagai tolak ukur (benchmark) dalam mengevaluasi tingkat pengembalian

(rate of return) suatu investasi.

b. Membantu dalam menduga atau memprediksi expected return suatu aset

yang tidak atau belum diperdagangkan di pasar.

B. Asumsi yang digunakan dalam CAPM

Asumsi merupakan salah satu cara untuk menyederhanakan suatu hal yang

kompleks. Asumsi-asumsi tiap orang berbeda tergantung cara pandang

seseorang terhadap suatu hal. Asumsi dasar dari metode CAPM adalah sifat

dari masa depan sama dengan masa lalu dan hanya dapat digunakan dalam

kondisi perekonomian yang stabil. Menurut Jogiyanto (2009), asumsi-asumsi

yang digunakan pada model CAPM yaitu :

1. Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama, investor

memaksimumkan kekayaan dengan memaksimumkan utility harapan dalam

satu periode waktu yang sama.

2. Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan

pertimbangan antara nilai return ekspektasi dan standar deviasi return dari

portofolionya.

3. Semua investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneus expectation)

terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan portofolio.

Faktor-faktor input yang digunakan adalah return ekspektasi (expected

return), varian dari return dan kovarian antara return-return sekuritas.

4. Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya (lending) atau

meminjam (borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas

pada tingkat suku bunga bebas risiko.

5. Penjualan pendek (short sale) diizinkan.

6. Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan

tidak terbatas. Ini berarti bahwa dengan nilai terkecilpun investor dapat

melakukan investasi dengan harga yang berlaku.

7. Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna.

8. Tidak ada biaya transaksi. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai

biaya transaksi.

9. Tidak terjadi inflasi.

10. Tidak ada pajak pendapatan pribadi. Karena tidak ada pajak pribadi, maka

investor mempunyai pilihan yang sama untuk mendapatkan dividen atau

capital gain.

11. Investor adalah penerima harga (price-takers). Investor individual tidak dapat

mempengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli atau menjual

aktiva tersebut.

C. Hubungan Risiko dan Return dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Hubungan antara besarnya risiko serta return yang diperoleh dengan

metode CAPM dapat dilihat dari garis pasar modal (GPM) atau capital market

line (CML) dan juga garis pasar sekuritas (GPS) atau security market line

(SML). Keadaan ekuilibrium pasar yang berhubungan dengan return

ekspektasi dan risiko dapat digambarkan oleh Capital Market Line (CML),

sedangkan untuk sekuritas individual hubungan antara return ekspektasi dan

risiko dapat digambarkan oleh Security Market Line (SML). Garis-garis

tersebut yaitu :

1. Capital Market Line

“Garis pasar modal adalah garis yang menunjukkan semua kemungkinan

kombinasi portofolio efisien yang terdiri dari aktiva-aktiva berisiko dan aktiva

bebas risiko” (Jogiyanto, 2009). Garis pasar modal/Capital market line (CML)

juga menggambarkan hubungan antara besarnya risiko portofolio dengan

expected return portofolio dalam kondisi pasar yang ekuilibrium. Agar lebih

jelas, maka garis pasar modal akan digambarkan sebagai berikut :

E(Rp)

M

E(Rm)

Premium risiko= E(Rm)-Rf

Rf

Risiko Portofolio Pasar

αm αp

Gambar 1. Capital Market Line

Keterangan :

E(Rp) : Expected return yang diminta untuk portofolio dengan risiko

sebesar σp

Rf : Tingkat pengembalian bebas risiko

σm : Risiko dari return-return pasar

σp : Risiko portofolio dari return-return portofolio lainnya yang

berada di CML

(Jogiyanto, 2009)

Berdasarkan gambar tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan, yaitu jika

portofolio pasar hanya berisi aktiva tidak berisiko, maka risikonya akan sama

dengan nol (σp=0) dan return ekspektasinya sama dengan risk free (Rf).

Selain itu jika portofolio terdiri dari semua aktiva yang ada, maka risikonya

adalah sebesar (σm) dengan return ekspektasiannya sebesar E(Rm). Selisih

antara [E(Rm)-Rf] merupakan premium risiko dari portofolio pasar karena

menanggung risiko lebih besar, yaitu sebesar σm.

2. Security Market Line

“Garis pasar sekuritas adalah garis yang menunjukkan trade-off antara risiko

dan return ekspektasian untuk sekuritas individual“ (Jogiyanto,2009). Garis

Pasar Sekuritas/Security Market Line (SML)merupakan penggambaran secara

grafis dari model CAPM. Gambar dari SML secara jelas yaitu :

E(Ri)

M

E (Rm)

Rf

Beta

0 1

Gambar 2. Security Market Line

Keterangan :

E(Ri) : Tingkat pengembalian yang diharapkan

Rf : Tingkat pengembalian bebas risiko

[E(Rm)] : Tingkat pengembalian yang diharapkan atas portofolio pasar

Beta : Risiko sekuritas individual

(Jogiyanto, 2009)

Berdasarkan gambar tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

tambahan return ekpektasian untuk sekuritas individual diakibatkan oleh

tambahan risiko sekuritas individual yang diukur dengan beta. Beta

menentukan besarnya tambahan return ekspektasian untuk sekuritas

individual dengan asumsi bahwa untuk portofolio yang didiversifikasikan

dengan sempurna, risiko tidak sistematis cenderung menjadi hilang dan hanya

risiko sistematis yang diukur dengan beta. Beta untuk portofolio pasar adalah

bernilai 1. Suatu sekuritas yang mempunyai beta lebih kecil dari 1 dikatakan

memiliki risiko lebih kecil dari risiko portofolio pasar. Sebaliknya, suatu

sekuritas yang mempunyai nilai beta lebih besar dari 1 dikatakan mempunyai

risiko lebih besar dari risiko pasar. Jika suatu sekuritas memiliki beta sama

dengan 1, maka sekuritas ini memiliki return ekspektasi yang sama dengan

D. Pengelompokan Saham Efisien dan Keputusan Investasi Saham Berdasarkan

Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Pengelompokkan saham yang efisien harus menjadi prioritas utama dalam

keputusan investasi yang dilakukan karena hanya saham-saham yang efisien

saja yang dapat dibeli. Hal tersebut dapat terjadi karena saham-saham efisien

menawarkan return lebih besar daripada expected return. Kelompok saham

yang efisien jika dilihat pada Security Market Line (SML) maka terlihat bahwa

saham yang efisien terdapat diatas garis Security Market Line (SML). Menurut

Tandelilin (2010) “Saham yang efisien adalah saham-saham dengan tingkat

pengembalian individu lebih besar dari tingkat pengembalian yang

diharapkan” [Ri>E(Ri)]. Fahmi dan Yovi (2009), membagi keputusan

investasi terhadap saham yang efisien maupun tidak efisien menjadi :

a. Efisien/Good

Keputusan yang diambil oleh investor adalah mengambil atau membeli

saham. Keadaan ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian individu (Ri)

lebih besar daripada tingkat pengembalian yang diharapkan [E(Ri)], dengan

kata lain harga saham mengalami underpriced/undervalue. Undervalue adalah

suatu kondisi dimana harga sekuritas tersebut lebih rendah dari harga

sekuritas pasar atau harga wajar. Pada saat harga turun, investor akan membeli

untuk kemudian pada saat harga naik investor akan menjualnya kembali.

b. Tidak Efisien/Not Good

Keputusan yang diambil oleh investor adalah menjual saham sebelum

harga saham turun. Keadaaan ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian

individu (Ri) lebih kecil daripada tingkat pengembalian yang diharapkan

[E(Ri)], dengan kata lain harga saham mengalami overpriced/overvalue.

Overvalue adalah suatu kondisi dimana harga sekuritas tersebut lebih tinggi

dari harga sekuritas pasar atau harga wajar.

Dokumen terkait