• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH FITOPLANKTON ( Chaetoceros sp.) PADA FOTOBIOREAKTOR

4. Cara kerja

a) Siapkan alat sesuai dengan instruksi pabrik. b) Penyiapan contoh

- Homogenkan contoh

Jika karbon organik terlarut ditetapkan:

- Saring contoh dan pereaksi air melalui saringan vakum 0,45 µm. - Sebelumnya rendam alat penyaring dalam larutan HNO3 1 : 1 selama 1

malam dan cuci sampai bersih.

- Kumpulkan/tampung air pencuci dalam gelas piala, keringkan gelas piala.

Untuk penetapan NPOC (nonpergeable organic carbon):

- Masukkan 15 ml sampai 30 ml contoh ke dalam labu erlenmeyer dan

asamkan sampai pH 2 dengan asam fosfat. Alirkan gas pencuci sesuai dengan rekomendasi pabrik.

c) Injeksi contoh

- Ambil bagian contoh yang telah disiapkan dengan alat injeksi.

- Pilih ukuran/volume contoh sesuai dengan petunjuk dari manual alat. - Kocok contoh dengan pengaduk magnet, pilih jarum injeksi sesuai dengan ukuran partikel contoh.

- Injeksikan contoh dan standar ke alat analisa sesuai dengan petunjuk alat dan catat respon yang terjadi.

d) Penyiapan kurva standar

- Siapkan deret standar karbon organik dengan kisaran konsentrasi karbon organik di dalam contoh.

- Injek standar dan blanko, lalu catat respon yang dihasilkan.

- Tetapkan area peak untuk setiap standar dan blanko. Penetapan berdasarkan tinggi peak mungkin tidak cukup karena perbedaan laju oksidasi dari standar dan contoh.

- Koreksi area peak standar dengan mengurangi area blanko air pereaksi dan plot konsentrasi karbon organik dalam miligram per liter terhadap area peak yang telah dikoreksi.

- Injeksikan contoh dan blanko. Kurangi area peak contoh dengan area peak blanko dan tetapkan karbon organik dari kurva standar.

5. Perhitungan

Hitung kadar KOT dengan menggunakan rumus: KOT = (KT - KA) mg/l

Keterangan:

KT = Kadar karbon total (mg/l) KA = Kadar karbon anorganik (mg/l) KOT = Karbon organik total (mg/l).

Penulis dilahirkan tanggal 5 Januari 1988 di Tangerang, Banten, dari Ayah Atang Ruwinda dan Ibu Tinah Kustinah. Penulis adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Tahun 2003 - 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 34 Pondok Labu, Jakarta.

Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Pada tahun 2007 penulis memilih Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai program studi di Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, pada tahun 2008 - 2009 penulis menjadi asisten mata kuliah Oseanografi Umum, Oseanografi Kimia, Selam Ilmiah dan Dasar - dasar Instrumentasi Kelautan. Penulis juga aktif di HIMITEKA (Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan) sebagai anggota divisi Hubungan Luar Komunikasi. Pada tahun 2009 - 2010 penulis menjadi asisten mata kuliah Selam Ilmiah dan aktif di HIMITEKA sebagai anggota divisi Penelitian dan Kebijakan. Penulis bekerja di Indonesia Corruption Watch sebagai anggota Public Campaign, serta melakukan penelitian bersama BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) di PT. Indolakto. Penulis menyelesaikan studi di Institut Pertanian Bogor dengan menyelesaikan penelitian yang berjudul “Efektivitas Penyerapan Karbondoksida (CO2) oleh Fitoplankton

EFEKTIVITAS PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA (CO

2

)

OLEH FITOPLANKTON (Chaetoceros sp.) PADA

FOTOBIOREAKTOR

MUHAMAD KEMAL IDRIS

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

39

Alaerts, G. dan S, Sumestri. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. 309 h.

American Public Health Association (APHA). 1989. Standard method for examination of waste water. 12th Edition. APHA AWWA (American Water Work Association) and WPCF (Water Pollution Control Federation). New York. 453 h.

Ariyati, R. W., L. Sya’rani, E. Arini. 2007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut. Jurnal Pasir Laut. 3(1): 27-45.

Aunurohim, D. Saptarini, D. Yanthi. 2009. Fitoplankton Penyebab Harmful Algae Blooms (HABs) di Perairan Sidoarjo. Jurnal. Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. 1937: 1-7.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2000. Air demineral. Balai Besar Litbang Industri Hasil Pertanian. Bogor. SNI (01-6241-2000): 5-6.

Beardall, J. and S. Stojkovic. 2006. Microalgae under Global Environmental Change: Implications for Growth and Productivity, Populations and Trophic Flow. Scienceasia. 32(1): 1-10.

Boyd, C. E. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Auburn University Agricultural Experimenta Satation. Auburn Alabama. 359 h.

Castro, P. dan M. E. Huber. 2007. Marine Biology. New York: MacGraw-Hill Higher Education. New York. 460 h.

Clark, D. R. and K. J. Flynn. 2000. The Relationship Between the Dissolved Inorganic Carbon Concentration and Growth Rate in Marine

Phytoplankton. The Royal Society, London, Proceedings B(267): 953- 959.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 257 h. Feely, R. A., C. L. Sabine, T. Takahashi, R. Wanninkhof. 2001. Uptake and

Storage of Carbon Dioxide in the Ocean: The Global CO2 Survey.

Oceanography, 14(4): 18-32.

Hendersend, S. B. and H. R. Markland. 1987. Decaying Lakes, The Origin and Control of Cultural Eutrophication. John wiley & Sons. New York. 264 h.

Hutagalung, H. P., D. Setiapermana, S. H. Riyono. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 181 h. Izzati, M. 2008. Perubahan Konsentrasi Oksigen Terlarut dan pH Perairan

Tambak setelah Penambahan Rumput Laut Sargassum plagyophyllum dan Ekstraknya. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 16(2): 60-69.

Jinming, S. 2010. Biogeochemical Processes of Biogenic Elements in China Marginal Seas. Zhejiang University Press, Hangzhou and Springer- Verlag Berlin Heidelberg. Germany. 662 h.

Johnson, W. S. and D. M. Allen. 2005. Zooplankton of the Atlantic and Gulf Coasts, A Guide to Their Identification and Ecology. The John Hopkins University Press. Baltimore and London. 379 h.

Kamatani, A. and M. Takano. 1984. The Behavior of Dissolved Silica During the mixing of river and seawaters in Tokyo Bay. Estuarine, Coastal and Shelf Science. 19: 505-512.

Kawaroe, M., T. Prartono, A. Sunuddin, D. W. Sari, D. Augustine. 2010. Mikroalga, Potensi dan Pemanfaatannya untuk Produksi BioBahan Bakar. IPB Press. Bogor. 150 h.

Kennish, M. J. 1990. Ecology of Estuaries: Biological Aspects. CRC Press. Boston. 391 h.

Malone, R. F. and D. G. Burden. 1988. Design of Recilculating Blue Crab Shedding System. Louisiana Sea Grant College Program. Louisiana State University. Louisiana. 76 h.

Mata, T. M., A. A. Martins, N. S. Caetano. 2010. Microalgae for biodiesel production and other applications: A Review. Renewable and Sustainable Energy Reviews. 14: 217-232.

Mackentum, K. M. 1969. The Practice of Water Pollution Biology. United States Department of Interior. Federal Water Pollution Control Administration. Division of Technical Support. 411 h.

Mkadam, K. M., T. Yonaha, V. S. Ali and A. Tokuyama. 2005. Dissolved

Aluminum and Silica Release on the Interaction of Okinawan Subtropical Red Soil and Seawater at Different Salinities: Experimental and Field Observations. Geochemical Journal. 40: 333-343.

Munandar, H. 2009. Sistem Karbonat di Laut serta Peranannya bagi Biota Calsifier. Balai Konservasi Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jurnal Oseana. 34(1): 35-46.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Cetakan II. Djambatan. Jakarta. 459 h. Perkins, E. J. 1974. The Biology of Estuaries and Coastal Water. Academy

Press Co. New York. 678 h.

Sanusi, H. S. 2006. Kimia Laut. Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 188 h. Setiawan, A., Kardono, R. A. Darmawan, A. D. Santoso, A. H. Stani, Prasetyadi,

L. Panggabean, D. Radini, S. Sapulete. 2008. Teknologi Penyerapan Karbondioksida dengan Kultur Fitoplankton pada Fotobioreaktor. In Pertemuan Ilmiah Tahunan V Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia, 11 November 2008, Institut Teknologi Bandung. Bandung. 7 h.

Suriadikarta, D. A. dan M. T. Sutriadi. 2007. Jenis-jenis Lahan Berpotensi untuk Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa. Balai Penelitian Tanah. Jurnal Litbang Pertanian. 26(3): 115-122.

Susandi, A., I. Herlianti, M. Tamamadin, I. Nurlelea. 2008. Dampak perubahan iklim terhadap ketinggian muka laut di wilayah Banjarmasin. Jurnal Ekonomi Lingkungan. 12(2): 1-2.

Svobodova Z., R. Lloyd, J. Machova, B. Vykusova. 1993. Water Quality and Fish Health. EIPAC Technical Paper No. 54, FAO. Roma. 59 h. Wetzel, R. G. 1983. Limnology. Second Edition. Saunders College Publishing,

Toronto. 859 h.

Yuliana. 2002. Hubungan antara kandungan nutrien dan intensitas cahaya dengan produktivitas primer fitoplankton di Perairan Teluk Lampung. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Bogor. 83 h.

Yulianto, K. 1989. Pengaruh Penurunan Salinitas Terhadap Laju Fotosintesis Alga Hijau (Caulerpa serrulata forsk) J. Agardh dan Valonia

Aegagropila C. Agardh. Jurnal. Balai Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ambon. ISBN(979-8093-04-6): 39-44.

42

Lampiran 1. Hasil pengukuran biomassa dan CO2.

Hari ke Hasil

Biomassa (sel/ml) Gas CO2 (%vol)

0 10.33 7,15 1 20.66 8,17 2 49.067,5 7,83 3 100.71 7,3 4 219 6,87 5 265.8 6,4 6 369.8 5,57 7 448 4,83 8 800.6 4,15 9 1.520.000 3,52 10 2.480.000 3 11 1.890.000 1,65 12 1.760.000 1,63 13 1.830.000 1,44

Lampiran 2. Hasil pengukuran nutrien

Hari ke-

NO3-N NO2-N PO4-P Silikat Klorofil

mg/L µmol/kg mg/L µmol/kg mg/L µmol/kg mg/L µmol/kg µg/L µmol/kg 0 0,087 1,37 0,005 0,12 1,035 10,68 16,437 268,50 11,055 0,04 2 0,093 1,47 0,009 0,19 0,908 9,37 16,25 265,44 18,789 0,07 4 0,096 1,52 0,046 0,98 0,857 8,84 14,467 236,39 79,04 0,31 6 0,091 1,44 0,052 1,12 0,799 8,24 12,428 203,06 90,307 0,35 8 0,079 1,25 0,103 2,19 0,55 5,67 9,583 156,47 189,825 0,75 10 0,044 0,69 0,223 4,75 0,188 1,94 6,06 98,98 330,49 1,30

Lampiran 3. Hasil pengukuran karbon anorganik terlarut (DIC) dan karbon organik partikulat (POC).

Hari ke- DIC (mgC/L) POC (mgC/L) DIC (µmol/kg) POC (µmol/kg)

0 11,24 0 918,02 0

4 2,86 7,66 233,50 625,49 10 0,33 18,97 27,36 1.549,62

Lampiran 4. Hasil pengukuran parameter kualitas perairan. Hari ke Jam pH TDS Sal DO Cond Temp

(pHmV) (°C) uS/cm uS/cmA ppt (psu) % ppm 0 09:30 6,84 14,8 24,69 41,01 40,77 20,51 26,25 12,2 0,86 19:00 5,99 62,1 23,81 42,29 41,31 21,17 27,11 9 0,66 1 09:30 6,26 47,3 22,59 41,05 39,2 20,53 26,33 17,6 1,29 19:00 6,06 58,7 24,12 40,96 40,32 20,47 26,26 10,1 0,72 2 09:30 6,06 58,2 22,87 40,88 39,22 20,43 26,18 7,2 0,52 19:00 6,26 47,1 24,04 42,24 41,46 21,12 27,15 11,2 0,8 3 09:30 6,08 56,9 23,54 41,71 40,56 20,05 26,77 10,8 0,78 19:00 6,18 51,6 24,58 41,2 40,86 20,59 26,37 8,3 0,69 4 09:30 6,15 53,4 22,14 42,2 39,93 21,11 27,17 11,6 0,86 19:00 6,44 38,5 25,92 39,8 40,46 19,89 25,34 20,2 1,4 5 09:30 6,07 46,6 25,46 41,52 41,89 20,76 26,59 8,1 0,56 19:00 6,38 41,1 25,72 40,95 41,1 20,48 26,18 16,2 1,12 6 09:30 6,17 52,6 26,06 41,28 42,12 20,63 26,38 14,1 0,98 19:00 6,22 49,5 26,12 41,38 42,24 20,68 26,47 14,7 1,02 7 09:30 6,3 45 24,59 41,14 40,84 20,57 26,33 18,8 1,31 19:00 6,36 41,8 24,83 41,97 41,84 20,98 26,92 21,6 1,51 8 09:30 6,27 46,3 22,39 42,79 40,45 21,33 27,65 14 1 19:00 6,41 39 24,67 41,64 41,38 20,82 26,71 19,2 1,34 9 09:30 6,53 32 22,49 42,09 40,07 21,03 27,05 18,2 1,32 19:00 6,64 31,3 24,37 41,97 41,45 20,98 26,94 20,4 1,45 10 09:30 6,44 37,2 23,04 41,68 40,14 20,84 26,76 21,7 1,52 19:00 6,68 26,8 24,3 41,6 41,13 20 26,66 20,3 1,39 11 09:30 6,53 32,2 23,74 41,23 40,25 20,62 26,43 13,5 0,98 19:00 6,58 29,2 23,77 42,15 41,16 21,09 27,1 15 1,08 12 09:30 6,63 26,5 23,52 41,81 39,84 20,91 26,86 17,6 1,2 13 09:30 5,79 17,4 22,97 41,01 40,18 20,91 26,86 15 1,1

Lampiran 5. Pengukuran konsentrasi gas CO2

cerobong asap pabrik gas disalurkan kompresor

fotobioreaktor gas diinjeksi penyaring kotoran gas

Lampiran 6. Pengukuran kualitas perairan

titik sampling

botol sampel

biomassa ukur parameter kualitas air

mikroskop

Lampiran 7. Metode analisis nutrien (APHA, 1989) 1. Penentuan Kadar Nitrat

Nitrat tidak dapat ditentukan secara langsung tetapi harus direduksi terlebih dahulu menjadi nitrit. Penambahan larutan sulfanilamide dan larutan N- (1-naphthyl) ethylene diamine ke dalam nitrit akan membentuk warna merah. Pengukuran absorbansi nitrat dilakukan pada panjang gelombang 543 nm.

Perhitungan kadar nitrat berdasarkan formulasi : N = F koreksi x E koreksi Keterangan :

F koreksi = 20 / (Estd – Essw)

E koreksi = absorbansi sampel – absorbansi blanko Estd = absorbansi standar nitrat

Essw = absorbansi syntethic seawater

2. Penentuan Kadar Nitrit Perhitungan kadar nitrit :

N = F koreksi x E koreksi Keterangan :

F koreksi = 2(µg at NO2-N L-1) / (Estd – Essw)

E koreksi = absorbansi sampel – absorbansi blanko Estd = absorbansi standar nitrit

Essw = absorbansi syntethic seawater

3. Penentuan Kadar Ortofosfat

Penentuan kadar ortofosfat hampir sama dengan penentuan total fosfat hanya pada ortofosfat sampel air terlebih dahulu disaring dengan kertas saring Whatman, kemudian dianalisis yaitu dengan mengambil 50 ml sampel dituang ke dalam gelas beker dengan volume 100 ml. Selanjutnya ditambahkan pereaksi campuran sebanyak 5 ml dan dibiarkan selama 5 menit kemudian diukur absorbansinya yaitu pada panjang gelombang 885 nm.

P (mg/L) = F koreksi x E koreksi x 30,973 x 10-3 Keterangan :

F koreksi = 3 / (Estd – Eblanko)

E koreksi = absorbansi sampel – absorbansi blanko Estd = absorbansi standar ortofosfat

Eblanko = absorbansi blanko

4. Penentuan Kadar Silikat

Silikat ditentukan pada panjang gelombang 810 nm. Ambil 25 ml air sampel kemudian dituangkan ke dalam labu bertutup lalu tambahkan reagen pereduksi hingga volumenya 50 ml. Setelah itu biarkan 2 – 3 jam dan ukur absorbansi sesuai panjang gelombangnya. Selanjutnya penentuan larutan standar (Na2SiF6) dan larutan blanko (standard sea water). Urutan

pengerjaannya sama dengan penentuan sampel. Perhitungan kadar silikat :

Si (mg/L) = F koreksi x E koreksi x 28,085 x 10-3 Keterangan :

F koreksi = 100 (Estd – Eblanko)

E koreksi = absorbansi sampel – absorbansi blanko

Estd = (absorbansi air laut + absorbansi standar) / 2 - blanko

Lampiran 8. Metode analisis karbon (BSN, 2000) 1. Prinsip Penentuan Karbon Organik Total

Karbon organik dioksidasi menjadi karbon dioksida (CO2) oleh persulfat

dengan adanya sinar ulfraviolet, CO2 yang dihasilkan diukur secara langsung

dengan alat inframerah nondispersi, direduksi menjadi metana dan diukur dengan detektor ionisasi pembakaran (flame ionization detector).

2. Peralatan

a) Alat analisis karbon organik total

b) Penyuntik mikro 0 - 50 µl, 0 - 250 µ l dan 0 - 1 ml. c) Labu ukur 1000 ml

3. Pereaksi

a) Air suling bebas CO2

b) Asam fosfat (H3PO3) atau asam sulfat (H2SO4)

c) Larutan baku karbon organik

- Larutkan 2,1254 gram kalium biftalat anhidrat (C8H5KO4) dalam air bebas

CO2 dan encerkan menjadi 1000 ml.

1.0 ml = 1.00 mg karbon

- Atau dapat menggunakan senyawa lain yang mempunyai kemurnian dan kestabilan yang cukup serta larut dalam air. Awetkan dengan menambahkan asam fosfat atau asam sulfat sampai pH lebih kecil sama dengan 2.

d) Larutkan baku karbon anorganik

- Larutkan 4,4122 gram natrium karbonat (Na2CO3) anhidrat dalam air

- Tambahkan 3,497 gram natrium bikarbonat (NaHCO3)

1.0 ml = 1.00 mg karbon. e) Gas pembawa

Oksigen murni atau udara bebas CO2 dan mengandung hidrokarbon (metana)

kurang dari 1 ppm.

f) Purging gas (gas pencuci)

4. Cara kerja

a) Siapkan alat sesuai dengan instruksi pabrik. b) Penyiapan contoh

- Homogenkan contoh

Jika karbon organik terlarut ditetapkan:

- Saring contoh dan pereaksi air melalui saringan vakum 0,45 µm. - Sebelumnya rendam alat penyaring dalam larutan HNO3 1 : 1 selama 1

malam dan cuci sampai bersih.

- Kumpulkan/tampung air pencuci dalam gelas piala, keringkan gelas piala.

Untuk penetapan NPOC (nonpergeable organic carbon):

- Masukkan 15 ml sampai 30 ml contoh ke dalam labu erlenmeyer dan

asamkan sampai pH 2 dengan asam fosfat. Alirkan gas pencuci sesuai dengan rekomendasi pabrik.

c) Injeksi contoh

- Ambil bagian contoh yang telah disiapkan dengan alat injeksi.

- Pilih ukuran/volume contoh sesuai dengan petunjuk dari manual alat. - Kocok contoh dengan pengaduk magnet, pilih jarum injeksi sesuai dengan ukuran partikel contoh.

- Injeksikan contoh dan standar ke alat analisa sesuai dengan petunjuk alat dan catat respon yang terjadi.

d) Penyiapan kurva standar

- Siapkan deret standar karbon organik dengan kisaran konsentrasi karbon organik di dalam contoh.

- Injek standar dan blanko, lalu catat respon yang dihasilkan.

- Tetapkan area peak untuk setiap standar dan blanko. Penetapan berdasarkan tinggi peak mungkin tidak cukup karena perbedaan laju oksidasi dari standar dan contoh.

- Koreksi area peak standar dengan mengurangi area blanko air pereaksi dan plot konsentrasi karbon organik dalam miligram per liter terhadap area peak yang telah dikoreksi.

- Injeksikan contoh dan blanko. Kurangi area peak contoh dengan area peak blanko dan tetapkan karbon organik dari kurva standar.

5. Perhitungan

Hitung kadar KOT dengan menggunakan rumus: KOT = (KT - KA) mg/l

Keterangan:

KT = Kadar karbon total (mg/l) KA = Kadar karbon anorganik (mg/l) KOT = Karbon organik total (mg/l).

oleh Fitoplankton (Chaetoceros sp.) pada Fotobioreaktor. Dibimbing oleh ALAN FRENDY KOROPITAN dan RAHMANIA DARMAWAN.

Penelitian dengan topik efektivitas penyerapan karbondioksida (CO2) oleh

fitoplankton (Chaetoceros sp.) pada fotobioreaktor, dilakukan selama 14 hari (satu siklus hidup fitoplankton). Analisis data nutrien dilakukan oleh laboratorium Produktivitas Lingkungan Hidup (Proling) MSP-IPB, sedangkan data karbon inorganik (DIC) dan karbon organik partikulat (POC) dianalisis oleh laboratorium Dinas Pekerjaan Umum, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan

memanfaatkan gas CO2 yang diinjeksi ke dalam fotobioreaktor. Fotobioreaktor

tersebut telah diisi oleh inokulum fitoplankton air laut, yaitu Chaetoceros sp. Fotobioreaktor berkapasitas 50 liter diisi dengan 40 liter media kultur dan selama percobaan media diambil untuk keperluan analisis sebanyak 4 liter. Gas CO2 dialirkan ke dalam reaktor dengan sistem tertutup dari dasar reaktor dengan

menggunakan penyalur udara (air distributor) berpori halus. Pengukuran

dilakukan terhadap biomassa fitoplankton, parameter kualitas air dan konsentrasi gas CO2. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu terukur berkisar antara 22,14 - 26,16oC, suhu optimal terjadi pada hari kedelapan hingga ke sepuluh dengan kisaran suhu 22,39 - 24,67oC. Kisaran salinitasnya 25,34 - 27,65‰, salinitas optimalnya 26,66 - 27,65‰. pH media tumbuh berkisar antara 5,79 - 6,84, dengan pH optimal 6,27 - 6,68. Konsentrasi oksigen (DO) terlarut berkisar antara 0,52 - 1,52 ppm, DO optimalnya 1 - 1,52 ppm.

Pengukuran nutrien dikhususkan terhadap nitrat, nitrit, fosfat dan silikat. Pertumbuhan biomassa Chaetoceros sp. diikuti dengan dengan peningkatan kadar nitrit dari 0,106 µmol/kg menjadi 4,75 µmol/kg, sedangkan nitrat mengalami penurunan selama kultur dari 1,37 µmol/kg hingga mencapai 0,69 µmol/kg. Pada awal kultur, konsentrasi fosfat sebesar 10,67 µmol/kg berkurang hingga 1,94 µmol/kg diikuti dengan peningkatan biomassa Chaetoceros sp.. Silikat

mengalami penurunan dari 268,50 µmol/kg hingga 98,98 µmol/kg. Konsentrasi nitrat pada fotobioreaktor lebih rendah daripada kadar nitrit, fosfat dan silikat sehingga nitrat adalah faktor pembatas pada pertumbuhan Chaetoceros sp.. Dalam satu siklus fotobioreaktor (14 hari) Chaetoceros sp. mampu menyerap 10,56% vol. CO2 dari total 12% vol. yang diinjeksikan ke dalam fotobioreaktor

dengan laju penyerapan rata-rata 0,56% vol. CO2 per hari. Pada kondisi optimal

(hari ke-10), 1,35% vol. gas CO2 terlarut diserap oleh Chaetoceros sp. dan

Dokumen terkait