• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Cara Mendekteksi Salah Konsepsi

Ada beberapa cara yang digunakan peneliti untuk mendeteksi miskonsepsi siswa antara lain, menurut Kartika Budi salah konsepsi dapat dideteksi melalui langkah- langkah sebagai berikut: (1) Pendeteksi (guru) memahami hakikat atau makna suatu konsep dengan baik dan dinyatakan dengan jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut kemungkinan- kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi, (3) berdasarkan kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk uraian bebas, isian singkat maupun pilihan berganda) yang memungkinkan kesalahan yang

dapat di deteksi, dan (4) setelah tes dilakukan (dapat secara lisan atau tertulis), untuk mengetahui secara tepat kesalahan yang terjadi.

Ada beberapa cara yang digunakan peneliti untuk mendeteksi miskonsepsi siswa antara lain: peta konsep, tes pilihan ganda disertai alasan, tes esai tertulis, wawancara diagnosa, diskusi dikelas, dan praktikum dengan tanya jawab (Suparno P, 2005).

1. Peta Konsep

Peta konsep digunakan peneliti untuk mendektesi miskonsepsi siswa dalam bidang fisika. Peta konsep mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan menenkankan gagasan–gagasan pokok, yang disusun hirarki, dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi siswa yang digambarkan dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara konsep-konsep itu benar atau tidak. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep. 2. Pilihan Ganda Disertai Alasan

Dalam pilihan ganda disertai alasanya siswa harus menjawab dan menulis alasannya menjawab seperti itu. Dalam bagian alasan, siswa harus menulis mengapa bisa memilih jawaban itu. Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda ini, dapat dilakukan wawancara terhadap siswa. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk meneliti bagaimana cara berfikir siswa dan mengapa mereka bisa berfikir seperti itu.

3. Tes Esai Tertulis

Tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang hendak diajarkan atau yang sudah diajarkan seharusnya dapat dipersiapkan oleh guru. Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa oleh siswa dan dalam bidang apa. Setelah ditemukan miskonsepsinya, beberapa siswa dapat diwawancarai untuk mendalami, mengapa mereka mempunyai gagasan seperti itu. Dari wawancara itu akan terlihat dari mana miskonsepsi itu dibawa.

4. Wawancara Diagnosa

Wawancara berdasarkan konsep fisika dapat dilakukan untuk melihat miskonsepsi yang dialami siswa. Guru memperkirakan beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti oleh siswa atau beberapa konsep fisika yang pokok dari bahan yang diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekspesikannya gagasan mereka mengenai konsep-konsep diatas. Dari sini dapat dimengerti miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana memperoleh konsep alternatif tersebut.

Wawancara dapat berbentuk bebas dan tersetruktur. Dalam wawancara bebas, guru atau peneliti bebas bertanya kepada siswa dan siswa dapat dengan bebas menjawab. Dalam wawancara ini pertanyaan ataupun urutan tidak perlu dipersiapkan. Sedangkan dalam wawancara terstruktur, pertanyaan sudah disiapkan dan urutannya secara garis besar sudah disusun sehingga memudahkan dalam praktiknya. Keuntungan

wawancara terstruktur adalah peneliti dapat secara sistematis bertanya pada siswa. Bagi peneliti yang belum biasa melakukan wawancara sebaikknya mempersiapkan pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan untuk menghindari kemacetan-kemacetan dalam wawancara. Sebaiknya dalam wawancara digunakan perekam agar tidak kehilangan data yang diperlukan.

5. Diskusi Dalam Kelas

Dalam diskusi di kelas siswa diminta mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau hendak diajarkan. Dari diskusi dikelas itu dapat di deteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari diskusi itu, guru atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar, dan juga sebagai penjajakan awal. Yang perlu diperhatikan oleh guru adalah membantu agar setiap siswa berani mengungkapkan pikiran mereka tentang persoalan yang dibahas.

6. Praktikum dengan Tanya Jawab

Praktikum yang disertai dengan tanya jawab antara guru dengan siswa yang melakukan praktikum jua dapat digunakan utuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep

siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Praktikum ini dapat diurutkan sebagai berikut:

a) Guru menggungkapkan persoalan yang ingin dilakukan dalam praktikum. Misalnya, kita ingin mengerti apa yang mempengaruhi pemuaian volum suatu benda.

b) Siswa diminta untuk membuat hipotesis atau dugaan lebih dulu dan alasanya.

c) Siswa melakukan praktikum. Selama itu guru dapat mengajukan pertanyaan sehingga semakin mengerti konsep siswa tentang pemuaian volum.

d) Siswa meenyimpulkan hasilnya. Guru dapat menanyakan apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang dipikirkan sebelumnya. Bila tidak sesuai, guru mempertanyakan mengapa hal itu terjadi?

e) Dari seluruh proses diatas, guru dapat mengerti apakah siswa mempunyai miskonsepsi atau tidak, dan bagaimana miskonsepsi itu dapat diperbaiki.

7. Rangkuman

Ada berbagai cara untuk mendeteksi miskonsepsi siswa. Beberapa cara yang biasa digunakan peneliti antara lain, wawancara, peta konsep, tes esai, tes pilihan ganda dengan alasan, diskusi dikelas, dan praktikum dengan tanya jawab. Beberapa peneliti menggunakan beberapa cara itu bersama-sama untuk melengkapi, seperti tes esai dengan wawancara. Yang kiranya perlu ditekankan adalah bahwa siswa diberi kesempatan

mengungkapkan gagasan mereka sehingga dapat dimengerti miskonsepsi yang di punyai.

Salah konsepsi dapat dideteksi oleh siapa saja dan kapan saja. Mahasiswa sebagai calon guru pun dapat melakukannya dan dapat digunakan sebagai bekal yang akan datang untuk mengajar. Bagi guru sendiri tentu saja akan lebih baik karena kualitas guru di mana guru mengajar akan lebih baik.

Dokumen terkait