• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cara Mengukur Caring

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 53-58)

BAB 2 TINJAUAN TEORI 20

2.1.3 Cara Mengukur Caring

Penelitian dikembangkan untuk mempelajari caring perawat lebih dari dua dekade dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian awal dengan menggunakan metode kualitatif bertujuan untuk mendefinisikan, mengkaji prioritas perilaku caring perawat dan mengevaluasi arti caring di beberapa populasi klien (Cronin & Harison, 1988; Larson, 1987; Reiman, 1986; Swanson-Kaufman, 1986). Penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif digunakan untuk mengukur perilaku dan kompetensi caring perawat (Cronin & Harison, 1988; Coates, 1997; Duffy, 1990; Wolf, 1986). Secara rinci alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku dan kompetensi caring perawat dijelaskan sebagai berikut (Watson, 2009):

2.1.3.1 Caring Behavior Assestment Tool

Caring Behavior Assestment Tool (CBA) adalah alat ukur yang paling awal dikembangkan untuk mengukur perilaku caring dengan menggunakan teori Watson dan 10 faktor karatif Watson. Alat ukur ini dikembangkan oleh Cronin dan Harrison pada tahun 1988 untuk mengidentifikasi perilaku caring perawat yang dipersepsikan oleh pasien. CBA terdiri atas 63 item pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 7 sub skala. Faktor 1, 2 dan 3 dari faktor karatif Watson dikelompokkan menjadi satu kelompok dan faktor ke 6 dianggap oleh Cronin dan Harrison melekat

pada seluruh faktor karatif lainnya. Jawaban pertanyaan menggunakan 5 skala likert yang menggambarkan tingkatan masing-masing perawat dalam merefleksikan perilaku caring. CBA pertama kali digunakan dengan sampel 22 pasien yang mempunyai penyakit infark miokardial. Validitas isi dilakukan oleh 4 orang ahli yang sangat memahami tentang teori Watson. Cronin dan Harrison menganggap bahwa alat ukur ini merupakan alat ukur yang reliable (dapat dipercaya) serta mempunyai content (isi) yang benar dan sah (valid). Konsistensi reliabilitas berdasarkan Cronbach’s alpha dapat dilihat pada tabel 2.1:

Tabel 2.1 Reliabilitas CBA

Kategori karatif (Sub skala) Cronbach alpha Humanistik/faith-hope-sensitivity

(kemanusiaan/keyakinan-harapan-sensitivitas) Helping/trust

(Membantu/membina kepercayaan) Ekspresion of positive/negative feeling

(Menerima ekspresi perasaan negative atau positif klien)

Teaching/Learning

(Pembelajaran/pengajaran interpersonal) Supportive/protective/corrective environtment (Menciptakan lingkungan yang mendukung dan melindungi)

Human need/assistance

(Membantu memenuhi kebutuhan dasar) Existensial/phenomenological dimensions (dimensi fenomenologi/eksistensi) 0.84 0.76 0.67 0.90 0.79 0.89 0.66

Alat ukur ini juga digunakan oleh Huggins, Gandy dan Kohut (1993 dalam Watson, 2009) dengan menggunakan sampel 288 pasien ambulatori di ruang gawat darurat dengan reliabilitas antara 0.71 sampai 0.88 pada

masing-masing sub skala dan alpha 0.93 untuk total skala. Laporan terkini penggunaan intrumen ini dilakukan oleh Baldursdottir dan Johsdottir (2002, dalam Watson, 2009) dengan sampel orang dewasa yang dirawat di ruang gawat darurat dan menghasilkan reliabilitas antara 0.69 sampai 0.89 pada sub skala.

2.1.3.2 Caring Efficacy Scale

Caring Efficacy Scale (CES) dikembangkan oleh Dr. Carolie Coates (1995) untuk mengkaji kepercayaan diri tentang kemampuan dan kompetensi perawat dalam menunjukkan pengenalan caring dan membangun hubungan yang caring dengan pasien. Konsep dasar pengembangan alat ukur ini dengan menggunakan teori self efficacy Bandura dan transpersonal human caring serta 10 faktor karatif milik Watson. CES pada mulanya terdiri atas 45 item pertanyaan dengan menggunakan 4 skala likert yang dengan pengembangan CES berubah menjadi 30 item pertanyaan. CES digunakan pada 110 siswa perawat, 119 lulusan, 117 lulusan yang telah bekerja dan 67 supervisi klinik. Validitas isi sesuai dengan teori dan 10 faktor karatif Watson. Reliabilitas alpha cronbach form A 0.85 dan form B 0.88.

2.1.3.3 Caring Behavior Inventory

Caring Behavior Inventory (CBI) dikembangkan oleh Wolf (1986) dengan menggunakan konsep dasar caring secara umum dan teori transpersonal caring Watson. Versi pertama alat ukur ini terdiri atas 75 item yang dengan proses psikometrik direduksi menjadi 43 kemudian mengecil kembali menjadi 42 item dengan alternatif jawaban menggunakan skala likert 4 poin yaitu 1= sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju dan 4=sangat setuju. CBI 43 item pertanyaan diuji menggunakan 541 subjek penelitian yang terdiri dari 278 perawat dan 263 pasien. Konsistensi reliabilitas internal dilaporkan sampai 0.96 pada tahun 1994.

Wolf et al (1994) mengkategorikan faktor karatif dari teori Watson menjadi 5 dimensi perilaku caring seperti tergambar pada tabel 2.2:

Tabel 2.2 Lima Dimensi Perilaku Caring yang Berhubungan dengan Faktor Karatif dari Teori Watson

Dimensi Karatif Berhubungan dengan Faktor

Karatif Watson I II III IV V Mengakui keberadaan manusia (assurance of human presence) Menanggapi dengan rasa hormat (Respectful) Pengetahuan dan keterampilan profesional (Professional knowledge and skill)

Menciptakan hubungan positif

(Positive connectedness)

Perhatian terhadap yang dialami orang lain

(Attentiveness to the other's experience)

• Pembentukan sistem nilai humanistik dan altruistik • Memberikan

kepercayaan-harapan

• Menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain

• Mengembangkan hubungan saling percaya

• Meningkatkan dan menerima ekpresi perasaan positif dan negatif klien

• Menggunakan metode sistematis penyelesaian untuk pengambilan keputusan • Peningkatan pembelajaran dan

pengajaran interpersonal • Menciptakan lingkungan fisik,

mental, soaiokultural dan spiritual yang mendukung • Memberikan bimbingan dalam

memuaskan kebutuhan manusiawi

• Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat tercapai

Pengukuran perilaku caring perawat pada RSUD Sragen direncanakan menggunakan Caring Behavior Inventory dari Wolf (1994) dengan difokuskan pada dimensi mengakui keberadaan manusia atau assurance of

human presence yang terdiri atas faktor karatif Humanistik/faith-hope-sensitivity serta dimensi respectful atau menanggapi dengan rasa hormat yang terdiri atas faktor karatif Helping/trust dan Ekspresion of positive/negative feeling. Hal ini karena dimensi caring ini erat hubungannya dengan kompetensi afektif yang dibutuhkan perawat agar termotivasi memberikan asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip etik. Arquiza (1997 dalam Malau, 2008) menyatakan bahwa perawat yang mempunyai rasa menghormati terhadap keberadaan manusia maka akan memandang klien sebagai individu yang unik dan menganggap bahwa klien berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan martabatnya sebagai manusia sehingga perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menerapkan prinsip etik seperti menghormati pilihan klien, tidak membeda-bedakan klien, mengijinkan klien berpartisipasi dalam perawatannya dan lain-lain.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Thiroux (1990 dalam Potter & Perry, 2005) yang menyatakan bahwa respect dan assurance of human presence berarti semua orang tidak terkecuali perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien harus menghargai dirinya sendiri dan orang lain termasuk kehidupan dan kematian. Kehidupan adalah hak dasar yang dimiliki oleh semua manusia dan merupakan sesuatu yang berharga bagi manusia, oleh karena itu perawat diwajibkan untuk melakukan segala upaya untuk mempertahankan kehidupan klien baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Tindakan ini juga berarti menghargai perbedaan dan keunikan klien sebagai individu.

Perilaku caring perawat jika tidak dilakukan dengan baik akan berdampak pada klien dan juga perawat. Perawat yang tidak caring tidak termotivasi meningkatkan kinerja sesuai dengan standar profesi termasuk kinerja dalam menerapkan prinsip etik karena sifat keras hati, tidak perhatian dengan klien dan bertindak tanpa perasaan seperti robot.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 53-58)

Dokumen terkait