• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TINJAUAN KASUS

TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

J. Cara Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi dapat diberikan secara suntikan maupun diteteskan kedalam mulut.

1. BCG : dengan suntikan kedalam kulit pada lengan atas sebelah kanan tepatnya pada insersio muskulus deltoideus

2. DPT : suntikan kedalam otot di pangkal paha di daerah otot vastus lateralis

3. Campak : suntikan kebawah kulit di lengan kiri atas. 4. HB : suntikan pada paha

5. Polio : diberikan 2 tetes pada bayi (wahyuni, 2012) K. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan

Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :

1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit TBC dan panas tinggi.

2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang. 3. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.

4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi. (Wahyuni, 2012)

L. Keadaan Yang Timbul Akibat Imunisasi

Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini:

1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.

2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi, tetapi akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.

3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul4 - 10 hari setelah penyuntikan (Wahyuni, 2012)

M. Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi

1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak anjurkan ke puskesmas;

2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan berikan kompres dingin.

3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu. (Wahyuni, 2012).

N. Tempat Pelayanan Imunisasi

Pelayanan imunisasi dapat diperoleh pada : 1. Posyandu

2. Puskesmas

3. Bidan / dokter praktek 4. Rumah bersalin

5. Rumah sakit(Wahyuni, 2012) O. Pengertian Asi Ekslusif

ASI Eksklusif adalah air susu ibu yang diberikan untuk bayi sejak baru lahir sampai 6 bulan tanpa makanan pendamping dan minuman lainnya seperti air gula, teh, dan sebagainya.

Bagi bayi dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik, mengandung antibody, ASI mengandung komposisi yang tepat, mengurangi kejadian karies dentis, memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi , ASI meningkatkan kecerdasan bayi, membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan mengisap mulut bayi pada payudara .

Bagi ibu sebagai kontrasepsi, aspek kesehatan ibu, aspek penurunan berat badan, aspek psikologi

Q. Manfaat Pemberian ASI Ekslusif 1. Bagi bayi

a. ASI merupakan sumber gizi sempurna

b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi

c. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang

2. Bagi ibu

a. Mengurangi resiko kanker payudara b. Metode KB paling aman

c. Kepraktisan dalam pemberian ASI d. Ekonomis

R. Teknik Menyusui yang Benar

Langkah-langkah menyusi yang benar 1. Cuci tangan sebelum menyusui

2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai 3. Membuka pakaian bagian atas

4. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting dan sekitar areola payudara

5. Meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu

6. Menenempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di depan, kepala bayi menghadap payudara

7. Memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus 8. Memegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

9. Menopang di bawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya 10. Merangsang membuka mulut bayi :

a. menyentuh pipi dengan puting susu b. menyentuh sudut mulut bayi

11. Setelah bayi membuka mulut (anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi)

12. Setelah bayi mulai menghisap, ibu tidak PERLU memegang atau menyangga payudara lagi

13. Memperhatikan bayi selama menyusui

14. Melepas isapan bayi (jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.

15. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya

16. Menyendawakan bayi :

Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10 – 15 menit) ATAU bisa juga dengan posisi Bayi ditengkurapkan dipangkuan ibu.

S. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar 1. Bayi tampak tenang

2. Badan bayi menempel pada perut ibu 3. Mulut bayi terbuka lebar

4. Dagu bayi menempel pada payudara

5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk

6. Bayi nampak mengisap kuat

7. Puting susu tidak terasa nyerisatelinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus

8. Kepala bayi agak menengadah T. Cara Memperbanyak ASI

1. Menyusui bayi setiap 2 jam pad pagi siang dan malam hari, dengan lama menyusi 10-15 menit disetiap payudara.

2. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah, dan duduklan selama menyusi

3. Pastikan bayi menyusu dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang aktif

4. Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis menyusi

5. Tidurlah berseblahan dengan bayi

Daftar Pustaka

Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Eisenberg, Arlene, dkk. 2007. Bayi pada Tahun Pertama : Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan. Jakarta : Arcan.

Indriyani, Diyan. 2016. Edukasi Postnatal Dengan pendekatan Family Centered Maternity Care (FCMC). Yogyakarta: Trans Medika

Lailiyana, dkk. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta : EGC. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2016. Jakarta.

Purwanti, Eni. 2012. Asuhan kebidanan Untuk Ibu Nifas. Jakarta: Cakrawala Ilmu

Simkin, Penny, dkk. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, & Bayi. Jakarta : Arcan.

Wahyuni, Sari. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita Penuntun Belajar Praktik Klinik. Jakarta : EGC.