• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARA PENGENDALIAN KEBISINGAN

Dalam dokumen IV. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMIKA (Halaman 30-35)

KEKUATAN SUARA

H. CARA PENGENDALIAN KEBISINGAN

Pada lingkuanga kerja, kebisingan yang terjadi tidak boleh menimbulkan kerugian pekerja maupun bagi masyarakat sekitar. Untuk meminimalkan efek kebisingan yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia. Menurut Peterson dalam Tampang (1999), bahwa upaya pengendalian kebisingan diantarannya sebagai berikut :

a) Pengendalian keteknikan, yaitu memodifikasi peralatan penyebab kebisingan, modifikasi proses dan modifikasi lingkungan dimana peralatan dan proses tersebut berjalan dengan bahan kontruksi yang tepat.

b) Pengendalian sumber kebisingan, yaitu dilakukan dengan subtitusi antar mesin, proses, dan material terutama penambahan penggunaan spesifikasi kebisingan pada masing-masing peralatan dan mesin lama maupun baru. c) Pengendalian dengan modifikasi lingkungan, bila radiasi kebisingan dari

bagian-bagian peralatan tidak dapat dikurangi maka dapat digunakan peredam getaran, rongga resonansi, dan peredam suara (isolator).

d) Alat Pelindung Diri (APD), yaitu menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT), misalnya earplugs, earmuffs, dan helmet. Alat-alat tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 25 dB sampai 50 dB.

Menurut Hutagalung (2007), permasalahan yang berkaitan dengan kebisingan dapat dikendalikan dengan melakukan pendekatan sistematik

dimana sistem perpindahan semua suara dipecah menjadi tiga elemen, yaitu sumber suara, jalur transmisi suara, dan penerimaan akhir. Metode yang umumnya digunakan untuk mengendalikan sumber suara kebisingan antara lain, yaitu menggunakan peralatan dengan tingkat kebisingan rendah, menghilangkan sumber kebisingan, melengkapi alat dengan insulasi, silencer (peredam sumber kebisingan), dan vibration damper (peredam sumber getaran). Jalur transmisi suara juga dapat dimodifikasi agar kebisingan berkurang dengan cara melakukan pengadaan penghalang dan absorpsi oleh peredam. Kebisingan juga dapat dikendalikan dengan memodifikasi elemen penerimaan akhir, yaitu dengan melakukan improvisasi sistem operasi, improvisasi pola kerja, dan penggunaan alat pelindung pendengaran.

Menurut McCormick dan Sanders (1987), untuk Alat Pelindung Diri (APD) terutama telinga terdapat dua tipe Alat Pelindung Telinga (APT), yaitu APT permanen (earmuffs, earplugs, dan headphone) dan APT tidak permanen (sumbat telinga seperti kapas kering atau basah dan glassdown). Menurut Sembodo (2004), selain sumbat telinga dan tutup telinga, untuk mengurangi kebisingan ada juga yang menggunakan helmet. Jika sumbat telinga mampu mengurangi kebisingan 8–30 dB dan tutup telinga 25–40 dB, sedangkan helm mampu mengurangi kebisingan 40–50 dB.

Selain hal-hal tersebut terdapat pengendalian kebisingan dengan memperhatikan kondisi kerja mesinya yang biasa disebut kontrol engineering. Kontrol engineering ini ditujukan pada sumber bising dan sebara kebisingan, misalnya :

a) Pemeliharaan mesin (maintenance), yaitu mengganti, mengencangkan bagian mesin yang longgar, memberi pelumas secara teratur, dan lain-lain. b) Mengurangi vibrasi/getaran dengan cara mengurangi tenaga mesin,

kecepatan putaran, atau isolasi.

c) Mengubah proses kerja, misalnya pukulan diganti dengan kompresi. d) Mengganti mesin bising tinggi ke mesin yang kurang bising.

e) Mengurani transmisi bising yang dihasilkan benda padat dengan menggunakan lantai berpegas, menggunakan bahan peredam suara pada didinding dan langit-langit kerja.

Selain cara pengendalian yang telah disebutkan di atas, terdapat cara pengendalian kebisingan yang lebih modern yaitu Active Noise Control (ANC). ANC adalah modifikasi medan bunyi, terutama penghilangan medan bunyi oleh alat elektro akustik. ANC adalah satu metoda elektronik yang dapat mengurangi atau memindahkan bunyi yang tak dikehendaki oleh suatu gelombang tekanan yang diproduksi dari amplitudo yang sama tetapi membalikkan bunyi yang tak dikehendaki. Ketika gelombang kebalikan yang dihasilkan secara elektronis ditambahkan kepada bunyi yang tak dikehendaki, akan terjadi penghilangan bunyi.

Metoda ANC semakin populer karena dapat memiliki berbagai macam kegunaan. Sebagai contoh ruang 3D, seperti daerah yang terdapat kehidupan dan sangat sulit untuk dicapai, atau seorang penumpang yang duduk di dalam pesawat terbang atau gerbong.

Dalam bentuk yang paling sederhananya, suatu sistem kendali yang mengatur suatu sumber suara untuk menghasilkan suatu medan bunyi yang dapat menyerang/menggangu bunyi. Sumber suara seperti itu disebut penghilangan/gangguan suara, dan hasilnya adalah tidak ada bunyi sama sekali. Dalam prakteknya tentu saja ANC sangatlah rumit.

ANC berbeda dari metode-metode yang lebih tradision atau yang lebih pasif untuk mengendalikan bunyi dan vibrasi yang tak dikehendaki. Contoh pengendalian kebisingan yang pasif, seperti isolasi/penyekatan, knalpot-knalpot, mengurangi vibrasi, menggunakan peredaman, pengendalian dengan penyerapan. Teknik-teknik pengendalian pasif bekerja lebih baik pada frekwensi pertengahan dan frekwensi tinggi. Tetapi perlakuan-perlakuan yang pasif akan sulit digunakan untuk frekwensi rendah. Ukuran dan massa dari perlakuan-perlakuan yang pasif biasanya bergantung pada perubahan gelombang akustik, membuat mereka lebih tebal dan lebih massif karena frekwensi yang lebih rendah. beban yang ringan dan ukuran yang kecil dari sistem yang aktif bisa menjadi manfaat yang penting.

Terdapat empat hal utama dalam ANC, yaitu :

1. Plant; sistem yang secara fisik harus dikendalikan; contohnya adalah headphone dan udara disekitarnya.

2. Sensor; mikrofon-mikrofon, akselerometer-akselerometer, atau

peranti-peranti lain yang dapat merasakan adanya gangguan dan memonitor seberapa baik sistem kendali itu sedang bekerja.

3. Actuator; peranti-peranti yang secara fisik mengubah hasil respon dari plant. Biasanya mereka adalah peranti-peranti electromechanical seperti

pembangkit-pembangkit suara atau vibrasi.

4. Controller; suatu pengolah sinyal (biasanya digital) yang memerintahkan actuator untuk melakukan apa yang harus dikerjakan. Pengendali dasarnya

adalah sinyal dari sensor, dan biasanya, di beberapa pengetahuan tentang bagaimana plant bereaksi terhadap actuator.

I. PROSES STAMPING

Pada proses proses produksi pembuatan komponen-komponen kendaraan, dari raw material sampai keluar menjadi barang jadi, material tersebut harus melewati berbagai tahapan proses. Salah satunya adalah proses pengepresan (stamping).

Pada dasarnya proses penekanan atau stamping mengunakan teknik tumbukan yaitu dengan menekan / menumbuk suatu material (blank material) pada suatu mesin menjadi bentuk yang diinginkan. Yang dimana mesin press adalah mesin yang menompang sebuah landasan dan sebuah penumbuk, sebuah sumber tenaga, dan suatu mekanisme yang menyebabkan penumbuk bergerak lurus dan tegak menuju landasanya. Untuk menghasilkan kualitas pengepresan yang baik, perlu adanya alat-alat pendukung dalam melakukan proses produksi.

Alat-alat pendukung mesin press antara lain adalah Dies. Dies merupakan suatu cetakan yang digerakan oleh mesin press untuk menekan bahan/material untuk menghasilkan barang yang sesuai dengan contoh. Proses pembengkokan dan pemotongan pada mesin press haruslah sesuai dengan standar yang ada di perusahan. Begitu juga pada saat pemasangan dies itu sendiri. Cetakan atau dies dapat digolongkan baik menurut jenis spesifikasi operasi mesin press maupun menurut jenis cetakannya. Penggolongan

sederhana yang mencakup jenis cetakan dari dies itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. PROSES PEMBENTUKAN

Proses pembentukan adalah proses dimana logam ditekan dengan tekanan yang besar sampai dengan batas kemampuan parts tersebut berubah bentuk seperti yang diinginkan. Dies dapat dikelompokan lagi menjadi :

a. Draw

Yaitu suatu proses pembentukan material. Draw ini merupakan proses awal pada mesin press/stamping sebelum dilanjutkan ke proses-proses berikutnya. Untuk proses draw ini bisa dilakukan untuk dua kali proses. b. Bending

Yaitu suatu proses penekukan part yang hanya dilakukan satu kali per

stroke.

c. Flange

Yaitu suatu proses penekukan material yang lebih dari satu pada setiap

stroke-nya.

d. Curling

Yaitu suatu proses pembentukan diameter. e. Burring

Yaitu suatu proses penekukan keliling pada bagian dalam lubang. f. Stamp

Proses yang dilakukan dalam stamp ini sama dengan Draw tetapi dalam

stamp sendiri tidak menggunakan cushion.

g. Bulge

Yaitu suatu proses pembesaran dari diameter pipa.

2. PROSES PEMOTONGAN

Proses pemotongan adalah proses dimana material dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan agar material tersebut dapat dikerjakan ke dalam proses berikutnya. Proses pemotongan ini dapat dikelompokan lagi menjadi :

a. Cutting

Yaitu suatu proses pemotongan material yang masih berbentuk lembaran (blank material)

b. Trim

Yaitu sutu proses pemotongan material pada bagian tepi. Biasanya proses ini adalah lanjutan dari proses sebelumnya seperti draw, stamp dan sebagainya.

c. Pierce

Yaitu suatu proses pembuatan lubang pada material. d. Cam Trim / Pierce

Sama seperti proses pierce tetapi pada proses ini pembuatan lubang yang dilakukan dari stamping material.

e. Separate

Yaitu suatu proses pemotongan pelat menjadi 2 bagian. f. Slit

Yaitu suatu proses penyobekan sebagian material. g. Nocthing

Yaitu suatu proses pemotongan sebagian material atau sebuah coakan kecil.

Dalam dokumen IV. TINJAUAN PUSTAKA A. ERGONOMIKA (Halaman 30-35)

Dokumen terkait