BAB V MERANCANG PENGELOLAAN KEGIATAN
B. Cara Penyediaan dan Penyiapan Alat/Bahan Praktek
Letakan benang sari Rhoeo discolor di bawah mikroskop mikroskop. Cabutlah sehelai rambut tangkai benang sari Rhoeo discolor dengan menggunakan pinset . Letakan pada kaca obyek yang telah ditetesi air, kemudian tutup dengan kaca penutup
2. Preparat sel hewan
Sediakan kaca obyek dengan setetes air, koreklah bagian dalam dari pipi anda dengan satu jari atau tusuk gigi yang bersih , perlahan-lahan sentuhlah sedikit material diujung jari pada tetesan air di atas gelas bjek, lalu tutup dengan kaca penutup
3. Preparat sayatan melintang batang, akar dan daun tumbuhan monokotil dan dikotil
Sayatlah dengan silet tajam batang bunga matahari, batang muda jagung, dan batang bunga mawar serta akar kecambah kacang merah serta jagung setipis mungkin. Letakan pada kaca obyek yang sudah bersih serta ditetesi anilin sulfat
Daun karet dan Rhoeo discolor . Selipkan sepotong daun karet pada empulur batang pohon singkong atau gabus yang telah dibelah ujungnya. Kemudian buat irisan melintang setipis mungkin dari daun tersebut beserta empulurnya. Letakan irisan di atas gelas obyrek yang telah ditetesi anilin sulfat selanjutnya tutup dengan kaca penutup .
Buatlah sayatan sayatan permukaan bawah daun Rhoeo discolor . Cara pengerjaan nya seperti pada daun karet.
4. Preparat segar epitel berlapis tunggal pipih
Ambil seekor katak (Rana cancrivora) . masukkan ke dalam botol yang telah berisi kapas yang ditetesi eter. Diamkan sampai katak mati jepit dengan pinset bagian kulitnya dan gunting .
Rendamlah guntingan tersebut dalam air selama 5 menit. Selaput yang terapung diambil dan letakan di atas kaca objek yang telah ditetesi air.
5. Preparat tulang rawan
Ambil paha katak yang telah dimatikan pada percobaan diatas. Irislah bagian bonggol tulang paha tersebut setipis mungkin , kemudian letakan pada kaca objek yang telah ditetesi air, laluntutup dengan kaca penutup.
6. Cara mengawetkan specimen hewan
a. Hewan Invertebrata dimasukkan ke dalam botol koleksi yang telah diisi dengan spriritus 2,5%. Bila menginginkan tidak
berwarna gunakan alcohol 70% atau formalin 2%
( 98 ml aguades + 2 ml formalin 4%) kemudian botol koleksi ditutup rapat
b. Hewan vertebrata bagian perutnya harus diiris dari anus ke mulut agar zat pengawet masuk meresap ke tubuh bagian dalam Kemudian celupkan dalam formalin 4% - 10%, agar tidak kaku untuk praktikum alcohol 70%
c. AweAwetan kering
Serangga dibunuh dengan obat pembunuh serangga . Serangga ditusuk dengan jarum pentul pada bagian toraks atau aabdomen, lalu ditancapkan pada gabus atau plasticbusa untuk
diangin-angkinkan hingga kering , setelah kering disimpat dalam botol dan diberi kapur barus
d. Pengawetan basah
Masukkan tumbuhan pada botol koleksi yang berisi formalin 4%
Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laboratorium dapat berupa bahan kimia, han alami (berupa benda dan makhluk hidup).
Bahan kimia yang berbahaya dengan ciri mudah terbakar, mudah meledak, korosif dan beracun. Contoh bahan kimia berbahaya seperti asam khlorida, asam sulfat dan asam phosphat. Bahan kimia di
laboratorium IPA berdasarkan sifat zat yang sesuai dengan simbolnya meliputi kelompok:
1. Bahan yang mudah terbakar, seperti alkohol (C2H5OH), eter, spiritus dan belerang.
2. Bahan yang mudah menguap, seperti eter, alkohol dan spiritus 3. Bahan yang tidak berbahaya, seperti amilum (tepung/pati), glukosa, sukrosa (gula
pasir), air dan minyak.
4. Bahan untuk reaksi kimia, seperti reagen biuret, reagen Fehling A dan Fehling B,
larutan lugol, larutan iodium dan reagen Bennedict.
Bahan dari makhluk hidup yang digunakan di laboratorium Biologi, digunakan untuk:
1. Bahan yang diuji, seperti bahan makanan, bagian tumbuhan (bunga, daun, buah, batang dan akar), bagian hewan (bulu, rambut, tulang, darah dsb), mikroorganisme (bakteri, ganggang, jamur, kultur Amoeba proteus dsb)
2. Bahan yang digunakan untuk menguji, seperti kunyit, bunga sepatu dan kulit anggur sebagai bahan indikator asam-basa.
Berdasarkan sifat kimianya bahan-bahan kimia digolongkan menjadi :
Bahan Mudah Terbakar
Bahan terbakar dapat berwujud gas, cair yang mudah menguap atau bahan padat yang dalam bentuk debu dapat meledak (terbakar) jika tercampur atau terdispersi dengan udara.
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1. Mudah menguap atau volatik
2. Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi normal 3. Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika dibandingkan dengan
Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan lainnya sebanding dengan naiknya suhu. Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat sehingga sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan indicator gas yang mudah terbakar. Sebahagian besar uap lebih berat daripada udara sehingga cenderung ada dipermukaan lantai. Uap cairan yang mudah terbakar mudah berdifusi sehingga seluruh mangan menjadi berbahaya.
Bahan- bahan kimia mudah terbakar dapat berupa : 1. Pelarut dan pereaksi Organik
Seperti Asetaldehid, Asam Asetat, Aseton, Benzen, Karbon difulfida, Etil Alkohol, Eter, Etil Asetat, Etil Alkohol, Petroleum Eter, Isopropil Alkohol, Taluen,Xylen.
2. Bahan Anorganik
Bila terjadi kebakaran logam Alumunium, magnesium dan Zinkum (seng) dalam keadaan murni jangan gunakan pemadam berisi api tetapi gunakanlah serbuk pemada
Fosfor kuning, akan terbakar bila berhubungan dengan udara. Simpan dalam air dan control selalu permukaan airnya karena permukaan air akan menurut akibat penguapan.
Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air, simpan didalam minyak paraffin. Kontrol permukaan minyak paraffin tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh bahan diantaranya Natrium Clorida (garam dapur), Asam klorida, asam sulfat, Natrium hidroksida, Kalium hidroksida,dll.
Bahan Pengoksidasi
Bahan –bahan ini dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi jika kontak langsung dengan bahan lain khususnya dengan bahan mudah terbakar.
Misalnya bahan-bahan pengoksidasi. Contoh : Chlorat,Perchlorat, Khlorin, Fluorin dan Iodin yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi tertentu) dikelompokkan menjadi bahan pengoksisdasi.
Peroksida dalam bentuk murni sehingga menimbulkan ledakan tapi karena bahan ini umumnya tak tersedia kecuali di campurkan dengan bahan inert/netral dalam persentase kecil maka sering dianggap mudah terbakar .
Asam perchlorat (HCL4) berbahaya karena menimbulkan ledakan jika kontak dengan bahan organic . Asam perchlorat tak boleh digunakan diatas meja kayu, botol yang digunakan harus dari gelas dan jika tercemar harus segera dibuang.
Bahan Beracun (toksik)
Bahan beracun yang terhisap dapat mengakibatkan :
1. Asfiksi (kesulitan bernafas) dan menyebabkan defisiensi O2. Misalnya : Nitrogen, Hidrogen dan CO2
2. Iritasi, yang dapat melukai saluran pernapasan dan paru paru Misalnya : Ammonia, Hidrogen Klorida, glas Klor, gas bromine dan Hidrogen Sulfida serta uap logam berat seprti Air Raksa dan Timbal 3. Bahan bahan yang beracun lainnya adalah yaitu Alinin, Benzen,
Bromin, chlorine, Hidrogen peroksida, Iodium, Asam Nitrat, Phenol Sulfur dioksida, logam-logam , Mercury perak ,timah dan sebagainya.
Cara menyimpan bahan laboratorium
.Cara menyimpan bahan laboratorium IPA dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-masing bahan harus diketahui sebelum
melakukan penyimpanan, seperti:
a. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan
dalam botol plastik.
b. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan
dalam botol kaca.
c. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan
dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak
mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol
d. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah
dari bahan lainnya.
e. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat
pula menggunakan botol berkran.
Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi
f. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.
Pembuatan bahan Kimia 1. Pereaksi Umum
Larutan perekasi adalah larutan yang digunakan sebagai bahan untuk berlangsungnya suatu reaksi. Contoh H2SO4 dan NaOH
2. Pereaksi khusus
Larutan pereaksi khusu adalah larutan yang digunakan untuk menguji adanya zat=zat tertentu.
a. Pereaksi Benedict
Digunakan untuk mengetahui adanya gula reduksi seperti glukosa, fruktosa dan maltosa
Pembuatannya :
Latutan 1 .Larutkan 173 g Natrium sitrat dan 100 g Natrium karbonat dalam 500 ml air hangat. Aduk kemudian disaring. Ambinl hasil saringan genapkan sampai volume 850 ml.
Larutan 2. Larutkan 17.3 g Kuprisulfat dalam 100 ml air dan genapkan sampai 150 ml
Tuangkan larutan 1 ke dalam gelas kimia lalu tambahkan larutan 2 secara hati-hati sambil diaduk, kemudian genapkan volume 1 liter.
Digunakan untuk mengetahui adanya amilum Pembutannya :
Larutkan 10 g KI dalam 1 liter air, kemudian tambahkan 2.5 g iodium (I2) dan aduk
c. Pereaksi Milon
Digunakan untuk mengetahui adanya protein Pembuatannya :
Larutkan 10 g Merkuri (Hg) dalam 20 ml asam nitrat pekat (dilakukan di udara terbuka atau ruang asam). Bila telah larut dan tidak timbul asap coklat lagi encerkan dengan 60 ml air. Tuangkan cairan bagian atas dan simpan dalam botol bertutup gel
Setelah praktikum dengan menggunkan bahan kimia maka alat harus dibersihan , ada beberapa cara untuk membersihan alat-alat .
Alat dari gelas : dengan larutan detergen
Pembutan : 20 g serbuk detergen + 1 liter air serta + 3 -10 ml asam nitrat pekat
Penggunaan : Encerkan 20 ml larutan dengan air sampai 1 liter
Menghilangkan noda pada alat-alat kaca
Noda warna Larutan yang digunkan
Belerang Kuning Amonium Sulfida Besi Kuning Asam klorida pekat Yodium Kuning/cokl
at
Natrium tiosulfat
Kerak karbon hitam Campuran 3 g trinatrium fosfat dan 3 g natrium oleat dlm 100 ml air
Kerak putih 5% natrium metasilikat dalam air
Tulisan yg tidak dapat dihapus
Contoh 1.
Penentuan Kadar Cemaran Besi pada Perairan dengan Metode Spektrofotometri
A. Tujuan
Menentukan kadar cemaran besi pada perairan menggunakan spektrofotometer sinar tampak
B. Alat dan Bahan Alat :
- Spectronic Genesys 20
- Pipette Volume 10 mL 3 buah - Labu takar 10 mL 7 buah
- Beker glass 100 mL 1 buah
- Pengaduk Kaca 1 buah
Bahan :
- Larutan 10 ppm Fe, (10 ppm Fe dalam 1M HNO3) - Larutan KCNS 2 x 10-3 M
- HNO3 1 M - Aquadest C. Cara Kerja
1) Pembuatan kurva kalibrasi Fe
- Siapkan 6 buah labu takar 10 mL, kedalamnya masukan larutan Fe 10 ppm masing masing sebanyak 0 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL; 5 mL
- Kedalam masing-masing labu takar ditambahkan 1 mL HNO3 1M
- Kemudian ditambahkan 2 mL KCNS 2 x 10-3 M kedalam masing-masing labu
- Masing-masing ditambahkan aquadest hingga tanda batas - Ukur Absorbansi dari masing-masing larutan dengan
spec-tronic genesys 20 pada panjang gelombang 480 nm.
2) Penentuan konsentrasi Fe pada sampel
- Siapkan 1 buah labu takar 10 mL, kedalamnya masukkan sampel sebanyak 5 mL
- Tambahkan 1 mL HNO3 1 M, kemudian ditambahkan 2 mL KCNS 2 x 10-3 M dan diencerkan dengan aquqdest sampai tanda batas
- Ukur Absorbansi dengan spectronic genesys 20 pada pan-jang gelombang 480 nm.
- Ulangi cara kerja di atas sebanyak 3 kali.
D. Lembar Pengamatan
Pembuatan kurva kalibrasi larutan KIO3 Labu ke Fe 10ppm KCNS 2 x 10 -3 M HNO3 1M Aquadest Absorbansi 1 0 mL 2 mL 1 mL 7 mL
2 1 mL 2 mL 1 mL 6 mL
3 2 mL 2 mL 1 mL 5 mL
4 3 mL 2 mL 1 mL 4 mL
5 4 mL 2 mL 1 mL 3 mL
6 5 mL 2 mL 1 mL 2 mL
Penentuan konsentrasi Fe dalam sampel Samp
el
KCNS 2 x 10-3
M HNO3 1M H2O Absorbansi
5 mL 2 mL 1 mL 2 mL
E. Perhitungan
Buat kurva hubungan konsentrasi [Fe] versus absorbansi
Labu ke ppm[Fe] Absorbansi 1 2 3 4 5 6
Plotkan absorbansi dari sampel ke dalam kurva agar diperoleh besaran konsentrasinya.
Contoh 2.
Penentuan Kadar Ca dan Mg Dalam Air Minum dengan ASS A. Tujuan
Menentukan kadar Ca dan Mg yang terkandung dalam air minum kemasan
B. Alat dan Bahan Alat :
- Labu takar 100 mL 1 buah - Pipet volume 10 mL 4 buah
- Ballpipette 1 buah - Beker glass 100 mL 1 buah
- Spektrofotometer Serapan Atom (Aanalyst 100) Bahan :
- Larutan Baku Ca 500 ppm (1,249 gram calsium carbonate dalam 1L HCl 10%)
- Larutan kerja Ca 10 ppm
- Larutan Baku Mg 1000 ppm (1,00 gram pita magnessium dalam 1L HCl 1%)
- Larutan kerja Mg 10 ppm - Demineralize Water C. Cara Kerja
1) Pembuatan kurva kalibrasi Ca
- Siapkan 5 buah labu takar 10 mL, kedalamnya masukan larutan Ca 10 ppm masing-masing sebanyak 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL; 5 mL
- Masing-masing diencerkan dengan demineralise water hingga tanda batas
- Ukur Absorbansinya pada panjang gelombang 422,7 nm menggunakan AAS
- Gunakan demineralise water sebagai blanko 2) Pembuatan kurva kalibrasi Mg
- Siapkan 5 buah labu takar 10 mL, kedalamnya masukan larutan Mg 10 ppm masing-masing sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL; 0,4 mL; 0,5 mL
- Masing-masing diencerkan dengan demineralise water hingga tanda batas
- Ukur Absorbansinya pada panjang gelombang 285,2 nm menggunakan AAS
- Gunakan demineralise water sebagai blanko 3) Penentuan kadar Ca dan Mg
- Pipette 10 mL sampel masukkan dalam labu takar 100 mL, tambahkan demineralise water hingga tanda tera. - Ukur absorbansinya dengan AAS. Ulangi sebanyak 3 kali
Catatan: Jika nilai absorbansinya melebihi absorbansi
standart, encerkan sedemikian rupa sehingga absorbansinya masuk dalam range.
D. Lembar Pengamatan Penentuan kurva kalibrasi Ca Labu
ke Ca 10ppm Demineralisewater Absorbansi
1 1 mL 9 mL
2 2 mL 8 mL
3 3 mL 7 mL
4 4 mL 6 mL
5 5 mL 5 mL
Penentuan kurva kalibrasi Mg Labu
ke Mg 10ppm Demineralisewater Absorbansi
1 0,1 mL 9,9 mL
2 0,2 mL 9,8 mL
3 0,3 mL 9,7 mL
4 0,4 mL 9,6 mL
5 0,5 mL 9,5 mL
Penentuan kadar Ca dan Mg dalam air minum Loga
m Sampel Demineralisewater Absorbansi
Ca 10 mL 90 mL
Mg 10 mL 90 mL
E. Perhitungan
Kurva kalibrasi antara konsentrasi Ca dan Absorbansi Plotkan absorbansi dari sampel Ca ke dalam kurva agar diperoleh besaran konsentrasinya.
Kurva kalibrasi antara konsentrasi Mg dan Absorbansi Plotkan absorbansi dari sampel Mg ke dalam kurva agar diperoleh besaran konsentrasinya.
Amin, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiri. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur-Balitbang Depdiknas.
Erwanti Novia. 2010. Pentingya Mengelola Laboratorium Sekolah. Dinas Pendidikan Kota Padang. Sumber: http://disdik.padang.go.id (diunduh, 6 Juni 2012).
Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching, 5th Edition. Boston : Allyn & Bacon.
Kholil, Anwar, 2009. Hakikat Pembelajaran IPA. file:///E:/hakikat-pembelajaran-ipa.html
Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking. California: Wadsworth, Inc.
Made Alit, dkk. 2011. Prosedur Pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah. P4TK IPA Bandung.
Margono, Hadi. 2000. Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Press.
Permendiknas No. 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Pengelola Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Peermendiknas no 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Permendiknas no 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/Mi, SMP/MTs. dan SMA/MA.
Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: IKIP Malang (UM) Press.
Van den Berg, E. and Giddings, G.J. 1992. Laboratory Practical Work: An Alternative View of Laboratory Teaching. Monograph. Curtin University of Technology, Western Australia, Science and Mathematics Education Centre
PENANGGUNGJAWAB:
Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.
(Dekan FMIPA UNNES)
PENGARAH:
Dr. Edy Cahyono, M.Si.
PENYUSUN:
Tim Instruktur Diklat Kepala Laboratorium IPA
1. Parmin, M.Pd.
2. Drs. Kasmui, M.Si.
3. Dra. Aditya Marianti, M.Si.
4. Drs. Sigit Priatmoko, M.Si.
5. Sunarno, M.Si.
6. Dra. Lina Herlina, M.Si.
7. Agung Tri Prasetyo, M.Si.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... ii
Daftar Isi ... iii
BAB I MENERAPKAN GAGASAN, TEORI DAN PRINSIP KEGIATAN LABORATORIUM... 1
A. Peran Strategis Laboratorium di Sekolah ... 1
B. Penerapan Gagasan, Teori dan Prinsip Kegiatan Laboratorium ... 2
BAB II MEMBAGI TUGAS TEKNISI DAN LABORAN DI LABORATORIUM SEKOLAH ... 7
A. Standar Tenaga Laboratorium Sekolah ... 7
B. Perlunya Standar Tenaga Laboratorium Sekolah ... 8
C. Kualifikasi Kepala, Laboran dan Teknisi Laboratorium Sekolah ... 9
BAB III KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM IPA ... 20
A. Laboratorium dan Keselamatan Kerja di Laboratorium 21 B. Tugas Guru untuk Menjaga Keselamatan Siswa di Laboratorium ... 25
BAB IV PEMANFAATAN LABORATORIUM UNTUK PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN ... 27
A. Pendahuluan ... 27
B. Pengertian dan Fungsi Laboratorium ... 27
C. Pengelolaan Laboratorium ... 29
D. Standar Ruang Laboratorium IPA ... 31
E. Pembelajaran IPA Berbasis Laboratorium ... 32
F. Penelitian Berbasis Laboratorium ... 34
BAB V MERANCANG PENGELOLAAN KEGIATAN LABORATORIUM IPA DI SEKOLAH ... 39
A. Pendahuluan ... 39
B. Merancang Pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah . 39 BAB VI PENGELOLAAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM IPA ... 48
A. Pendahuluan ... 48
B. Cara Penyediaan dan Penyiapan Alat/Bahan Praktek . . 50
DAFTAR PUSTAKA ... 61 Lampiran-Lampiran
71 ii