• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARE UNIT (ICU) a) Petunjuk Umum :

Dalam dokumen Contoh Kebijakan Ppi (Halaman 36-44)

 Hand Hygiene (Kebersihan Tangan)

Kebersihan tangan yang sering merupakan salah satu cara yang paling penting sebagai ukuran pengendalian infeksi di Rumah sakit. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah merawat pasien atau menangani peralatan medis yang digunakan oleh pasien. Tangan juga harus dicuci jika terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien, sebelum melakukan tindakan invasive, sebelum dan setelah melepas sarung tangan, sebelum memulai kerja dan setelah tugas kerja selesai, setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

 Sarung tangan

Untuk melindungi staff ICU, sarung tangan harus digunakan jika akan kontak dengan cairan tubuh lainnya dan sarung tangan harus dilepas setelah selesai melakukan perasat untuk meminimalkan terjadinya kontaminasi silang, kemudian segera lakukan kebersihan tangan.

 Konsultasi

dijadikan sebagai narasumber dalam melakukan surveilans dan pengkajian pengendalian infeksi di ICU. Disamping itu tim PPI juga harus menetapkan dan melakukan monitoring

37

terhadap prosedur sterilisasi dan desinfeksi terhadap peralatan yang digunakan di ICU , juga terhadap penanganan bila terjadi luka tertusuk jarum.

b) Prosedur Invasive

 Jika prosedur invasive digunakan sebagai pilihan untuk menyelamatkan jiwa pasien dan sangat bermanfaat dalam penanganan pasien, maka prosedur pengendalian infeksi sebagaimana dijelaskan di atas dapat diabaikan.

 Prosedur invasive harus dilakukan dengan menerapkan teknik aseptik. Teknik aseptik harus diterapkan untuk semua prosedur invasive dan penggantian balutan perlu memakai sarung tangan steril. Dalam situasi emergency dimana prosedur yang dilakukan tidak cukup baik dalam teknik aseptik, maka seperti penggantian kateter urine, iv kateter yang mungkin dapat terkontaminasi maka sebaiknya diganti setelah kondisi pasien stabil.

 Kanulasi pembuluh darah

Bagian yang dipasang kanulasi merupakan tempat masuknya

mikroorganisme ke dalam jaringan subkutan dan sirkulasi darah yang sangat potensial. Oleh karena itu staff yang akan melakukan

pemasangan kanulasi harus terlebih dahulu melakukan kebersihan tangan dan memakai sarung tangan serta tindakan mendisinfeksi kulit sebelum pemasangan kanulasi.

 Kanulasi vena sentral

Pemasangan kanulasi vena sentral harus dilakukan dengan

menerapkan teknik aseptik termasuk memakai sarung tangan steril, melakukan persiapan kulit yang akan ditusuk dengan antiseptik dan memasang doek steril pada area yang telah disiapkan. Cari bagian yang mempunyai risiko yang rendah sepertisubclavicula, internal jugularis.

 Penggantian kanulasi

Kanulasi intravena harus diganti secara reguler ( 72 jam).

38

menggunakan jas operasi, sarung tangan steril, masker dan doek steril. Penggantian posisi kanulasi umbilical kateter dilakukan tidak melebihi 5 – 7 hari.

c) Peralatan

Tingkat sterilitas yang benar, desinfektan dan dekontaminasi harus dilakukan pada semua perlatan yang akan digunakan. Setiap pasien harus mempunyai peralatan sendiri-sendiri dan bisa dipakai ulang atau menggunakan alat yang sekali pakai.

 Item sekali pakai

Item yang sekali pakai seperti peralatan airway yang kontak langsung dengan saluran pernafasan seperti ETT dan airway, canule suction dimana dari manufakturnya telah diberi label sekali pakai, maka tidak boleh dipakai ulang atau didaur ulang.

 Item yang dapat dipakai ulang

Item yang dapat dipakai ulang harus dilakukan dekontaminasi dan disinfeksi yang benar sebelum digunakan kembali dan apabila prosedur yang akan dilakukan melibatkan bagian tubuh yang steril, maka peralatan tersebut harus dalam keadaan steril.

 Circuit Ventilator

Untuk setiap pasien, breathing circuit, humidifier harus diganti setiap 5-7 hari atau dapat diganti jika kotor, circuit dapat dilindungi dengan posisi filter yang benar, sedangkan bacterial filter dipakai satu pasien satu bacterial filter.

d) Suplai

 Area penyimpanan

Item yang bersih dan steril tidak boleh disimpan dalam area yang sama.Lokasi atau ruangan terpisah harus digunakan untuk area bersih dan kotor.

 Item steril

Semua item yang telah steril harus disimpan di area yang bersih dan kering. Jika bungkusan steril mengalami kerusakan atau bocor, maka

39

kemasan tersebut dinyatakan tidak steril lagi dan item didalamnya tidak boleh digunakan. Pengecekan item steril pada stok steril harus dilakukan secara reguler. Semua item steril harus dicek keutuhan kemasannya sebelum digunakan (dibuka).

e) Pengelolaan Linen

 Linen kotor adalah merupakan sumber kontaminasi mikroorganisme yang signifikan linen kotor saat penggantian linen (oleh karena itu penggantian linen tidak boleh dilakukan dengan mengibaskan linen ke udara).

 Linen disimpan di tempat yang bersih, kering dan tertutup untuk mencegah kontaminasi kuman dari udara. Jika linen bersih tidak jadi digunakan, maka tidak boleh disimpan di area penyimpanan stok linen ruangan, tetapi harus dikembalikan ke laundry untuk dicuci ulang.

 Tidak boleh meletakkan linen kotor di lantai, di kursi atau di meja. Linen kotor dimasukkan ke dalam kantong plastik trolly linen kotor yang telah tersedia. Trolly linen yang digunakan untuk mengangkut linen kotor tidak boleh digunakan untuk membawa linen bersih.

f) Obat-obatan

 Obat-obatan harus disiapkan dengan menggunakan teknik tanpa sentuhan, obat-obat parenteral harus disiapkan secara aseptik menggunakan spuit dan jarum steril. Cairan intravena dan cairan irigasi steril harus diberi label tanggal, waktu dibuka dan dibuang setelah 24 jam (jika setelah dibuka dan tidak digunakan lagi).

 Antibiotika

Pemberian antibiotika pada pasien ICU yang tidak memperhatikan pola sensitivitas kuman akan memberikan andil terjadinya KLB infeksi serius dengan konsekuensi yang fatal. Adanya kebijakan penggunaan antibiotika di rumah sakit akan lebih rasional dalam pemberiannya dan merupakan keputusan yang dapat diterima secara hukum dibandingkan mereka yang tidak mempunyai kebijakan tentang pemberiaan antibiotika yang benar.

40

Karena adanya potensi terjadi infeksi silang, maka penggunaan vial untuk multi dose dan ampul untuk pasien lebih dari satu sangat tidak dianjurkan diterapkan di RS Panti Rahayu, oleh karena itu isi vial atau ampul hanya digunakan oleh satu pasien saja dengan alternatif lainnya yaitu dengan memisahkan isi vial ke dalam beberapa spuit steril, beri tanggal dan jam buka vial pada spuit dan disimpan dalam lemari pendingin obat untuk selama 24 jam.

g) Faktor Pasien dan Petugas

 Isolasi

Setiap pasien yang dicurigai atau dinyatakan mempunyai penyakit menular, maka harus ditempatkan terpisah dari pasien lain (kamar isolasi).

 Hygiene

Pasien yang dirawat di ICU secara rutin harus dilakukan personal hygiene dengan baik. Dengan melakukan personal hygiene yang baik akan mencegah terjadinya infeksi silang dan memberikan kesegaran dan mengurangi stres bagi pasien.

 Petugas

Semua staff yang bertugas di ICU harus memakai seragam yang bersih. Staf ICU tidak diperbolehkan memakai perhiasan termasuk cincin kawin saat mereka tugas, hal ini karena potensial menyebarkan kuman atau mengakibatkan kolonisasi kuman. Staf yang diketahui mengidap penyakit menular baik melalui pembuluh darah maupun melalui udara harus berobat dan melaporkan ke supervisor.

h) Pengendalian lalu lintas di ICU

 Dalam kasus tertentu pengunjung harus dibatasi sesuai dengan keperluannya, hal ini untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pasien. Jika pasien dirawat di kamar isolasi ICU, maka pengunjung harus diberi penjelasan untuk menerapkan kewaspadaan standar termasuk pengunaan APD, dan anak-anak di bawah umur tidak boleh masuk ke dalam ICU, khusus untuk bayi pengunjung yang diperbolehkan hanya orang tua.

41

 Pengunjung wajib melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah mengunjungi pasien ICU.

 Pengunjung tidak perlu memakai baju ganti pada saat mengunjungi pasien di ICU.

i) Pengendalian Lingkungan

 Penanganan sampah

penanganan dan pembuangan sampah harus sesuai dengan kategori sampah (klinis dan non klinis)

tempat yang telah disediakan (sharp container).

harus dibuang ke dalam kantong sampah warna kuning.

 Suhu dan kelembapan udara

Pengecekan suhu dan kelembapan udara harus dilakukan setiap hari.

 House Keeping

menggunakan kain pel dan desinfektan, dilakukan 2x sehari atau sewaktu-waktu.

pasien

29. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI POLI KLINIK GIGI

a) Jalur utama penyebaran mikroorganisme pada praktek dokter gigi adalah melalui :

 Kontak langsung dengan luka infeksi atau saliva dan darah yang terinfeksi

 Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi

 Percikan darah, saliva atau sekresi nasofaring langsung pada kulit yang terluka maupun utuh atau mukosa

42

b) Semua pasien yang datang harus dianggap carrier dari mikroorganisme patogen.

 Evaluasi pasien : mengetahui riwayat kesehatan yang lengkap

 Perlindungan diri :

merawat pasien, hindari kontak dengan mata, hidung, mulut dan rambut serta hindari memegang luka atau abrasi.

Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester kedap air.

dengan chlorhexidine 2 %.

 Dokter gigi memakai baju praktek yang bersih dan berlengan pendek.

 Dokter gigi dan perawat gigi harus menggunakan :

memeriksa pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan, sarung tangan steril digunakan pada saat melakukan tindakan bedah, sarung tangan rumah tangga digunkan pada saat membersihkan alat/permukaan kerja atau bila menggunakan bahan kimia.

yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang gigi.

nginfeksi saluran pernafasan atas maupun bawah.

c) Sterilisasi instrumen :

-alat harus dibersihkan terlebih dahulu dari debris organik, darah dan saliva

sterilisasi dilakukan di CSSD

instrumen hanya boleh dibuka segera sebelum digunakan, apabila dalam waktu 1 bulan tidak digunakan harus disterilkan ulang.

d) Menutupi pegangan lampu, tombol-tombol pada unit gigi, baki instrumen, ujung alat three way syringe, saliva ejector, ujung alat tambalan sinar,

43

sandaran kepala dengan plastik, alumunium foil sekali pakai untuk tiap pasien.

e) Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, penutup permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh ke dalam tempat sampah infeksius sedangkan benda tajam seperti jarum atau pisau scalpel dimasukkan ke dalam tempat sampah benda tajam.

f) Berkumur antiseptic sebelum tindakan kedokteran gigi, efektif mereduksi jumlah oral mikroorganisme rongga mulut

30. PERBANDINGAN DATA DASAR INFEKSI (BENCHMARKING)

a) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan secara internal (antar unit) maupun eksternal (dengan Rumah Sakit lain yang sejenis atau dengan praktik terbaik / bukti ilmiah yang diakui).

b) Perbandingan data dasar infeksi dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi setiap bulan (benchmarking internal) dan setahun sekali (benchmarking eksternal).

c) Rumah sakit yang menjadi mitra dalam benchmarking eksternal adalah rumah sakit lokal / nasional yang setara maupun organisasi kesehatan internasional yang terbukti memiliki praktik terbaik secara ilmiah.

d) Hasil perbandingan dianalisa, ditindaklanjuti dan dilaporkan kepada Direksi secara tertulis dalam bentuk laporan bulanan PPI (benchmarking internal) dan laporan surveilans tahunan (benchmarking eksternal).

e) Hasil perbandingan data dasar infeksi internal maupun eksternal dikoordinasikan dalam rapat tim pokja PPI setiap 3 bulan sekali.

44 31. Risk Management PPI

a) Setiap gugus tugas melakukan pengkajian risk PPI di masing-masing ruangan.

b) Pengkajian didasarkan pada management risk.

c) Dilakukan analisis risk management PPI oleh IPCN bersama komite PPI.

d) Komite PPI menetapkan hasil analis untuk dijadikan program kerja PPIRS panti rahayu.

e) Risk PPI juga terkait kejadian KLB

Purwodadi, 10 Februari 2014 Ketua Komite PPI RSPR

(dr. Suhartono, SpAN.MsC)

Dalam dokumen Contoh Kebijakan Ppi (Halaman 36-44)

Dokumen terkait