ANAMNESIS : Heteroanamnesis
KELUHAN UTAMA : Nyeri Perut Kanan Atas ANAMNESIS TERPIMPIN :
Nyeri dialami sejak 10 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan dirasakan tembus sampai ke belakang. Nyeri dirasakan bertambah pada saat batuk atau saat ditekan dan nyerinya berkurang dengan posisi membungkuk.
ANAMNESIS SISTEMATIS :
Mual (-) muntah (-) nyeri ulu hati (-). Demam (+) dialami sekitar 10 hari terakhir sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul, menggigil (-), dan turun dengan obat penurun panas. Batuk (-) sesak napas (-) nyeri dada (-). Nafsu makan mnurun sejak pasien sakit.
BAK : lancar, warna kuning muda
BAB : lancar, warna kuning/coklat, lendir (-), darah (-) RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA :
Riwayat DM (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat sakit kuning sebelumnya (-)
23
Riwayat BAB encer sebelumnya (+) dialami sekitar 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit selama 3 hari ; lendir (+) darah (+)
Riwayat konsumsi alkohol (+) , jenis ballo, sejak ± 10 tahun yang lalu, 1 – 2 botol/hari
Riwayat merokok > 20 tahun
Riwayat minum ramu-ramuan/jamu (-)
Riwayat konsumsi obat anti nyeri (-) PEMERIKSAAN FISIK : Status Present : SS/GK/CM BB = 44 kg; TB = 158 cm; IMT = 17,62 kg/m2 Tanda Vital : TD = 110/70 mmHg; N = 92 x/i; P = 24 x/i; S = 37,9 oC Kepala :
Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterus, bibir tidak sianosis Mulut :
Tidak ditemukan bercak – bercak putih pada rongga mulut Leher :
Tidak didapatkan massa tumor, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening maupun kelenjar gondok. DVS R-2 cmH2O.
Thoraks :
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, ikut gerak napas, bentuk normochest, penggunaan otot bantu pernapasan (-)
Palpasi : Tidak ada massa tumor, tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus simetris kiri dan kanan.
Perkusi : Sonor kedua lapangan paru, batas paru hepar sela iga V anterior dextra.
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/- Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tampak di ICS V linea medioklavikularis sinistra Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea medioklavikularis sinistra
24 Perkusi : Pekak, batas jantung kesan normal (batas jantung kanan terletak
pada linea sternalis kanan, batas jantung kiri sesuai dengan ictus cordis terletak pada sela iga 5 – 6 linea medioklavikularis kiri) Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, bunyi tambahan (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : MT (-) NT(+) regio hipochondrium dextra
Hepar teraba ± 3 jari di bawah arcus costa, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul
Lien tidak teraba Perkusi : Tympani Ekstremitas : Edema (-)/(-) Diagnosis Sementara: Abses hepar Kolesistitis akut Hepatoma Penatalaksanaan Awal : Diet lunak IVFD NaCl 0,9% 20 tpm Metronidazole 0,5gr/8jam/IV Sistenol 3 x 500 mg Rencana Pemeriksaan : USG Abdomen Foto Thorax PA Darah rutin Urin rutin
SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, gula darah sewaktu, bilirubin total, bilirubin direk, albumin, alkali fosfatase, LED, PT, aPTT
25 Pemeriksaan Laboratorium:
Jenis Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan
01/10/2011 04/10/2011 07/10/2011 10/10/2011 DARAH RUTIN WBC 21,07x103/uL 12,98x103/uL RBC 3,67x106/uL 4,03 x106/uL HGB 10,5 g/dL 11,3 g/dL HCT 33,0% 36,6% MCV 89,9 fL 90,8 fL MCH 28,6 pg 28,0 pg MCHC 31,8 g/dL 30,9 g/dL PLT 384x103/uL 317x103/uL Kesan -Leukositosis -Anemia normositik normokrom -Leukositosis KIMIA DARAH SGOT 58 u/l SGPT 44 u/l Ureum 34 mg/dl Kreatinin 0,6 mg/dl Bil.total 0,39 mg/dl Bil. Direk 0,20 mg/dl DM GDS 102 mg/dl GDP HbA1c Lain-Lain Na 138 mol/l K 3,7 mmol/l Cl 110 mmol/l Analisa Feses Makroskopik : Warna Kuning Konsistensi Padat Darah (-) Lendir (-) Mikroskopik : Lekosit (-) Eritrosit (-) Telur cacing Tdk ditemukan
26
Amoeba (-)
Lain-lain (-)
Radiologi
USG Abdomen ( 1 Oktober 2011 )
Hepar : Ukuran membesar, tampak lesi mixechoic dominan hipoechoic, batas tegas tepi reguler, ukuran 9,8 x 8,5 x 9,5 cm pada lobus kanan. Tidak tampak dilatasi vascular maupun bile duct.
GB : Dinding tidak menebal, mukosa reguler. Tidak tampak echo batu. Pankreas : Bentuk, ukuran, dan echoparenkim dalam batas normal.
Tidak tampak mass/cyst/lesi patologik lainnya.
Lien : Bentuk, ukuran, dan echoparenkim dalam batas normal. Tidak tampak mass/cyst/lesi patologik lainnya.
Kedua ginjal : Bentuk, ukuran dan echoparenkim dalam batas normal, tidak tampak dilatasi PCS, batu maupun mass/cyst.
VU : sulit dievaluasi ( urin minimal ) Kesan : Abses hepar
27
Foto Thorax PA ( 1 Oktober 2011 )
Corakan bronchovasculer dalam batas normal Tidak tampak proses spesifik aktif pada kedua paru Cor dalam batas normal
Kedua sinus dan diafragma kiri baik, diafragma kanan letak tinggi Tulang-tulang intak
28 FOLLOW UP
Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
03/10/2011 T : 100/60 mmHg N : 94 x/i P : 30 x/i S : 36,50C Perawatan Hari I
KU : Nyeri perut kanan atas S : demam (+) kadang-kadang BAB : biasa,warna kuning coklat. BAK : kesan lancar
O : SS/GK/CM
Kepala : Anemis (+), ikterus (-)
Leher : MT (-), NT (-), DVS R–1 cmH2O
Thorax :
BP : Br. Vesikuler, BT : Rh -/- Wh -/- Cor : BJ I/II murni reg
Abd : Peristaltik (+) kesan normal ; hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul Ext : edema (-/-)
A : Abses Hepar lobus dextra
Diet hepar
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Inj.Metronidazole
0,5gr/8jam/IV (hari ke-2) Systenol 3x500 mg (KP) Pmon : DR, SGOT/SGP,
ur/cr/ bil.tot/direk, CT Scan abdomen
Konsul subdiv. GEH Konsul bedah digestive
menolak operasi EKG Analisa feses 03/10/2011 T : 100/60 mmHg N : 94 x/i P : 28 x/i S : 36,50C
Jawaban konsul subdivisi GEH
Pasien dengan nyeri perut kanan atas ± 10 hari SMRS dan baru mengalami hal tsb. Nyeri seperti tertusuk-tusuk dan tembus ke belakang. Mual (-) muntah (-) NUH (-). Demam (-) riwayat demam (-). Batuk (-) sesak (-) nyeri dada (-). BAB biasa, BAK lancar. RPS : riwayat penyakit kuning (-),
29 riwayat penyakit diare sekitar 2
minggu SMRS. SP : SS/GK/CM
Anemia (-) ikterus (-) sianosis (-) Leher : MT (-) NT (-) DVS R-2
cmH2O
Thorax : BP vesikuler Rh (-) Wh(-) Jantung : BJ I/II murni regular Abdomen :
I : datar ikut gerak napas
P : MT (-) NT (-), hepar teraba 3 jari BAC, rata, kenyal, pinggir rata, NT (+), limpa ttb
P : tympani, ascites (-) A : peristaltik kesan normal Eks : edema -/- Hasil lab ( 01/10/2011 ) WBC : 21,07x103 , Hb : 10,5 g/dL, PLT : 384x103/uL, GDS : 102 mg/dl, ureum/kreatinin : 34/0,6 , GOT/GPT : 58/44
CXR : elevasi diafragma kanan
USG Abdomen : hepar ukuran membesar, tampak lesi mixechoic dominan hipoechoic, batas tegas tepi reguler, ukuran 9,8 x 8,5 x 9,5 cm pada lobus kanan.
Kesan : Abses hepar
30 Pyogenik Usul : Metronidazole 0,5 gr/8 jam/drips Ceftriaxone 1 gr/12 jam/IV Kultur pus
Konsul bedah digestive
03/10/2011 Jawaban konsul bedah digestive Dx : Abses hepar
Setuju rawat sama Rencana :
- Lengkapi pemeriksaan
- Informed Consent u/ tindakan operasi pasien belum setuju u/ tindakan operasi 04/10/2011 T : 110/70 N : 88 x/i P : 24 x/i S : 36,7 0C Perawatan Hari II
KU : Nyeri perut kanan atas S : demam (+) kadang-kadang BAB : biasa,warna kuning coklat. BAK : kesan lancar
O : SS/GK/CM
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT (-), NT (-), DVS R–1 cmH2O
Thorax :
BP : Vesikuler, Rh -/- Wh -/- Cor : BJ I/II murni reg
Abd : Peristaltik (+) kesan normal ; hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul ; NT (+) di regio hipochondrium kanan
Diet hepar
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Inj.Metronidazole
0,5gr/8jam/IV (hari ke-3) Systenol 3x500 mg (KP)
Pmon : DR,
SGOT/SGPT, ur/cr,
bil.tot/direct, CT Scan abdomen
31 Ext : edema (-/-)
Lab : Bilirubin total 0,39 mg/dl , bilirubin direk 0,20 mg/dl
A : Abses Hepar lobus dextra 05/10/2011
T : 120/60 mmHg N : 92 x/i
P : 24 x/i S : 36,6 0C
Perawatan Hari III
KU : Nyeri perut kanan atas S : Demam (+) kadang-kadang
BAB : biasa, warna kuning kecoklatan BAK : kesan lancar
O: SS/GC/CM
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT(-), NT (-), DVS R-1 cmH2O
Thorax :
BP : Br.vesikuler, BT : Rh (-), Wh (-) Cor : BJ I/II murni reguler
Abd : peristaltik (+) normal, hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi lunak, permukaan rata, tepi tumpul, NT (+) reg.epigastrium+hipochondrium dextra
Ext : edema (-/-)
A : Abses hepar lobus dextra
Diet hepar
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Metronidazole
0,5gr/8jam/IV (hari ke-4 ) Systenol 3x500 mg (KP) Pmon : CT Scan abdomen
06/10/2011 T : 110/70 mmHg N : 84 x/i P : 24 x/i S : 36,7 0C Perawatan Hari IV
KU : Nyeri perut kanan atas (+) S : Demam (+) kadang-kadang
BAB : biasa, warna kuning kecoklatan BAK : kesan lancar
Diet hepar
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Metronidazole
32 O: SP=SS/GK/CM
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT(-), NT (-), DVS R-1 cmH2O
Thorax :
BP : vesikuler, Rh (-), Wh (-) Cor : BJ I/II murni reguler
Abd : peristaltik (+), NT (+) hipochondrium dextra
Ext : edema (-/-)
A : Abses hepar lobus dextra
Systenol 3x500 mg ( bila demam )
Penolakan operasi o/ pihak pasien
Rencana lapor subdivisi gastro kalau pasien
menolak melakukan operasi Monitoring : DR hari senin ( 10 oktober 2011 ) 07/10/2011 T : 120/70 mmHg N : 90 x/i P : 24 x/i S : 36,5 0C Perawatan Hari V
KU : Nyeri perut kanan atas S : Demam (+) kadang-kadang
BAB : biasa, warna kuning kecoklatan BAK : kesan lancar
O : SP=SS/GC/CM
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT(-), NT (-), DVS R-1 cmH2O
Thorax : BP vesikuler, Rh (-), Wh (-) Cor : BJ I/II murni reguler
Abd : Peristaltik (+), hepar teraba 3 jari BAC, konsistensi lunak, permukaan datar, dan tepi tumpul Ext : edema (-/-)
Lab : Analisa feses Makroskopik :
Diet hepar
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Metronidazole
0,5gr/8jam/IV (hari ke-6) Systenol 3x500 mg ( bila
demam )
Monitoring : DR hari senin ( 10 Oktober 2011 )
33 Warna : kuning, konsistensi : padat,
darah (-), lendir (-) Mikroskopik :
Leukosit (-), eritrosit (-), telur cacing : tidak ditemukan, amoeba (-), lain-lain (-)
A : Abses hepar lobus dextra 08/10/2011 T : 110/70 mmHg N : 88 x/i P : 24 x/i S : 36,6 0C Perawatan Hari VI
KU : Nyeri perut kanan atas (+) S : Demam (+) kadang-kadang
BAB : biasa, warna kuning kecoklatan BAK : kesan lancar
O: SP=SS/GK/CM
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT(-), NT (-), DVS R-1 cmH2O
Thorax :
BP : vesikuler, Rh (-), Wh (-) Cor : BJ I/II murni reguler
Abd : peristaltik (+), NT (+) hipochondrium dextra
Ext : edema (-/-)
A : Abses hepar lobus dextra
Diet hepar
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Metronidazole
0,5gr/8jam/IV (hari ke-7) Systenol 3x500 mg (KP) Kontrol DR hari senin (10
Oktober 2011)
10/10/2011
T : 120/70 mmHg N : 80 x/i
P : 24 x/i
Perawatan Hari VII KU: Baik
S : Nyeri perut kanan atas (-), mual (-) muntah (-)
Diet hepar
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Metronidazole
34 S : 36,6 0C O : SP = SS/GK/CM
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT(-), NT (-), DVS R-1 cmH2O
Thorax :
BP : vesikuler, Rh -/- Wh -/- Cor : BJ I/II reguler
Abd : peristaltik (+), NT (+) regio hipochondrium dextra Ext : edema (-/-) Lab : WBC : 12,98x103/uL , HGB : 11,3 g/dL , HCT : 36,6% , MCHC : 30,9 g/dL , PLT : 372x103/uL
A : Abses hepar lobus dextra
Systenol 3x500 mg (KP) Monitoring : DR, urin rutin pengantar (+) 11/10/2011 T : 110/70 mmHg N : 83 x/i P : 24 x/i S : 36,5 0C KU: Baik
S : Nyeri perut kanan atas (-), demam (-), mual (-) muntah (-)
O : SP = SS/GK/CM
Kepala : Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
Leher : MT(-), NT (-), DVS R-1 cmH2O
Thorax :
BP : vesikuler, Rh -/- Wh -/- Cor : BJ I/II reguler
Abd : peristaltik (+), NT (+) regio hipochondrium dextra
Metronidazole drips Curcuma 3x1 Boleh pulang
35 Ext : edema (-/-)
A : Abses hepar lobus dextra
RESUME:
Seorang laki-laki, 43 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan atas, sejak 10 hari terakhir sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk dan tembus ke belakang. Nyeri dirasakan bertambah berat saat batuk atau saat ditekan. Pasien merasa lebih enak dengan posisi membungkuk. Mual (-) muntah (-) nyeri ulu hati (-). Demam (+) dialami sekitar 10 hari terakhir sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul, menggigil (-), dan turun dengan obat penurun panas. Batuk (-) sesak napas (-) nyeri dada (-). Nafsu makan menurun sejak pasien sakit
BAB : lancar, warna kuning/coklat, lendir (-) darah (-) BAK : Lancar, warna kuning muda
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA :
Riwayat BAB encer sebelumnya (+) dialami sekitar 2 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit selama 3 hari, lendir (+) darah (+)
Riwayat konsumsi alkohol (+) , jenis ballo, sejak ± 10 tahun yang lalu, 1-2 botol/hari
Riwayat merokok > 20 tahun
Dari pemeriksaan fisis didapatkan gambaran umum: SS/GK/CM. Tanda vital: TD = 110/70 mmHg, nadi: 92x/menit, pernapasan: 24x/menit, suhu: 37,9 0C. Pada pemeriksaan kepala ditemukan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan kesan perut datar, ikut gerak nafas, NT (+) di regio hipokondrium dextra, hepar teraba 3 jari di bawah arcus costa ( konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul ), dan peristaltik (+) kesan normal.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan kesan leukositosis dan anemia normositik normokrom dengan WBC
36 21,07 x 103/uL, RBC 3,67 x 106 /uL, HGB 10,5 g/dL,HCT 33,0 % , PLT 384 x 103/uL. Pada pemeriksaan kimia darah, didapatkan SGOT 58 u/l, SGPT 44 u/l, ureum 34 mg/dl, kreatinin 0,6 mg/dl. Pada pemeriksaan gula darah, didapatkan GDS 102 mg/dl.
Dari pemeriksaan USG Abdomen didapatkan hasil : ukuran hepar membesar, tampak lesi mixechoic dominan hipoechoic, batas tegas tepi reguler, ukuran 9,8 x 8,5 x 9,5 cm pada lobus kanan. Tidak tampak dilatasi vascular maupun bile duct dengan kesan abses hepar. Dan dari hasil pemeriksaan foto thorax didapatkan adanya kesan elevasi diafragma kanan ( proses intrahepatik ? ).
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisis dan hasil laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya, maka pasien didiagnosis dengan abses hepar.
DISKUSI
Pasien masuk dengan keluhan utama nyeri di perut bagian kanan atas. Banyak penyakit yang dapat menimbulkan nyeri perut kanan atas, antara lain abses hepar, hepatoma, kolesistitis, dan lain – lain. Pada kasus ini, diketahui bahwa pasien mengalami nyeri perut kanan atas seperti tertusuk-tusuk, tembus ke belakang dan bertambah berat saat batuk atau ditekan. Nyeri dirasa berkurang pada posisi membungkuk. Pasien juga mengalami demam 10 hari sebelum masuk rumah sakit yang hilang timbul, menggigil (-) dan turun dengan obat penurun panas. Semenjak sakit, nafsu makan pasien berkurang. Dari pemeriksaan fisis didapatkan tanda vital: TD = 110/70 mmHg, nadi: 92x/menit, pernapasan: 24x/menit, suhu: 37,9 0C. Pada pemeriksaan kepala ditemukan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan kesan perut datar, ikut gerak nafas, NT (+) di regio hipokondrium dextra, hepar teraba 3 jari di bawah arcus costa ( konsistensi kenyal, permukaan rata, tepi tumpul ), dan peristaltik (+) kesan normal.
Dari pemeriksaan USG Abdomen didapatkan hasil : ukuran hepar membesar, tampak lesi mixechoic dominan hipoechoic, batas tegas tepi reguler, ukuran 9,8 x 8,5 x 9,5 cm pada lobus kanan. Tidak tampak dilatasi vascular maupun bile duct
37 dengan kesan abses hepar. Dan dari hasil pemeriksaan foto thorax didapatkan adanya kesan elevasi diafragma kanan ( proses intrahepatik ? ). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, SGOT dan SGPT meningkat , serta bilirubin total dan bilirubin direk menurun. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi, pasien kini lebih diarahkan dengan diagnosis abses hepar.
Abses hepar adalah bentuk infeksi pada hepar yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi atau sel darah didalam parenkim hati .Secara umum, abses hati terbagi 2, yaitu abses hati amebik (AHA) dan abses hati piogenik (AHP). Abses hati amebik disebabkan oleh Entamoeba histolytica sedangkan organisme yang paling sering ditemukan sebagai penyebab abses hati piogenik adalah E.Coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus vulgaris, Enterobacter aerogenes dan spesies dari bakteri anaerob ( contohnya Streptococcus Milleri ).
Penatalaksaan abses hepar berupa medikamentosa seperti antiamoeba (khususnya pada abses hepar amebik) dan antibiotik (khususnya pada abses hepar piogenik), aspirasi, maupun drainase perkutan atau drainase bedah. Antiamoeba dapat diberikan berupa metronidazole, DHE, maupun chloroquin, sedangkan untuk antibiotik dapat diberikan penisilin atau sefalosporin ( untuk coccus gram (+) dan gram (-) yang sensitif), aminoglikosida, klindamisin, dan kloramfenikol ( untuk bakteri anaerob), maupun ampicilin-sulbaktam.(2). Pasien dberikan terapi berupa diet hepar, IVFD NaCl 0,9% sebanyak 20 tpm karena pasien dalam keadaan demam, lemah, dan intake kurang sehingga kemungkinan elektrolit kurang, metronidazole 0,5gr/8jam/IV, dan sistenol 3 x 500 mg. Setelah diberikan terapi ini, demam pada pasien mulai turun pada hari ke I perawatan dan nyeri perut kanan atas dirasakan mulai berkurang pada hari ke IV perawatan.
Tujuan diet hepar pada pasien ini adalah mencapai dan mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati dengan cara meningkatkan regenerasi hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut dan/atau meningkatkan
38 fungsi jaringan hati yang tersisa, mencegah katabolisme protein, mencegah penurunan berat badan atau meningkatkan berat badan bila kurang, mencegah atau mengurangi asites, varises esofagus, dan hipertensi portal, serta mencegah koma hepatik. Syarat-syarat diet hepar adalah energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein yang diberikan bertahap sesuai kemampuan pasien yaitu 40-45 kkal/kgBB, lemak cukup yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau dalam bentuk emulsi, protein agak tinggi yaitu 1,25-1,5 g/kgBB agar terjadi anabolisme protein, vitamin dan mineral sesuai dengan tingkat defisiensi, natrium diberikan rendah tergantung tingkat edema dan ascites, cairan diberikan lebih dari biasa, bentuk makanan lunak bila ada keluhan mual dan muntah atau makanan biasa sesuai kemampuan saluran cerna.(19)
Aspirasi dilakukan bila pengobatan medikamentosa tidak berhasil (72 jam), lesi multipel, atau pada ancaman ruptur atau bila terapi dcngan metronidazol merupakan kontraindikasi seperti pada kehamilan, perlu dilakukan aspirasi. Aspirasi dilakukan dengan tuntunan USG. Drainase perkutan dilakukan dengan indikasi ancaman ruptur atau diameter abses > 7 cm, respons kemoterapi kurang, infeksi campuran, letak abses dekat dengan permukaan kulit, tidak ada tanda perforasi dan abses pada lobus kiri hati. Selain itu, drainase perkutan berguna juga pada penanganan komplikasi paru, peritoneum, dan perikardial. Drainase bedah diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak berhasil mcmbaik dengan cara yang lebih konservatif, kemudian secara teknis susah dicapai dengan aspirasi biasa. Selain itu, drainase bedah diindikasikan juga untuk perdarahan yang jarang tcrjadi tetapi mengancam jiwa penderita, disertai atau tanpa adanya ruptur abses. Penderita dengan septikemia karena abses amuba yang mengalami infeksi sekunder juga dicalonkan untuk tindakan bedah, khususnya bila usaha dekompresi perkutan tidak berhasil. (1,2)
Berdasarkan hasil laboratorium yang ditemukan pada pasien terdapat peningkatan enzim – enzim hati (SGOT dan SGPT) yang menunjukkan telah terjadinya gangguan fungsi hepar. Adanya proses infeksi dapat memicu peningkatan produksi enzim – enzim hati sehingga kadar enzim – enzim tersebut tinggi di dalam darah. Leukositosis sendiri muncul sebagai akibat dari proses infeksi, sebagai salah satu upaya sistem imun untuk melawan mikroorganisme
39 penyebab infeksi. Selain pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, ada beberapa pemeriksaan yang belum dilakukan yang dapat mendukung diagnosis, di antaranya pemeriksaan alkali fosfatase, PT & aPTT, serta kadar albumin. Pada pemeriksaan fisis, didapatkan nyeri pada regio hipokondrium dextra, hal ini disebabkan oleh peregangan kapsula Glison pada hepar sebagai akibat adanya abses. Selanjutnya, pemeriksaan yang menjadi standar emas untuk penegakan diagnosis abses hepar adalah melalui kultur darah yang memperlihatkan bakteri penyebab. Pada pemeriksaan pus, bakteri penyebab misalnya bseperti Proteus vulgaris, Pseudomonas aeroginosa bisa ditemukan. Namun, pemeriksaan ini sulit dilakukan karena pengambilan pus dari hepar akan sangat menyakitkan bagi pasien. Pemeriksaan analisa feses juga dilakukan untuk menilai feses baik dari segi warna, konsistensi, ada atau tidaknya darah dan lendir, leukosit, eritrosit, telur cacing, amoeba, dan lain-lain.
40 DAFTAR PUSTAKA
1. Wenas,Nelly Tendean. Waleleng,B.J. Abses hati piogenik. Dalam : Sudoyo,Aru W. Setiyohadi,Bambang. Alwi,Idrus. Simadibrata,Marcellus. Setiati,Siti. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal 460-461.
2. Sofwanhadi, Rio. Widjaja, Patricia. Koan, Tan Siaw. Julius. Zubir, Nasrul. Anatomi hati. Gambar tomografi dikomputerisasi (CT SCAN). Magnetic resonance imaging (MRI) hati. Abses hati. Penyakit hati parasit. Dalam : Sulaiman, Ali. Akbar, Nurul. Lesmana, Laurentius A. Noer, Sjaifoellah M. Buku ajar ilmu penyakit hati edisi pertama. Jakarta : Jayabadi. 2007. Hal 1, 80-83, 93-94, 487-491, 513-514.
3. Lindseth, Glenda N. Gangguan hati, kandung empedu, dan pankreas. Dalam : Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit vol.1 edisi 6. Jakarta : EGC. 2006. Hal 472-476. 4. Guyton, Arthur C. Hall, John E. Hati sebagai suatu organ. Dalam : Buku
ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC. 2008. Hal 902-906. 5. Sherwood, Lauralee. Sistem pencernaan. Dalam : Fisiologi manusia dari
sel ke sistem edisi 2. Jakarta : EGC. 2001. Hal 565.
6. Keshav, Satish. Structure and function. In : The gastrointestinal system at a glance. United Kingdom : Ashford Colour Press, Gosport. 2004. Chapter 27-28.
7. Friedman, Lawrence S. Rosenthal, Philip J. Goldsmith, Robert S. Liver, biliary tract and pancreas. Protozoal and helminthic infections. In : Papadakis, Maxine A. McPhee, Stephen J. Tierney, Lawrence M. Current medical diagnosis and treatment 2008 forty-seventh edition. Jakarta : PT. Soho Industri Pharmasi. 2008. Page 596, 1304-1306.
8. Krige,J. Beckingham, I.J. Liver abscesses and hydatid disease. In : Beckingham, I.J. ABC of Liver, Pancreas, and Gall Bladder. Spain : GraphyCems,Navarra. 2001. Chapter 40-42
9. Soedarto. Penyakit protozoa. Dalam : Sinopsis kedokteran tropis. Surabaya : Airlangga University Press. 2007. Hal 23-24, 27-29.
41 10. Nickloes, Todd A. Pyogenic liver abcesses. January 23th, 2009. November 1st, 2011. Available from http://emedicine.medscape.com/article/193182-overview#showall.
11. Crawford, James M. Hati dan saluran empedu. Dalam : Kumar. Cotran. Robbins. Robbins buku ajar patologi vol.2 edisi 7. Jakarta : EGC. 2007. Hal 684.
12. Fauci. et all. Infectious disease. In : Harrison’s principles of internal medicine 17th edition. USA. 2008. Chapter 202.
13. Brailita, Daniel. Amebic liver abscesses. September 19th, 2008. November 1st, 2011. Available from http://emedicine.medscape.com/article/183920-overview#showall.
14. Junita,Arini. Widita,Haris. Soemohardjo,Soewignjo. Beberapa kasus abses hati amuba. Dalam : Jurnal penyakit dalam vol. 7 nomor 2. Mei 2006. 1 November 2011. Diunduh dari :
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/beberapa%20kasus%20abses%20hati%2
0amuba%20(dr%20arini).pdf.
15. Kliegman. Behrman. Jenson. Stanton. The digestive system. In : Nelson textbook of pediatric 18th edition. USA. 2007. Chapter 356.
16. Iljas, Mohammad. Ultrasonografi hati. Dalam : Rasad, Sjahriar. Radiologi diagnostik edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal 469. 17. Syarif, Amir. Elysabeth. Amubisid. Dalam : Gunawan, Sulistia Gan.
Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit UI. 2008. Hal 551-554.
18. Rani, Aziz. Soegondo, Sidartawan. Nasir, Anna Uyainah. Wijaya, Ika Prasetya. Nafrialdi. Mansjoer, Arif. Abses hati. Kolesistitis akut. Dalam : Panduan pelayanan medik perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009. Hal 321-324.
19. Almatsier, Sunita. Diet penyakit hati dan kandung empedu. Dalam : Penuntun diet edisi baru. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2010. Hal 120-122.