• Tidak ada hasil yang ditemukan

Central Sterilization Supply Department (CSSD)

A. Pelayanan Informasi Obat 1.Amoxicillin

3.4. Central Sterilization Supply Department (CSSD)

Berdasarkan nota tugas kepala RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan No.217/009/1/2005, sejak 7 Januari 2005 CSSD terpisah dari Instalasi Farmasi dan menjadi Instalasi CSSD yang dipimpin oleh Kepala Instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.

CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan alat dan bahan (linent) steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan.

Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu: 1. Sterilisasi alat kesehatan dari ruangan.

Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan

yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah pihak poliklinik atau ruangan perawatan yang membutuhkan.

2. Sterilisasi kebutuhan operasi

Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.

Contoh pengesetan/pengepakan alat-alat untuk operasi Appendix :

1. Alat dasar (Basic): Pinset joderen (Sterilisasi forceps) 1 buah Pinset tanpa gigi (Dressing forceps) 1 buah Pinset bergigi (Tissue forceps) 1 buah Doekklem (Towel forceps) 5 buah Gagang pisau (Scalpe Handles) 1 buah

Arteri klem pean lurus 5 buah

Arteri klem pean bengkok 5 buah Gunting lurus (Surgical scissors str) 1 buah Gunting bengkok (Surgical scissors cvd) 1 buah Hook kulit otot (Skin Retraktor) 2 buah Hook luka otot (Wound Retraktor) 2 buah Pemegang jarum (Neadles Holders) 1 buah Spatel (Tongue Depressors) 1 buah

Kanula hisap dan pipanya 1 buah

28 buah Alat-alat dasar (basic) untuk semua jenis operasi sama dan berjumlah 28 buah

2. Alat khusus: Klem 8 buah

L bag 2 buah

Pinset anatomi 1 buah

Pinset cherugi 1 buah

Gunting lurus 1 buah

Gunting bengkok 1 buah

Appendix klem 1 buah

Alat-alat dasar untuk semua jenis operasi adalah sama, sedangkan alat-alat khusus tergantung jenis operasi.

Kegiatan sterilisasi dibagi dalam lima tahap yaitu : 1. Penerimaan barang yang akan disterilkan.

2. Proses sterilisasi yang mencakup proses pencucian, pengeringan, pengemasan basic dan khusus dan penempelan label.

3. Sterilisasi 4. Penyimpanan 5. Penyaluran

Jenis barang yang akan disterilkan yaitu: 1. Metal, alat – alat bedah.

2. Linen/katun/dressing, pakaian, masker, tutup kepala. 3. rubber,sarung tangan

Proses penyiapan alat :

1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat.

2. Direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 5 menit. 3. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih

4. Direndam di ultrasonik dengan larutan saflon selama 30 menit 5. Dibilas di ultrasonik dengan air panas

6. Dikeringkan di ultrasonik

7. Alat dikeluarkan dan disusun (setting) sesuai tindakan operasi standar 8. Diberi tanda (indikator paper)

9. Sterilkan selama 15 menit, 1210C 10.Dipacking dan dialurkan.

Contoh perlengkapan untuk operasi :

1. Baju operasi 4 buah

2. Doek besar operasi 1 buah

3. Doek kecil 5 buah

4. Alat – alat dasar 27 buah

5. Alat – alat khusus sesuai dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan. Jenis-jenis pelayanan yang dilakukan oleh CSSD adalah :

1. Dokumentasi, setting, packing, sterilisasi instrument, slang, tube anestesi dan lain-lain.

2. Distribusi kasa steril, kapas steril dan lain-lain ke seluruh ruangan dan polliklinik.

3. Sterilisasi linen, sarung tangan dan desinfeksi ruang operasi. 4. Sterilisasi dan desinfeksi ruang operasi.

Untuk mempermudah proses kerja CSSD, maka dibuat 4 jalur untuk menerima dan mendistribusikan alat yaitu :

1. Alur dan pintu barang kotor. 2. Alur dan pintu barang bersih. 3. Alur dan pintu petugas. 4. Alur dan pintu barang steril.

BAB IV PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah Medan yang telah swadana, dimana RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit.

Setelah beberapa kali mengalami perubahan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan termasuk Rumah Sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pimpinannya adalah Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 Wakil Direktur yaitu; Wakil direktur bidang administrasi umum, Wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan Wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit (FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah Sakit ini disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite Medis yang terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit ini disusun dan direvisi pada jangka waktu 3 tahun dengan mempertimbangkan perkembangan di bidang kedokteran dan farmasi. Formularium Rumah Sakit yang digunakan di RSUD Dr.

Pirngadi Kota Medan adalah Formularium Rumah Sakit tahun 2007. Instalasi Farmasi Rumah Sakit memiliki 4 sub instalasi yaitu: farmasi klinis, distribusi, administrasi dan perbekalan. Setiap sub instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya.

Pengelolaan administrasi di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan telah dilaksanakan dengan baik, yaitu pengelolaan pembukuan dan pelaksanaan fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check (pemeriksaan silang) pada setiap sub instalasi farmasi dengan membuat laporan rangkap tiga. Satu lembar sebagai pertinggal di administrasi, pertinggal di bagian penerimaan dan pembelian.

Dalam mengelola perbekalan farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit menggunakan sistem dana bergulir (Revolving Fund System), artinya pemerintah memberikan modal awal sebagai pinjaman, selanjutnya instalasi farmasi akan mengelola dana tersebut untuk pengembangan Instalasi Farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti penggunaan plester, antiseptik, kapas, dan alat/bahan habis pakai dibuat dalam sistem unit cost. Ini diberlakukan pada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan lain-lain. Besarnya biaya unit cost yang ditentukan untuk tiap-tiap tindakan berbeda yang dibuat dalam satu surat keputusan.

Hasil penghitungan unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca Rugi/Laba bulanan. Selanjutnya dari neraca Rugi/Laba bulanan akan dibuat neraca tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh.

Apabila dari hasil penghitungan Rugi/Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan maka sistem operasional yang sedang dijalankan dalam periode ini akan dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi dilakukan untuk mengantisipasi kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian perbekalan farmasi yang berlebihan.

Pelayanan rawat inap untuk peserta Askes dan pasien Jamkesmas menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan pasien harus setiap hari membayar perbekalan farmasi yang dipakainya karena belum adanya pembayaran biaya pasien rawat inap di rumah sakit secara sentral (Central Billing).

Pembagian Pelayanan pasien Askes RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dibagi atas beberapa depo yang dimaksudkan untuk pendekatan pelayanan kepada pasien. Depo Farmasi lantai 3, 5 dan 7 melayani resep Askes dan Jamkesmas rawat inap.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Tapi kenyataannya di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi

satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma di luar Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

Pada pelayanan resep Askes dan Jamkesmas serta Medan Sehat ada kalanya dokter menuliskan resep diluar DPHO dan Formularium Jamkesmas, bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah pasien diberi informasi terlebih dahulu bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO, sedangkan untuk pasien Jamkesmas jika obat diresepken di luar Formularium Jamkesmas maka Rumah Sakit yang membayar. Untuk pasien Askes dan Jamkesmas yang mendapat obat-obat khusus dokter harus membuat protokol terapi, misalnya albumin, derivat-derivat statin, obat epileptik.

Pelaksanaan farmasi klinis di RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan dengan baik yang meliputi pemberian informasi dan konseling obat, pengkajian kerasionalan pemberian obat, penanganan obat sitostatika dan analisa efektivitas biaya. Namun pelaksanaan farmasi klinis lainnya belum seluruhnya terlaksana akibat keterbatasan sumber daya dan peralatan. Tetapi program ini akan terus dilaksanakan secara bertahap dan optimal.

Sejak tahun 2005 CSSD telah terpisah dari Instalasi Farmasi menjadi Instalasi CSSD. Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan kepada PBF. Sedangkan untuk

alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit. Penggantian alat-alat yang rusak dan alat baru akan terus dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan.

BAB V

Dokumen terkait