• Tidak ada hasil yang ditemukan

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan

proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril.

Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh:

• Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial

• Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit.

• Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan fungsi CSSD sangat penting.

CSSD merupakan pusat pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Dengan adanya CSSD di rumah sakit bertujuan:

• Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah mengalami pensortiran, pencucian dan sterilisasi dengan sempurna.

• Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit.

• Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.

Adapun fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

• Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang medis.

• Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril.

• Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril.

• Mendokumentasikan semua kegiatan harian (jumlah instrument atau jumlah bahan habis pakai yang disterilkan).

BAB III

TINJAUAN KHUSUS BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

3.1. Kilas Sejarah Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan

Rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh seorang bocah berumur 10 tahun bernama Maria Constanta Macky anak dari Walikota Medan saat itu dan diangkat sebagai Direktur Dr. W. Bays.

Selanjutnya dengan masuknya Jepang Ke Indonesia Rumah Sakit ini diambil dan berganti nama dengan SYURITSU BYUSONO INCE dan sebagai direktur dipercayakan kepada putra Indonesia Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putra yang akhirnya ditabalkan menjadi nama rumah sakit ini.

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan adalah rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas dan beberapa subspesialis.

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan terletak di Jl. Prof. H. M. Yamin, kelurahan Perintis kecamatan Medan Timur. Kepegawaian BPK RSU Dr. Pirngadi Medan meliputi tenaga medis, apoteker, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga non medis dan tenaga umum.

3.2. Struktur Organisasi

BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh seorang Kepala Badan Pelayanan Kesehatan (Ka. BPK) yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 1 orang sekretaris dan 5 orang Kepala Bidang (Kabid) yaitu:

• Kepala Bidang Perencanaan dan Rekam Medik

• Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis

• Kepala Bidang Keperawatan

• Kepala Bidang Pendidikan dan Penelitian

• Kepala Bidang Pemeliharaan

Selain itu ada juga Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Staf Medik Fungsional dan Instalasi yang bertanggung jawab kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Medan. Salah satu instalasi tersebut adalah Instalasi Farmasi yang bertugas mengatur dan menyelenggarakan semua kegiatan kefarmasian di rumah sakit.

3.3. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan

Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu unit fungsional yang dipimpin oleh seorang apoteker dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala BPK RSU Dr. Pirngadi Medan.

3.3.1. Sub Instalasi Perbekalan

Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit. Sejak Juli 2002 telah ditetapkan bahwa pengelolaan perbekalan farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan dilakukan secara swakelola, yaitu melalui Surat Keputusan Walikota Medan No. 440/1319K/2002.

Sub Instalasi Perbekalan dibagi 2 bagian, yaitu : a. Unit Perencanaan dan Pengadaan

Unit Perencanaan dan Pengadaan mempunyai tugas yaitu:

• Merencanakan seluruh kebutuhan rumah sakit akan perbekalan farmasi dan alat kesehatan yang didasarkan atas data pemakaian periode yang lalu, sisa stok, siklus penyakit dan kemudian ditambahkan sebesar 10%.

• Memesan dan menyediakan permintaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit.

Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai. Proses pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut:

• Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Formulir Daftar Permintaan dan Pengeluaran farmasi). Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang dan daftar permohonan pembelian dari gudang) maka gudang membuat Permohonan Pembelian Barang dan menyerahkannya pada unit pengadaan.

• Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada PBF setelah disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala BPK Rumah sakit. Untuk obat Askes, surat pesanan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh Kepala BPK Rumah sakit dan PT. Askes. Pemesanan obat-obat Askes sesuai dengan yang ada di DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) dan kepada PBF yang telah ditentukan.

• Untuk pengadaan obat golongan narkotika (seperti codein, pethidin) dan psikotropika (seperti diazepam, luminal) dilakukan oleh unit pengadaan menggunakan form N-9 kepada Kimia Farma.

b. Unit Gudang

Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi. Ada dua jenis gudang yaitu:

1. Gudang obat-obatan

Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi misalnya sediaan parenteral, sediaan oral, sediaan topikal dan lain-lain. Gudang obat-obatan terbagi dua yaitu gudang obat Askes dan gudang obat umum. Penyusunan obat-obatan dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan diurutkan berdasarkan abjad.

2. Gudang alat kesehatan habis pakai.

Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dan alat-alat kesehatan habis pakai seperti plester, kapas, infuse set, dan lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, H2O2, juga disimpan di gudang alat

kesehatan habis pakai.

Pihak gudang mencatat dan meminta perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis ke pengadaan setiap 1 bulan sekali yang ditulis dalam lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P.1) rangkap dua. Akan tetapi pada keadaan tertentu, permintaan perbekalan Farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam satu bulan. Setelah Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka

pengadaan membuat order pembelian. PBF mengantar barang yang diorder disertai faktur rangkap 7, yang ditujukan untuk:

- Satu lembar untuk gudang

- Satu lembar untuk pengadaan, faktur untuk pengadaan harus mendapat stempel dari gudang.

- Lima lembar untuk pembayaran.

Oleh petugas gudang, barang diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan surat pesanan meliputi: jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch, kondisi barang. Apabila telah sesuai maka barang yang diantar dicatat di buku barang masuk disertai potongan harga jika ada, kemudian dicatat di kartu gudang. Harga di kartu gudang adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yaitu harga modal ditambah PPN 10%.

Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang dicatat dalam Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub instalasi distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dan alat kesehatan berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus di gudang alat kesehatan. Obat-obat yang penyimpanannya memerlukan suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin.

Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang.

3.3.2. Sub Instalasi Distribusi

Sub Instalasi Distribusi di BPK RSU Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang apoteker. Distribusi obat dan alat kesehatan (perbekalan farmasi) merupakan fungsi utama pelayanan farmasi rumah sakit. Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah menjamin pemberian obat yang benar dan tepat kepada pasien sesuai dengan dosis dan jumlah yang tertulis pada resep/kartu obat. Sistem distribusi perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan umum dan Jamkesmas serta pasien rawat inap umum dilakukan berdasarkan resep perorangan (Individual Prescription), sedangkan untuk pasien rawat inap ASKES dan Jamkesmas dilakukan berdasarkan One Day Dose Dispensing (ODDD). Sedangkan untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi pada sore dan malam hari (emergency) dilakukan sistem floor stock.

One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi dimana jumlah yang dikemas dan diberikan untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian seluruh perbekalan farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif dapat tercapai.

Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:

• Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dan keadaan stok barang setiap minggu melalui formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

• Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya ke ruang rawat, ruang bedah, ruang rawat intensif, poliklinik, pasien dan pasien ambulatori (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi, kartu obat, resep).

Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan pihak sub instalasi administrasi setiap bulan.

Pelaksanaan pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui pelayanan farmasi rawat jalan dan pelayanan farmasi rawat inap, pelayanan farmasi di IGD, pelayanan farmasi di COT dan distribusi ruangan.

3.3.2.1. Pelayanan Farmasi Rawat Jalan

Pelayanan farmasi rawat jalan melayani pasien umum. Permintaan obat dengan menggunakan resep. Pasien umum ini berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, mata, gigi, neurology, obgyn, dan lain-lain.

Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan:

1. Pasien memberi resep kepada asisten apoteker.

2. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju maka obat segera disiapkan.

3. Obat diserahkan beserta kuitansi yang dibuat rangkap dua, lembar pertama kuitansi diberikan pada pasien dan lembar kedua sebagai pertinggal di apotek. 4. Resep asli dan kuitansi diserahkan ke bagian administrasi agar diperiksa kembali

dan diarsipkan. Nomor resep sesuai dengan nomor kuitansi. Uang yang diterima akan diambil oleh juru pungut keesokan harinya.

3.3.2.2. Pelayanan Farmasi Rawat Inap

Pelayanan farmasi rawat inap melayani pendistribusian obat untuk pasien umum, pasien kredit/perusahaan, dengan menggunakan kartu obat. Sistem pendistribusian obat untuk pasien umum dan kredit menggunakan sistem individual prescription.

Pasien Umum

• Perawat/keluarga pasien membawa kartu obat ke pelayanan farmasi rawat inap

• Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, diinformasikan harganya kepada pasien, disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke kasir agar dibuat kuitansi (rangkap dua).

• Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi asli dan dilakukan penagihan biaya obat langsung kepada pasien atau keluarga pasien. Sedangkan lembar kedua kuitansi beserta copy resep sebagai pertinggal di apotek. Kartu obat diserahkan kepada perawat kembali dan setelah pasien pulang disimpan ke bagian administrasi. Jika pasien belum memiliki dana yang cukup, maka biaya obat atau resep dimasukkan ke opname brief untuk ditagih sewaktu pasien akan pulang dari rumah sakit.

a. Pasien Kredit

• Perawat/Keluarga pasien membawa kartu obat dan keterangan dari perusahaan yang menjamin pasien ke pelayanan farmasi rawat inap.

• Obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, disiapkan obatnya, distempel, diberi etiket, dikemas lalu diserahkan ke kasir untuk dibuatkan kuitansi.

• Obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien atau obat yang dipesan diantar ke ruangan beserta kuitansi. Kartu obat diserahkan kepada perawat/keluarga pasien.

Penagihan biaya obat dilakukan petugas keuangan Instalasi Farmasi ke bagian keuangan rumah sakit dengan melampirkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari perusahaan. Petugas keuangan rumah sakit akan melakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

Pemakaian obat golongan narkotika untuk pasien rawat inap dicatat ke Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Karena kartu obat pasien dikembalikan ke ruangan maka ditulis formulir sementara sebagai bukti pertinggal di sub instalasi distribusi (untuk keperluan administrasi dan pelaporan narkotika). Dimana pada Formulir Pemakaian Golongan Obat Narkotika tertera nama pasien, alamat pasien, nomor rekam medik pasien, ruang rawat, nama dokter, jumlah dan jenis narkotika yang digunakan.

Obat dipesan dari gudang dengan menggunakan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi) setiap minggu. Arus keluar masuk barang dicatat di Buku Sisa Stok, kemudian dicatat dalam kartu stok dan di cross check setiap bulan dengan sub instalasi administrasi.

3.3.2.3. Pelayanan Farmasi Rawat Inap Askes

Yang menjadi peserta Askes yaitu semua PNS (Pegawai Negeri Sipil) beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Untuk anak maksimum sampai umur 21 tahun, kecuali masih kuliah bisa sampai umur 25 tahun dengan adanya surat keterangan masih aktif kuliah sedangkan yang menjadi peserta Jamkesmas adalah pasien yang terdaftar di data base.

Pelayanan Askes rawat inap melayani pasien disemua unit pelayanan dan ruang rawat. Khusus untuk pasien Jamkesmas hanya ruang rawat kelas 3. Pelayanan obat yang

diberikan kepada pasien Askes sesuai dengan yang tercantum dalam DPHO (Daftar Plafon Harga Obat).

Pelayanan obat Askes rawat inap menggunakan sistem ODDD (One Day Dose Dispensing), obat oral yang ditulis dalam resep maksimum untuk tiga hari dan pelayanan ke pasien diberikan untuk pemakaian setiap hari. Untuk obat injeksi, resep ditulis dan diberikan ke pasien per hari. Untuk resep alat kesehatan ditulis terpisah dari resep obat dan resep alat kesehatan langsung dilayani, namun resep obat harus disetujui oleh Tim Legalisasi Askes terlebih dahulu. Setiap obat yang diberikan kepada pasien dicatat dalam formulir Catatan Pemberian Obat (CPO). Resep untuk hari Minggu disiapkan sekaligus pada hari Sabtu. Sistem floor stock diberlakukan untuk mengantisipasi keadaan darurat, misalnya pada waktu sore dan malam hari.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melayani resep Askes: 1. Kertas resep rangkap tiga.

2. Periksa status pasien.

3. Dalam satu lembar resep maksimum tiga resep.

4. Ditandatangani oleh dokter dan kepala ruangan di sebelah kanan. 5. Ditandatangani oleh Tim legalisasi resep Askes.

6. Ada jaminan rawatan.

7. Bila anak sudah berumur 21-25 tahun harus ada surat keterangan masih aktif kuliah.

8. Sesuai dengan DPHO. 9. Jumlah obat yang diberikan.

10. Obat-obat yang memerlukan protokol terapi.

11. Pasien yang baru masuk pada sore dan malam hari dilayani di pelayanan farmasi IGD dengan menggunakan resep dan kartu obat hanya untuk satu kali pemakaian, kemudian pada hari kerja berikutnya dibuat CPO (Catatan Pemberian Obat) dan obat diambil ke pelayanan farmasi Askes rawat inap.

Untuk obat yang perlu protokol terapi dan atau obat-obat lain yang resepnya belum memenuhi syarat di atas tetap dapat dilayani, namun perawat pasien tersebut perlu membuat surat pernyataan pada formulir yang sudah disediakan

Pengklaiman diajukan ke PT. Askes pada akhir bulan berdasarkan jumlah pemakaian obat per pasien yang dapat dilihat pada CPO dengan melampirkan:

• Resep pasien, protokol terapi, hasil lab (jika perlu).

• Catatan Pemberian Obat (CPO) pasien

• Surat jaminan perawatan pasien

3.3.2.4. Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pelayanan farmasi di IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan farmasi IGD buka 24 jam, dilayani oleh petugas yang dibagi atas 3 shift yaitu pagi, siang dan malam hari serta dilakukan serah terima barang dan uang setiap pergantian shift.

Pengadaan barang dari unit gudang dengan membawa Formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi IGD :

1. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD, yaitu pasien umum, pasien Askes, pasien demam berdarah, gizi buruk, korban bencana alam, pasien kredit dan pasien yang tidak diketahui identitasnya (Mr/Ms.X) .

Prosedur pelayanan farmasi di IGD:

a. Pasien Umum

• Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat.

• Perawat IGD membawa kartu tersebut ke pelayanan farmasi IGD.

• Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang diminta dan menagih pembayarannya kepada keluarga pasien. Pembayaran langsung di apotek IGD, dibuat kuitansi rangkap dua, kuitansi asli diberikan kepada pasien dan lembar kedua pertinggal.

• Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan.

b. Pasien Askes

• Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan pada resep

• Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut.

• Setelah pasien diberi perbekalan farmasi tersebut, dokter menulisnya di blanko resep Askes rangkap tiga dan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes.

c. Pasien Mr/Ms.X

Untuk pasien Mr/Ms.X dilakukan pelayanan seperti pada pasien Askes. Petugas IGD melaporkan kepada bagian pelayanan medis agar membuat surat keterangan bahwa pasien tersebut pasien Askes apabila tidak ada sanak saudaranya.

d. Pasien Kredit/Perusahaan

Untuk pasien kredit/perusahaan dilakukan pelayanan seperti pada pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

2. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien umum, pasien kredit, pasien Askes, dan Mr/Ms.X dari ruangan rawat inap pada waktu diluar jam kerja dan pada hari libur. 3. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di KBE

(Kamar Bedah Emergensi).

Prosedur melayani perbekalan farmasi untuk pasien di KBE : a. Pasien Umum

• Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan termasuk obat anastesi dan obat narkotika seperti petidina di kartu obat.

• Petugas farmasi memberikan obat yang diminta tersebut.

• Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke buku formulir pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi Instalasi Farmasi Rumah sakit BPK RSU Dr. Pirngadi Medan.

• Perbekalan farmasi yang dipakai untuk keperluan tindakan bedah ditagih oleh petugas apotek pada keluarga pasien. Pembayaran langsung di Apotek IGD,

dibuat kuitansi, lembar pertama kuitansi diberikan kepada pasien dan lembar kedua sebagai pertinggal di apotek.

• Jika keluarga pasien tidak membawa uang, total biaya pemakaian perbekalan farmasi dicatat pada Opname Brief (OB) dan Nomor OB dicatat oleh petugas farmasi. Kalau pasien mau pulang, pembayaran perbekalan farmasi tersebut dipungut di ruangan.

b. Pasien Askes

• Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada kartu obat.

• Pada keesokan harinya, dokter menulisnya di blanko resep Askes rangkap tiga dengan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes.

c. Pasien Kredit/Perusahaan

Untuk pasien kredit/perusahaan dilakukan pelayanan seperti pada pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan bagian keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan.

4. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi.

Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus. Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang bersangkutan sedangkan untuk KBE

dilakukan oleh petugas farmasi IGD. Setiap obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera mungkin.

Contoh Daftar Stok Obat-obat Emergensi ADRENALIN (EPINEPRIN)

AMPUL

LIDOCAIN 10% KORTISON ASETAT

Aminofilin Magnesium sulfat Lanatosid (Cadilarid) Atropin sulfat Methergin Forgesic/tramadol

Cyclocapron Na-bicarbonat/meylon Pethidin* Dexamethason Nacl 0,9% Transamin 500 mg

Dextrose 5% Oxytocin/synthocinon ampul

Xylomidon

Dopamin Papaverin HCl ampul Dobujek 500 mg*

Furoemid/lasix Phenobarbital ampul Bic-nat Calcium glukonat Ringer lactate Klorfenon/delladryl

Klorpromazin HCl Ringer dextrose Lidocain 2% Kalium klorida

*obat-obat yang hanya disediakan di ruang khusus seperti ICU, ICCU, STROKE.

Daftar Stok Alat-alat Kesehatan Emergensi

SPUIT 3 CC CATHETER NO.14 ABBOCAT 22 Spuit 5 cc Catheter no.16 Infusset mikro Spuit 10 cc Catheter no.18 Infusset dewasa Spuit 60 cc NGT 16

Abbocat 24 NGT 19

Jenis obat dan alat emergensi yang disediakan di setiap ruangan berbeda-beda untuk masing-masing ruang sesuai dengan kebutuhan dan jenis penyakit.

3.3.2.5. Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre (COT) – Instalasi Bedah Sentral (IBS)

Pelayanan farmasi COT/IBS bertugas melayani Central Operation Theatre (COT). Pengelolaan obat-obat di COT atau pembedahan yang direncanakan adalah dibawah pengawasan pelayanan farmasi COT. Pasien umum yang mengambil obat membayar secara tunai yang kemudian akan disetor ke bagian keuangan sedangkan untuk

Dokumen terkait