• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Citra Ikonos

Perkembangan pesat teknologi satelit dimulai sejak tahun 1972, dengan diluncurkannya ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite-1) oleh NASA USA, yang memiliki resolusi spasial 80 meter dan resolusi temporal 18 hari. Generasi satelit terbaru, misalnya QUICKBIRD, menghasilkan citra satelit dengan resolusi 0.61 meter dan resolusi temporal 3 hari. Resolusi spasial adalah ukuran objek terkecil yang masih dapat disajikan dibedakan, dan dikenali pada citra. Semakin kecil ukuran objek yang dapat direkam, semakin baik resolusi spasialnya. Resolusi temporal adalah kemampuan sensor untuk merekam ulang objek yang sama. Semakin cepat suatu sensor merekam ulang objek yang sama, semakin baik resolusi temporalnya (http://rovicky.wordpress.com/2006/10/02).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Citra Ikonos diluncurkan pertama kali di Vandenburg, California pada tanggal 24 September 1999 oleh Space Imaging, merupakan citra satelit komersial pertama yang memiliki resolusi spasial 1 meter. Satelit ini mengorbit bumi sinkron dengan matahari setinggi 681 km. Satelit Ikonos bergerak melintasi bumi sebanyak 14 kali dalam sehari atau waktu revolusinya adalah 98 menit untuk sekali lintasan dengan kecepatan 4,5 mil/detik (7 km). Satelit ini membawa sensor pankromatik untuk menghasilkan citra pankromatik hitam putih dengan resolusi spasial 1 m dan sensor multispektral dengan resolusi spasial 4 m pada empat saluran dengan panjang gelombang yang berbeda yaitu saluran biru, saluran merah, infra merah dan infra merah dekat. Resolusi spasialnya adalah 3 hari. (http://rovicky.wordpress.com/2006/10/02.)

Citra satelit resolusi tinggi (temporal dan spasial) memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan citra dengan resolusi tinggi sebagai berikut :

1. Resolusi spasial yang memadai, dengan resolusi spasial 0.61 m s.d 2 m sebuah benda dengan panjang 36,45 m akan mudah diidentifikasi pada citra.

2. Resolusi temporal yang memadai, kemampuan satelit Formosat 2 milik Taiwan yang mampu melakukan perekaman harian, memberikan jaminan data yang cepat dan akurat. Formosat 2 adalah satelit yang mengorbit sinkron matahari dan merekam data pukul 09.30 waktu setempat tiap harinya.

3. Harga rata-rata citra satelit resolusi berkisar antara 10 – 40 USD/Km2, dan menunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Generasi pertama, Ikonos, dijual dengan harga 37 USD/Km2, generasi berikutnya, QUICKBIRD, lebih murah, 24 USD/Km2, sedangkan OrbView 3 dihargai 10 USD/Km2.

4. Efisiensi waktu. Data citra hasil perekaman dapat dianalisis dengan cepat dan akurat dengan teknologi digital,

5. Multiguna. Data citra hasil perekaman dapat digunakan sekaligus sebagai data perencanaan survai lapangan, terutama untuk pengenalan wilayah dan alternatif akses jalan ke lokasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

adanya beberapa keterbatasan yang dimiliki metode penginderaan jauh ini, antara lain :

1. Terhalang cuaca. Citra yang disebutkan di atas termasuk dalam kategori penginderaan jauh sistem pasif, artinya citra tersebut merekam data hasil pantulan sinar matahari yang mengenai objek. Awan tebal tidak dapat ditembus matahari sehingga jika terdapat awan, objek di permukaan bumi akan tertutup oleh awan tersebut. Berbeda jika digunakan penginderaan jauh sistem aktif, satelit memancarkan gelombang elektromagnetik dan pantulannya akan direkam kembali oleh satelit. Sistem aktif ini tidak tergantung cuaca dan waktu, karena dapat menembus awan dan dapat beroperasi pada malam hari.

commit to user

2. Terbatas untuk penyisiran wilayah daratan. Kemampuan penetrasi ke dalam air yang dimiliki citra-citra di atas sangat terbatas, sehingga tidak dapat digunakan untuk wilayah perairan (h ttp:/ /rovicky. wordpress.com //2006/10/02).

Tabel 1. Spesifikasi Citra Ikonos Spesifikasi satelit ikonos

Berat Satelit Orbit ketinggian Mengelilingi bumi

Kembali pada posisi yang sama

: 720 Kg : 680 Km

: 14 kali / hari (tiap 98 menit) : tiap 4 hari

Keunggulan citra ikonos Kemampuan cakupan luas Kemampuan resolusi spasial Kemampuan skala citra satelit Identifikasi obyek

: 11 km x 11 km : 1 m dan 4 m : 1:2500

: skala lokal / detail Kendala citra ikonos

Jenis sensor satelit Tutupan awan

Kemampuan pengambilan area

: pasif (tidak dapat menembus awan) : maksimum 20% dianggap berhasil : segi empat dan lebar minimum 5 km Tipe produk Geo mon Reference Map Pro Precision

: 23,8 m RMS error ini horisontal accuracy : 11,8 m RMS error ini horisontal accuracy : 5,7 m RMS error ini horisontal accuracy : 4,8 m RMS error ini horisontal accuracy : 1,9 m RMS error ini horisontal accuracy Aplikasi citra ikonos

Pendataan Identifikasi Pemantauan Penilaian Perencanaan

Software yang dapat digunakan Autodesk

ERDAS

ERDAS with ESRI ESRI

Map info RSI

Space imaging Bentley

Earth resource mapping ERDAS LH PCI geomatics Space Imaging Sensor system 21 Imaging : AutoCAD : Imaging 8.2, 8.3

: ArcView Imaging, Analysis 1.1 : ArcVIEW 3.0 : MAPInfo 4.5 : ENVI 3.2 : Cartirra Analysis : Microstation : ER Mapper 5.5 : Mapsheets 1.2a : socet set : PCI 6.1 : Free Look : Remote view

: Geomedia, image station Sumber : rovicky. wordpress.com

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 3. Ruang Terbuka Hijau a. Ruang Terbuka.

Budihardjo,(1999; 90) mendefinisikan ruang terbuka sebagai suatu wadah yang menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai penutup dalam bentuk fisik.

Jadi ruang terbuka merupakan penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas yang merupakan satu kesatuan unsur – unsur yang berada di atasnya. Unsur utama dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti tanah saja, melainkan gabungan dari beberapa unsur lain yaitu antara lain tanah, iklim, topografi, penggunaan lahan, aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur inilah yang mendatangkan keuntungan bagi manusia dalam pengelolaan dan penggunaannya.

b. Pengertian Ruang Terbuka Hijau.

Ruang-ruang di dalam kota atau daerah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan yang berfungsi sebagai kawasan pertamanan kota, hutan kota, rekreasi kota, kegiatan Olah Raga, pemakaman, pertanian, jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan (Inmendagri no.14/1988).

Menurut Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Dinas Pertamanan mengkalasifikasikan ruang terbuka hijau berdasarkan pada kepentingan pengelolaannya adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Hijau Pertamanan Kota, berupa sebidang tanah yang sekelilingnya

ditata secara teratur dan artistik, ditanami pohon pelindung, semak/perdu, tanaman penutup tanah serta memiliki fungsi relaksasi

2. Kawassan Hijau Hutan Kota, yaitu ruang terbuka hijau dengan fungsi utama sebagai hutan raya.

3. Kawasan Hijau Rekreasi Kota, sebagai sarana rekreasi dalam kota yang memanfaatkan ruang terbuka hijau.

commit to user

4. Kawasan Hijau kegiatan Olahraga, tergolong ruang terbuka hijau area lapangan, yaitu lapangan, lahan datar atau pelataran yang cukup luas. Bentuk dari ruang terbuka ini yaitu lapangan olahraga, stadion, lintasan

lari atau lapangan golf.

5. Kawasan

Hijau Pemakaman.

6. Kawasan Hijau Pertanian, tergolong ruang terbuka hijau areal produktif, yaitu lahan sawah dan tegalan yang masih ada di kota yang menghasilkan padi, sayuran, palawija, tanaman hias dan buah-buahan.

7. Kawasan Jalur Hijau, yang terdiri dari jalur hijau sepanjang jalan, taman di persimpangan jalan, taman pulau jalan dan sejenisnya.

8. Kawasan Hijau Pekarangan, yaitu halaman rumah di kawasan perumahan, perkantoran, perdagangan dan kawasan industri

Kegiatan–kegiatan manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hijau mengakibatkan perubahan pada lingkungan yang akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan perkotaan. Kesadaran menjaga kelestarian lingkungan hijau pasti akan lebih baik jika setiap orang mengetahui fungsi RTH bagi lingkungan perkotaan. fungsi dari RTH bagi kota yaitu: untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan dalam kota dengan sasaran untuk memaksimumkan tingkat kesejahteraan warga kota dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat.

Berdasarkan fungsinya menurut Rencana Pengembangan Ruang terbuka hijau tahun 1989 yaitu :

1. RTH yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.

2. RTH yang berfungsi sebagai tempat berkarya, yaitu tempat penduduk bermata pencaharian dari sektor pemanfaatan tanah secara langsung seperti pertanian pangan, kebun bunga dan usaha tanaman hias.

3. RTH yang berfungsi sebagai ruang pemeliharaan, yaitu ruang yang memungkinkan pengelola kota melakukan pemeliharaan unusur-unsur

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perkotaan seperti jalur pemeliharaan sepanjang sungai dan selokan sebagai koridor kota.

4. RTH yang berfungsi sebagai ruang pengaman, yaitu untuk melindungi suatu objek vital atau untuk mengamankan manusia dari suatu unsur yang dapat membahayakan seperti jalur hijau disepanjang jaringan listrik tegangan tinggi, jalur sekeliling instalasi militer atau pembangkit tenaga atau wilayah penyangga.

5. RTH yang berfungsi sebagai ruang untuk menunjang pelestarian dan pengamanan lingkungan alam, yaitu sebagai wilayah konservasi atau preservasi alam untuk mengamankan kemungkinan terjadinya erosi dan longsoran pengamanan tepi sungai, pelestarian wilayah resapan air.

6. RTH yang berfungsi sebagai cadangan pengembangan wilayah terbangun kota di masa mendatang

commit to user

Manfaat lahan terbuka berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati. (www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/Artikel_cd.htm-103k).

c. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau.

Urban growth reduces open space in and around cities, impacting biodiversity and ecosystem services. Using land-cover and population data, we examined land consumption and open space loss between 1990 and 2000 for all 274 metropolitan areas in the contiguous United States. Nationally, 1.4 million ha of open space was lost.

(http://www.plosone.org/article/info:doi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0009509). Berkaitan dengan kecukupan Ruang terbuka atau luas standar Ruang terbuka pada wilayah perkotaan secara khusus telah diterangkan pada Undang – Undang Republik Indonesia nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang. Pada pasal 29 ayat 2 yang menerangkan bahwa Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.

4. Pemetaan

Prihandito (1998: 11) mengemukakan bahwa “peta merupakan gambar permukaan bumi pada bidang datar dalam ukuran yang lebih kecil”. Prihandito (1998 : 1) berpendapat pula bahwa, “ Peta merupakan penyajian grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara berbagai perwujudan yang diwakili”.

Menurut Sinaga (1995: 5) peta adalah suatu representasi / gambaran unsur – unsur atau kenampakan – kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda – benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil / diskalakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sandy (1972: 2) mengemukakan bahwa pemetaan merupakan suatu usaha untuk menyampaikan, menganalisis dan mengklasifikasikan data yang bersangkutan, serta menyiapkan ke dalam bentuk peta dengan menggunakan metode tertentu agar peta yang dihasilkan dapat dimengerti dengan mudah, memberi gambaran yang jelas, rapi dan bersih.

Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa, mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai tinggi baik isi maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemen-elemen dasarnya (Sinaga, 1995: 3)

Tugas kartografer adalah mendesain peta. Tahapan mendesain peta meliputi sebagai berikut :

a. Desain letak peta / komposisi peta

Desan tata letak/komposisi peta adalah merancang susunan dan pengaturan masing-masing informasi tepi peta, agar peta menarik dan efisien. Komposisi peta meliputi judul peta, skala peta baik grafis maupun numeric, orientasi, inset, legenda, indeks peta, sumber data, sumber peta, nama penyusun peta, garis tepi peta, garis lintang dan bujur, serta daerah yang dicakup. Penempatan unsur-unsur tersebut ke dalam peta dipengaruhi oleh bentuk daerah penelitian, efisiensi kertas dan skala peta, oleh karena itu letak dan ukuran huruf atau angka yang ditempatkan pada peta harus nampak serasi dan harmonis sehingga memberi kesan yang menarik bagi pengguna peta. Berikut contoh penempatan tata letak/ komposisi informasi peta tematik.

Keterangan : 1. Judul peta tematik 2. Daerah yang dicakup 3. Skala angka dan grafis 4. Orientasi utara 5. Legenda/ keterangan 6. Penyususn/ penerbit 7. Sumber data

8. Grid lintang dan bujur

commit to user

Gambar 3. Tata Letak Komposisi Peta Tematik

b. Desain peta dasar

Dalam membuat peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang akan dibuat. Penentuan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut

1) Sesuai dengan tujuan pemetaan. 2) Tidak banyak data yang dihilangkan. 3) Datanya dapat digambarkan dengan jelas.

4) Unit penggambaran terkecil masih nampak tergambar dengan jelas. Dalam hal ini unit penggambaran terkecil pada peta berskala 1:35.000 luasan terkecil yang tergambar adalah 4,24 ha. Dijelaskan oleh Elbersen G.W.W dalam Abdullah Tatat Sutarman, 1993 : 51.

c. Desain isi peta

Desain isi peta adalah merancang informasi ke dalam bentuk simbol yang akan ditampilkan pada peta. Simbol harus memiliki arti unsur yang diwakilinya. Informasi yang akan disampaikan melalui simbol seperti simbol titik, garis dan area akan menentukan besarnya ukuran atau nilai.

Desain isi peta pada hakekatnya mendesai simbol dalam proses pemetaan suatu data. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Menurut Sinaga (1995 : 39), unsur- unsur geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokan menjadi :

1) Posisional, yakni unsur- unsur yang tidak mempunyai dimensi atau perluassan, misalnya : titik ketinggian, sumur pengeboran, pusat pelanyanan dan sebagainya. Nilai dari unsur- unsur ini dapat dilihat angka yang ada atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

satu sisi atau unsur dimensi satu. Misalnya : jalan, jalan kereta api, sungai dan sebagainya. Untuk data linier ini tergantung panjang pendek unsur yang digambarkan. 3) Unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang

berdimensi dua nilai ditentukan berdasar luasnya, bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat ditentukan volumenya, misalnya volume waduk, volume jumlah cadangan bahan galian, jumlah curah hujan dan sebagainya.

Penentuan bentuk dan ukuran simbol disesuaikan dengan macam data, kuantitas data maupun generalisasi. Berikut ini beberapa tahapan dalam mendesain simbol yang dikemukakan oleh Bertin dalam Martono (1998: 6)

1) Penentuan subjek yang dipetakan 2) Analisis data meliputi :

a) menentukan struktur organisasi data b) menentukan karakteristik posisi data

3) Persepsi yang dikehendaki (Sinaga, 1995: 11).

a) Persepsi asosiatif adalah semua simbol yang ada dalam peta tersebut mempunyai kesan sama tingkatannya (pentingnya), derajadnya, jadi tidak ada satu simbolpun yang lebih menonjol dibandingkan dengan simbol yang lain.

Contoh: variabel visual bentuk (form), orientasi (orientatiaon), warna (colour) dan density.

b) Persepsi selektif adalah semua simbol memberi kesan berbeda antara satu dengan lainnya, akan tetapi dalam bentuk group. Mata akan dapat membedakan group satu dengan yang lainnya, tetapi tidak dapat mebedakan mana group yang lebih penting. Jadi group yang satu dengan lainnya sama kedudukannya.

commit to user

Contoh : variabel visual nilai (value), ukuran (size) dan warna (colour). c) Persepsi bertingkat adalah apabila mata

melihat group simbol akan mendapatkan kesan bahwa group simbol yang satu akan lebih penting dari group simbol yang lain (ada tingkatannya)

Contoh: nilai (value), ukuran (size) dan density.

d) Persepsi kuantitatif adalah simbol - simbol akan memberi kesan bahwa simbol yang satu lebih besar dari simbol yang lain atau dengan kata lain simbol satu dengan yang lainnya dapat dibandingkan.

Contoh: ukuran (size).

Tabel 2. Hubungan antara Tingkatan Persepsi dengan Variabel Visual Variabel visual

Persepsi

Bentuk Orient asi

Warna Density Nilai Ukuran

Kuantitaif

Bertingkat

Selektif

Assosiatif

4) Pemilihan variabel visual yaitu :

a) Bentuk c. Ukuran. e. Kepadatan g. Nilai

b) Arah d. Warna f. Posisi 5) Desain simbol

Desain simbol berdasarkan pada :

 Pembuat peta

 Kenampakan sesungguhnya di lapangan

 Permintaan dari pengguna peta

Dokumen terkait