• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS UNSUR TOKOH DAN LATAR

2.2 Latar

2.2.3 Latar Sosial

3.1.1.5 Citra Wanita Bali yang Munafik

Wanita Bali dalam kitab Weda Smrti Buku IX nomor 5 dinyatakan bahwa wanita harus dijaga dari kencenderungan berbiat jahat agar tidak merigikan wanita tersebut dan keluarganya.. Dalam novel Kenanga,wanita Bali digambarkan sebagai sosok yang munafik. Kemunafiakan ini dapat ditemukan dalam tokoh Kenanga, Kencana. Dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(26) Kenanga, Kenaga, alangkah munafiknya kamu! Alangkah liciknya

dirimu! Kau pakai anakmu sebagai dalih untuk memuaskan kerinduanmu sendiri. Rasa lapr wujud perempuanmu sendiri. Kenapa tak kau katakana saja bahwa kaulah yang membutuhkan laki-laki itu (hlm120)

(27) Ah, Bhuana, Bhuana. Andai kau tahu betahu betapa kuingin kau selalu berada di ampingku, melihat pertumbuhan Intan bersamaku. Pada sat seperti ini aku baru sadae, betapa besar sesungunya arti kehadiranmu dalam hidupku (hlm. 118)

(28) Kenanga hanya mampu berharap agar perkawinan Kencana tetap utuh.

Agar bahtera rumah tangga yang menaungi hidup adiknya tadak karam dihantam badasi kehadiran orang ketiga (hlm. 40).

3.1.1.6 Citra Wanita Bali dalam Kekalahan

Wanita Bali digambarkan sebagai wanita yang kalah. Kalah karena tidak bisa atau tidak ada keberanian mewujudkan keinginanya.. Kenanga mengalami kekalahan karena Kenanga mengalah demi adiknya yaitu Kencana. Kenanga kalah dalam setatus dia bukan istri Bhuana walau pun telah memiliki anak dari Bhuana. Pun demikian, Kenanga dapat sesering mungkin bertenu dengan Bhuana. Kencana walau istri sah Bhuana namun sedikit pun Bhuana tidak mencintai Kencana..

Bhuana tidak ada gairah seksual untuk Kencana. Kencana harus mencari lelaki lain untuk memenuhi hasratnya..

Kekalahanpun terjadi karena adat. Kenanga tidak mampu melawan adat. walau ia meiliki anak dari Bhuana tetapi ia tidak punya kemampuann membuakanya. Semua ada dalam misteri. Ia hanya mampu memperlakukan Intan anaknya selayaknya kaum Brahman. Walau pun gunjingan deras menimpanya. Ia pun rela mengalah lelaki yang dicintainya diperistri adiknya. Hal itu terjadi karena Kenanga tidak ada keberanian melawam tuduhan merebut calon suami adiknya karena adiknya telah berbuat sedemikian rupa sehinga semua orang tahu ia ada hubungan khusu dengan Bhuana.

Kekalahan terhadap adat juga menimpa Jero Kemuning. Karena tradisi kaum Sudra menyerahkan anak kepada Brahmana hingga ia diperistri Paman Rahyuda. Kemuning rela cintanya kepada Rahyuda hanya terpendam saja. Dapat dilihat dalam kutipan berikut.

(29) Kencana, Kencana, tahukah kau apa yang sesungguhnya terjadi antara aku dan Bhuana, suamimu? Semua telah Kenaga lakukan untuk Kncana. Ia (Kenanga) mengerti, ia (Kenaga) paham , adiknya (Kencana) begitu mencintai Bhuana. Pada laki-laki itulah Kencana menumpahkan semua rasa cintanya,.Kenaga bisa merasakan arus cinta yang meluap dan membanjiri tubuh Kencana setiap kali Bhuana datang (hlm 16)

.

(30) “ Adikku mencintaimu, Bhuana. Aku minta kau kawini dia, sebagai

wujud pertanggungjawabanmu atas ulah busukmu padaku!” (hlm. 52) (31) Ah, Bhuana, Bhuana. Andai kau tahu betapa kuingin kau selalu berada di

ampingku, melihat pertumbuhan Intan bersamaku. Pada sat seperti ini aku baru sadar, betapa besar sesungunya arti kehadiranmu dalam hidupku. Tapi memberimu harapan hanya akan membuatku tersudut. Kencana istrimu, dia adik kandungku sendiri. Dan kita bukan pemilik bumu ini. Ada adat, keluarga, nilai-nilai masyarakat yang berlaku umum dan tak kenal perasaan pribadi (hlm. 118)

(32) Bhuana , hidup apa yang kau ciptakan untukku? Perkawinan macam

ini istrimu? Perempuan yang kau miliki secara sah, dengan saksi setumpuk sesaji kelas satu. Direstui orang suci dan dewa-dewa! (hlm111) (33) Kau tak lagi bergairah menyentuhku. Batang tubuh lelakimu selalu mati

setiap kali lubang tubuh perempuanku berderak basah, mengelegak dalam badai. Hanya dingin, hanya semilir angin asing yang bersiut dari pori-pori pohon kelelakianmu (hlm. 112).

(34) Andai kau tahu betapa sakitnya memiliki seongok daging yang sempurna, tapi terpuruk dan tercampakkan. Betapa aku serasa gila menjajal daging tubuhku sendiri, agar aku tetap yaki9n bahwa ia tak merana tak sia-sia (hlm. 112)

(35) Andai kau tahu bagaimana aku menjagal para laki-laki itu. Kubiarkan mereka rakus melahapku. Kubiarkan nafsuku tumpah mengelamkan mereka semua, berpuluh-puluh mereka. Kujadikan mereka budak,. Kupangil mereka semua ‘Bhuana’ dan kupecut, kugigit, kutampar, kuhajar, kusedot sampai tumpas hingga akar-akar mereka berlonjot dalam ngilu. Mereka bilang aku gila tapi nyatanya mereka datang dan datang lagi., yang lama dan yang baru, memohon amuk badai nafsuku, mengemis-ngemis guyuran anggur kegilaanku. Dan aku pun berlaku adil pada mereka (hlm. 112)

(36) Dia (Kenanga) tahu, bila aib ini pecah, orang-oarng pasti akan bersorak sorai memojokkannya. Menjadikannya bulan-bulanan kesalahan dan kenajisan. Sosok Kencana terlalu sempurna. Benar-benar gambara seorang perempuan sejati, istri ideal yang diimpikan setiap lelaki. Sedangakn dirinya? Perempuan dengan segudang obsesi di kepala. Obsesi yang bagi kebanyakan orang tidak jelas. Dia terlalu mandiri sebagai seorang perempuan. Kepercayaan dirinya terlampau besar, hingga sering menakutkan. Bagaimana jika ia kedapatan punya anak di luar nikah, tanpa upacara megah yang penuuh basa-basi itu? Bagaimana jika ayah bayi ini ketahuan? Semua orang pasti berebut menguliti batang-batang tubuhnya yang jadi tampak tak senonoh, seraya meludah beramai-ramai : dasar perempuan gatal, ipar sendiri dimakan juga! Pasangan ideal Bhuama-Kencana akan muncul sebagai korban kebejatan seorang perempuan terkutuk: Kenanga! (hlm. 91-92)

(37) Ingin rasanya Kenanga berteriak. Memberi tahu seluruh makhluk di bumi ini bahwa dia perempuan normal. Tubuhnya bisa terbelah dan menjelmakan makhluk mungil yang benar-benar hidup dan terus tumbuh. Makhlik dari darah dagingnya sendiri (hlm. 93)

(38) “Dia minta dibuatkan otinan untuk Luh Intan! Apa itu tidak gila,

namanya? Dia piker Intan itu siapa? Anak siapa? Kita ini Bangsawan (hlm. 99).

(39) Perkawinanya denga paman Rahyuda boleh dibilang adalah sebuah

paman Rahyuda meminta kepada ibu Kemuning agar menyerahkan anak perempuannya ke griya untuk dikawinkan dengan anaknya (hlm. 78)

(40) Sejak palu perjodohan diketukkan, semua pintu telah tertutup bagi

Kemuning. Tuganya tinggal melayani kemauan laki-laki yang telah disediakan untuknya, tanpa boleh memasukkan kemauannya sendiri (hlm. 78)

(41) “ Tiang sangat mencintainya, Tugeg…”

Suara Kemuning terdengar ragu. Kenanga tersenyum (hlm. 74)

(42) “ Tiang sudah berusaha membunuh perasaan tiang. Tiang tahu perasaan itu salah,” isak Kemuning (hlm. 75)

(43) “ Ya. Tiang pendam seluruh perasaan tiang dalam-dalam.” (hlm. 75)

Dokumen terkait