• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 19 Desember 1991, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, putra pasangan Bapak Ahmad Hifni dan Ibu Chairani Mariun.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Indriasana, Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah, sekolah dasar di SD Negeri 1 Way Mengaku Lampung Barat pada 2004; sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 10 Bandar Lampung pada 2007; dan sekolah menengah umum di SMA Al – Azhar 3 Bandar Lampung pada 2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan

Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM) pada 2010. Pada Juli 2013 penulis melaksanakan praktik umum di UPTD IBBITKAN Negeri Sakti Pesawaran, Lampung dan pada Januari 2014

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Beringin Kencana Kecamatan Candipuro Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Peternakan periode 2011 – 2012 sebagai sekretaris bidang Penelitian dan Pengembangan, Badan Eksekutif Mahasiswa periode 2011 –2012 sebagai anggota bidang Pengabdian Masyarakat, Himpunan Mahasiswa Peternakan periode 2012 –2013 sebagai Ketua Umum.

Bismillahirohmanirrohim

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Kupersembahkan karya tulis nan sederhana ini sebagai baktiku kepada:

Ayah dan Ibu tercinta

(terima kasih atas doa-doamu yang tulus...My biggest love to you)

Kakakku tersayang “Sandra Pertwi Putri”

(Teruslah menjadi Inspirasi)

Nenek tersayang

(You’r my spirit)

Sahabat dalam perjalananku

(Aku bahagia memiliki kalian...I’m gonna miss you all)

Dan

Seseorang wanita hebat yang kelak menjadi pendampingku yang akan berdampingan denganku,

Serta

Pada waktunya aku akan mengerti dan memahami Tentang apa yang engkau berikan, sedari aku ada di dalam dirimu Tentang do’a, kasih sayang, ketulusan, dan kesabaranmu Yang tak bisa aku gantikan!! Ini adalah hal kecil yang bisa aku berikan Namun aku tau, ini adalah sesuatu yang sangat berarti untukmu i really proud as your son ....and i’ll make you proud of me,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT salawat serta salam penulis panjatkan untuk Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya. Berkat rahmat, hidyah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Conception Rate pada Sapi Perah Laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden Purwokerto Jawa Tengah”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas segala dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak drh. Madi Hartono, M.P.--selaku Pembimbing Utama--atas bimbingan, nasihat, dukungan dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi;

2. Bapak Siswanto, S.Pt., M.Si.--selaku Pembimbing Anggota--atas bimbingan, dukungan, dan nasihatnya;

3. Ibu Ir. Sri Suharyati, M.P. --selaku Pembahas--atas saran dan perbaikannya; 4. Bapak Muhammad Iqbal Dima, S.Pt., M.P.--selaku Pembimbing

Akademik--atas saran dan nasihat yang diberikan;

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Petrnakan--atas izin untuk melaksanakan penelitian;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung--atas izin untuk melaksanakan penelitian; 7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan serta guru-guruku atas ilmu yang

telah diberikan;

8. Bapak Ir. Ali Rachman, M.Si.--selaku Ketua BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah --atas izin untuk melaksanakan penelitian; 9. Ayah dan Ibu tercinta, nca Sandra, kak Oky serta nenekku tersayang --atas

cinta kasih, perhatian, dorongan semangat, pengertian, serta doa-doanya yang tulus;

10. Seseorang yang selalu ada di sampingku, di depanku, dan di belakangku baik suka maupun duka “ Nurul Istiqomah”--atas dorongan semangat, perhatian, pengertian, dan kebersamaannya bersamaku sampai saat ini;

11. Afrizal, Fauzan, Fajar, Repki, Jefri, dan Alm. Anggiat teman terbaikku yang paling dahsyat, will miss u

12. Yuli, Rahmadhanil, dan Febi teman seperjuanganku yang paling mantap 13. Ajrul, Faradina, Sherly, Nani, Tiwi, Indah, Aini, Sekar, Nurma, Dian, Niko,

Ayyub, serta kakak dan adik tingkat yang tidak dapat disebutkan satu persatu--atas dukungan, kerjasama, dan persahabatan yang terjalin;

14. Sahabat Unsoed Winda, Imel, Anna, Ita – atas bantuan dan kasih sayang serta persahabatan yang terjalin selama penelitian;

15. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung, baik dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Oktober 2014

Fandi Abdillah 1014061070

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Sapi Perah ... 7

B. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden ... 9

C. Efesiensi Reproduksi Ternak Sapi Perah ... 10

D. Conception Rate ... 11

1. Jumlah sapi yang dipelihara ... 12

2. Pernah kursus ... 13

3. Alasan beternak ... 13

4. Pengetahuan birahi dan perkawinan... 14

5. Jumlah pemberian air minum ... 14

6. Produksi susu ... 14

7. Bahan lantai kandang ... 15

9. Umur induk sapi ... 16

10. Perkawinan kembali stelah beranak ... 17

11. Lama masa sapih ... 18

12. Skor kondisi tubuh ... 18

III. BAHAN DAN METODE ... 19

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

B. Bahan Penelitian... 19

C. Alat Penelitian ... 19

D. Metode Penelitian... 19

1. Teknik pengambilan sampel ... 19

2. Variabel yang digunakan... 20

3. Pelaksanaan penelitian ... 20

4. Analisis data ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Gambaran Umum Perawat Ternak BBPTU-HPT Baturraden ... 22

B. Gambaran Umum Ternak BBPTU-HPT Baturraden ... 23

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Conception Rate ... 24

1. Faktor conception rate pada tingkat perawat ternak ... 24

a. Pendidikan perawat ternak... 25

b. Jumlah sapi perah laktasi yang dipelihara ... 26

c. Pengetahuan beternak ... 27

d. Lama thawing ... 28

e. Letak kandang... 29

a. Umur induk ... 30

b. Lama waktu kosong ... 31

c. Perkawinan kembali setelah beranak ... 32

d. Calving interval ... 33

e. Lama Laktasi ... 33

f. Masa kering ... 34

D. Penerapan Model ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Simpulan ... 39

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah dan persentase komposisi air susu segar bangsa sapi ... 8

2. Daftar variabel peternak yang mempengaruhi CR ... 44

3. Daftar variabel ternak yang mempengaruhi CR... 45

4. Kriteria penentuan skor kondisi tubuh sapi perah ... 46

5. Hasil pengamatan variabel peternak yang mempengaruhi CR ... 47

6. Hasil pengamatan variabel ternak yang mempengaruhi CR ... 49

7. Hasil analisis CR pada variabel tingkat perawat ternak ... 50

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya membawa konsekuensi meningkatnya kesadaran masyarakat dalam hal memenuhi kebutuhan keseharian. Peningkatan yang terjadi juga berdampak pada pola konsumsi masyarakat yang cenderung meningkat dalam hal

mengkonsumsi protein hewani seperti susu, daging, dan telur.

Susu merupakan salah satu produk asal hewan yang bernilai gizi tinggi dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan gizi masyarakat, karena kandungan proteinnya yang tinggi dan mudah dalam pengolahannya. Hal ini menyebabkan permintaan susu yang sehat dan berkualitas semakin meningkat. Peningkatan populasi sapi perah dilakukan agar dapat memenuhi permintaan tersebut dan pada akhirnya kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Kebutuhan susu nasional saat ini berkisar 7500 ton/hari, populasi sapi perah yang ada di Indonesia sekitar 560.000 ekor dan hanya mampu memproduksi sekitar 1.500 -- 1.600 ton/hari. Jumlah produksi susu tersebut hanya mampu memenuhi 20% kebutuhan susu nasional.

2

Indonesia memiliki beberapa daerah penghasil produksi susu yang berperan penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan produksi susu. Daerah tersebut antara lain: Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali, dan Nusa Tenggara. Total populasi sapi perah yang ada di Indonesia adalah 99% berasal dari Pulau Jawa, 0,4% berasal dari Pulau Sumatera, dan sebesar 0,6% tersebar di beberapa Pulau di Indonesia.

Sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah bangsa sapi Friesian Holstein (FH). Bangsa sapi FH memiliki jumlah produksi susu tertinggi dengan persentase lemak dan total solid (TS) terendah diantara bangsa sapi perah lainnya, yaitu 7.245 kg/laktasi dengan persentase lemak sebesar 3,5 % (Qisthon dan Husni, 2003). Salah satu daerah penghasil susu di pulau Jawa adalah Baturraden.

Baturraden adalah salah satu sentra peternakan sapi perah di Indonesia yang berada di atas permukaan laut antara 1.000 -- 1.420 meter, suhu udara antara 12 -- 28º C, basah udara (kelembapan) antara 70% dan 80%. Menurut Siregar (1993), kriteria daerah pemeliharaan sapi perah yaitu memiliki ketinggian lebih dari 750 m dari permukaan laut dan memiliki suhu lingkungan 16º C. Kondisi tersebut di atas cocok dengan kondisi alam yang dimiliki oleh BBPTU-HPT Baturraden.

Salah satu pengukuran efisiensi reproduksi pada sapi perah dapat dilakukan dengan menghitung conception rate (CR). Conception rate adalah angka kebuntingan dari perkawinan atau inseminasi buatan pertama. Menurut

3

rendahnya efisiensi reproduksi dan nilai efisiensi reproduksi dianggap baik apabila CR dapat mencapai 65 -- 75%.

CR dapat dijadikan acuan untuk menilai tingkat kesuburan sapi. Semakin tinggi nilai CR maka semakin tinggi tingkat kesuburan seekor sapi dan semakin rendah nilai CR maka semakin rendah pula tingkat kesuburan seekor sapi. Persentase CR yang bermasalah dari seluruh populasi sapi perah laktasi yang ada di BBPTU-HPT Baturraden adalah sebesar 47,68 % (BBPTU-HPT, 2013), hal ini menunjukkan bahwa efisiensi reproduksi di BBPTU-HPT Baturraden rendah. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi conception rate pada sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. besarnya conception rate pada sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah;

2. faktor-faktor dan perbedaan besar faktor yang memengaruhi conception rate pada sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi conception rate pada sapi perah laktasi terutama di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah. Selain itu, hasil penelitian ini juga

4

menyumbang data atau informasi bagi masyarakat peternak pada umumnya dan untuk informasi bagi penelitian selanjutnya.

D. Kerangka Pemikiran

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia umumnya masih tergolong sebagai peternakan rakyat yang populasinya masih jauh dari target untuk dapat mencukupi kebutuhan susu masyarakat. Peternak rata-rata memiliki sapi perah laktasi

sebanyak dua sampai tiga ekor dengan produksi susu 16 -- 20 liter/ekor/hari. Kecilnya kepemilikan ternak disebabkan oleh masih terbatasnya modal, tenaga kerja, dan buruknya manajemen reproduksi.

Buruknya manajemen reproduksi pada usaha peternakan sapi perah dapat menurunkan produktivitas dan menyebabkan adanya gangguan reproduksi sehingga dapat menghambat peningkatan populasi sapi perah. Menurut

Hardjopranjoto (1995), laju peningkatan populasi ternak akan menjadi lebih cepat bila efisiensi reproduksinya tinggi dan angka gangguan reproduksinya rendah. Kinerja reproduksi sapi perah erat hubungannya dengan keberhasilan sapi perah dalam memproduksi pedet dan susu. Oleh karena itu, sangat diperlukan

pengelolaan reproduksi dengan tujuan utama mengurangi kasus gangguan reproduksi.

Menurut Hardjopranjoto (1995), tinggi rendahnya efisiensi reproduksi

sekelompok ternak dapat ditentukan oleh lima hal, yaitu: angka kebuntingan atau conception rate; jarak antara melahirkan atau calving interval; jarak waktu antara

5

melahirkan sampai bunting kembali atau service periode; angka perkawinan per kebuntingan atau service per conception; dan angka kelahiran atau calving rate.

Angka kebuntingan atau conception rate (CR) adalah persentase sapi betina yang bunting dari inseminasi pertama (Sakti, 2007). Menurut Hafez (2000) CR adalah jumlah induk sapi yang bunting dari sejumlah induk yang diinseminasi pertama pasca partus. CR ditentukan berdasarkan hasil diagnosa kebuntingan dalam waktu 40 sampai 60 hari sesudah inseminasi. CR merupakan salah satu nilai untuk mengukur tinggi/rendahnya efisiensi reproduksi pada suatu peternakan. Menurut Hardjopranjoto (1995), efisiensi reproduksi pada sapi dianggap baik apabila CR dapat mencapai 65 --75%.

Menurut Sakti (2007), conception rate ditentukan oleh 3 faktor yaitu kesuburan pejantan, kesuburan betina, dan teknik inseminasi. Menurut Corah dan Lubsy (2002), CR ditentukan oleh umur pertama kali dikawinkan, birahi pertama setelah beranak, adanya gangguan reproduksi, usia induk, kesehatan induk, dan produksi susu. Menurut Sari (2010), faktor – faktor yang memengaruhi conception rate adalah jumlah sapi yang dipelihara, pernah mengikuti kurus, alasan beternak, pengetahuan birahi dan perkawinan, jumlah pemberian konsentrat, jumlah pemberian air minum, bahan lantai kandang, luas kandang, umur induk sapi, perkawinan kembali setelah beranak, dan lama masa sapih.

Keterampilan manajemen yang rendah merupakan ciri khas atau tanda dari usaha peternakan sapi perah di Indonesia. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai CR pada usaha-usaha peternakan sapi perah yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.

6

Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi CR, maka perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui besar faktor yang dapat memengaruhi CR.

E. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor dengan besaran yang berbeda yang memengaruhi conception rate pada sapi perah laktasi di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Perah

Sapi Friesian Holstein (FH) berasal dari dataran Eropa tepatnya dari Provinsi North Holland dan West Friesland negeri Belanda yang memiliki temperatur lingkungan kurang dari 220 C (Blakely dan Bade, 1994). Menurut AAK (1995), sapi FH memiliki ciri-ciri:

(1) tenang dan jinak sehingga mudah dikuasai;

(2) terdapat warna putih berbentuk segitiga di daerah dahi; (3) kepala besar dan sempit;

(4) dada, perut bagian bawah, dan ekor berwarna putih; (5) ambing besar;

(6) warna bulu hitam dengan bercak putih; (7) tidak tahan panas;

(8) tanduk pendek dan menjurus ke depan.

Menurut Rustamadji (2004), sapi FH memiliki warna cukup terkenal, yaitu belang hitam putih dengan pembatas yang jelas dan tidak ada warna bayangan serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga bangsa sapi ini dapat dijumpai hampir di seluruh dunia. Sapi FH betina dewasa memiliki bobot badan 628 kg sedangkan untuk FH jantan adalah 1.000 kg (Sudono, 2003). Sapi FH

8

memiliki rata-rata produksi susu tertinggi dengan kadar lemak susu terendah diantara bangsa sapi perah lainnya.

Tabel 1. Jumlah dan persentase komposisi air susu segar beberapa bangsa sapi perah

Bangsa Jumlah

Produksi Air Protein Lemak Laktosa Abu

Total Padatan (kg/laktasi) --- (%) --- Jersey 4.957 85,27 3,9 5,5 4,9 0,7 15,0 Guernsey 5.205 85,45 3,8 5,0 4,9 0,7 14,4 Ayrshire 5.685 87,10 3,6 4,1 4,7 0,7 13,1 Holstein 7.245 88,01 3,1 3,5 4,9 0,7 12,2

Sumber: Qisthon dan Husni (2003)

Bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia adalah jenis bangsa sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH). Menurut Siregar (1993), sapi PFH merupakan hasil persilangan (grading-up) antara sapi perah FH dengan sapi lokal. Menurut Rustamadji (2004), ciri-ciri sapi PFH adalah:

(1) warna bulunya belang hitam dan putih;

(2) mempunyai ukuran tubuh yang besar dan beratnya hampir sama dengan sapi FH;

(3) mempunyai kadar lemak susu yang juga rendah;

(4) produksi susu dapat mencapai 15--20 liter per hari per masa laktasi; (5) mempunyai sifat tenang dan jinak sesuai dengan induknya;

(6) lebih tahan panas jika dibandingkan dengan sapi FH, sehingga lebih cocok di daerah tropis;

9

B. Gambaran Umum BBPTU-HPT Baturraden

Lokasi BBPTU-HPT Baturraden berada pada wilayah yang meliputi 4 (empat) area, yaitu : (a) area farm Tegalsari (34,802 ha); (b) area Farm Limpakuwus (96,787 Ha); (c) area farm Manggala (100 ha). Keempat area tersebut berada di lereng kaki Gunung Slamet sisi arah selatan. Area farm Tegalsari, Munggangsari dan Limpakuwus berada di dalam kawasan wisata Baturraden yang berjarak ± 15 km ke arah Utara dari kota Purwokerto, sedangkan area farm Manggala yang berjarak ± 30 km ke arah Barat dari kota Purwokerto.

Secara administratif area Farm Tegalsari berada di wilayah Desa Kemutug Lor Kecamatan Baturraden, area Farm Limpakuwus berada di wilayah Desa

Limpakuwus Kecamatan Sumbang serta area Farm Manggala berada di wilayah Desa Karangtengah Kecamatan Cilongok dan Desa Tumiyang Kecamatan Pekuncen.

Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden memiliki temperatur berkisar 18 -- 280C, curah hujan berkisar 6.000 -- 9.000 mm/tahun, serta kelembaban udara 70 -- 80% merupakan habitat yang cocok untuk pengembangan sapi perah. BBPTU-HPT berada pada ketinggian tempat : (a) area Farm Tegalsari sekitar 675 mdpl; (b) area Farm Limpakuwus sekitar 725 mdpl; (c) area Farm Manggala sekitar 700 mdpl, sedangkan jenis tanahnya yaitu andosol coklat kekuningan serta assosiasi latosol dan regosol coklat dengan tekstur tanah lempung berpasir.

10

C. Efisiensi Reproduksi Ternak Sapi Perah

Efisiensi reproduksi adalah ukuran kemampuan seekor sapi untuk bunting dan menghasilkan keturunan yang layak (Niazi, 2003). Menurut Hafez (1993) efisiensi reproduksi adalah penggunaan secara maksimum kapasitas reproduksi. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi reproduksi terutama melalui penerapan bioteknologi atau mengembangkan teknologi praktis dan praktik-praktik manajemen yang dapat meningkatkan efisiensi reproduksi (Basyir, 2009).

Manajemen perkawinan ternak yang baik juga merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan efisiensi reproduksi termasuk perbaikan keturunan. Salah satu cara untuk memperbaiki manajemen ternak adalah dengan inseminasi buatan (IB). Hal ini berarti meningkatkan efisiensi reproduksi pada hewan donor tersebut (Wijaya, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi reproduksi antara lain nutrisi yang terkandung di dalam ransum yang berpengaruh pada organ-organ reproduksi dan fungsi kelenjar-kelenjar yang memproduksi hormon. Manajemen atau tatalaksana sangatlah berpengaruh terhadap ternak sapi. Penyakit dan suhu udara dan musim sangat berpengaruh terhadap sifat reproduksi (Suyasa, 1999).

Menurut Hardjopranjoto (1995), parameter yang dipakai untuk menyatakan adanya gangguan reproduksi pada suatu peternakan antara lain:

(1) CR kurang dari 60%;

(2) jarak antar melahirkan melebihi 400 hari;

11

(4) jarak antar melahirkan sampai bunting kembali melebihi 120 hari; (5) jumlah sapi yang membutuhkan lebih dari tiga kali IB untuk terjadinya

kebuntingan melebihi dari 30%.

Ukuran efesiensi reproduksi dalam usaha peternakan sangatlah penting. Menurut Djagra (1989), periode kosong yaitu periode atau selang waktu sejak sapi beranak sampai dikawinkan kembali dan terjadi kelahiran, kawin pertama setelah beranak yaitu selang waktu sejak sapi beranak sampai dikawinkan kembali, dan jumlah kawin pada setiap kelahiran yaitu berapa kali sapi dikawinkan sampai terjadi kelahiran. Lama bunting yaitu selang waktu sejak sapi dikawinkan dan terjadi kebuntingan sampai sapi beranak.

D. Conception Rate

Angka kebuntingan atau conception rate (CR) adalah persentase sapi betina yang bunting dari inseminasi pertama (Sakti, 2007). Menurut Hafez (2000) CR adalah jumlah induk sapi yang bunting dari sejumlah induk yang diinseminasi pertama pasca partus. CR ditentukan berdasarkan hasil diagnosa kebuntingan dalam waktu 40 sampai 60 hari sesudah inseminasi. CR merupakan salah satu nilai untuk mengukur tinggi/rendahnya efisiensi reproduksi pada suatu peternakan. Menurut Hardjopranjoto (1995), efisiensi reproduksi pada sapi dianggap baik apabila CR dapat mencapai 65 --75%.

Menurut Sakti (2007), conception rate ditentukan oleh 3 faktor yaitu kesuburan pejantan, kesuburan betina, dan teknik inseminasi. Menurut Corah dan Lubsy (2002), CR ditentukan oleh umur pertama kali dikawinkan, birahi pertama setelah

12

beranak, adanya gangguan reproduksi, usia induk, kesehatan induk, dan produksi susu. Menurut Sakti (2007), pada perkawinan normal jarang ditemukan suatu keadaan hewan jantan dan betina mencapai kapasitas kesuburan 100%. Walaupun masing-masing mencapai tingkatan kesuburan 80%, pengaruh kombinasinya akan menghasilkan CR sebesar 64%.

Menurut Hardjopranjoto (1995), tinggi rendahnya efisiensi reproduksi

sekelompok ternak dapat ditentukan oleh lima hal, yaitu: angka kebuntingan atau conception rate; jarak antara melahirkan atau calving interval; jarak waktu antara melahirkan sampai bunting kembali atau service periode; angka perkawinan per kebuntingan atau service per conception; dan angka kelahiran atau calving rate.

Menurut Sari (2010), Conception Rate dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: jumlah sapi yang dipelihara, pernah mengikuti kursus, alasan beternak

pengetahuan birahi dan perkawinan, jumlah pemberian konsentrat, jumlah pemberian air minum, bahan lantai kandang, luas kandang, umur induk sapi, perkawinan kembali setelah beranak, dan lama masa sapih.

1. Jumlah sapi yang dipelihara

Semakin banyak sapi perah laktasi yang dipelihara maka akan meningkatkan nilai CR. Hal ini dikarenakan peternak akan lebih memperhatikan sapinya agar cepat terjadi kebuntingan dan peternak telah merasakan hasil dari penyetoran susu ke KPSBU Jawa Barat (Sari, 2010).

13

2. Pernah kursus

Semakin banyak peternak yang pernah mengikuti kursus akan meningkatkan nilai CR. Peternak yang pernah mengikuti kursus akan memiliki pengetahuan dan kemampuan beternak yang lebih baik sehingga akan meningkatkan produktivitas ternak. Peternak di KPSBU Jawa Barat yang pernah mengikuti kursus adalah sebanyak 154 orang (18,51%) dan yang tidak pernah mengikuti kursus sebanyak 678 orang (81,49%) dan jumlah peternak di KPSBU yang pernah mengikuti kursus masih bisa dikatakan rendah, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran peternak untuk menambah pengetahuan beternak baik tentang manajemen pemeliharaan dan reproduksi (Sari, 2010).

3. Alasan beternak

semakin banyak peternak yang menjadikan beternak sebagai pekerjaan pokok maka akan meningkatkan nilai CR. Hal ini disebabkan karena peternak akan memiliki motifasi yang tinggi, fokus, dan akan lebih memperhatikan kondisi sapinya sehingga akan menaikkan pendapatan peternak. Peternak di KPSBU Jawa Barat yang memilih memelihara sapi perah sebagai pekerjaan pokok adalah sebanyak 700 orang (84,13%). Hal ini berarti sebagian besar peternak di KPSBU Jawa Barat telah menjadikan beternak sapi perah sebagai pekerjaan pokok

sehingga peternak akan lebih memiliki banyak waktu untuk memelihara, mengamati kondisi dan tingkah laku sapinya sehingga masalah gangguan reproduksi dapat dikurangi (Sari, 2010).

14

4. Pengetahuan birahi dan perkawinan

Semakin banyak peternak yang memiliki pengetahuan birahi dan perkawinan maka akan meningkatkan nlai CR. Hal ini disebabkan karena peternak akan memiliki kemampuan deteksi birahi yang baik dan mengetahui waktu yang tepat

Dokumen terkait