• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL DAN PEMABAHASAN

3.4 Pendekatan Penangananan Konflik

3.4.1 Contending

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Summa haddisn aw siqun anta bi`annakum l tastahill na li`anfusikum h na tasnahu lakum al-furasa m tuharrim na ‘al gairikum? Awasiqun anta bianna ab innam yaskhatu ‘al ‘ibratin ‘al al-haqqi wa qadban lilhurm ti wa ri ‘ yati lilkhuluqi wa al-d ni?/ “Katakan padaku, apakah engkau yakin jika pada suatu saat ada seseorang yang menginjak-injak harga diri, kalian akan berdiam diri saja seperti penduduk desa itu? Apakah engkau yakin kemarahan ayahku karena aku telah melakukan kesalahan melanggar norma dan agama?”

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang Naim yang sedang menyampaikan ketidak setujuan dan penentangannya mengenai perilaku penghuni istana yang selalu merendahkan maratabat dan harga diri penduduk desa kepada penyair. Ia juga mengeluhkan perlakuan ayahnya yang selalu mengekangnya bergaul dengan orang-orang. Bahkan ayahnya selalu memilih- milih orang yang sesuai untuk bergaul dengannya.

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Wa akhta`n al-tauf qa falam yutih l an akhaf ‘alaihi kulla syai`in, wa m k da yatharu ‘al ba’di m fa‘altu hatt s rat s `iratuhu, fa`ankara wa sakhata, wa agraqa f al-ink ri wa al-sukhti, summa irtaq il al- wa‘ di wa annaz ri/ “Ayah masih saja menyalahkanku. Ia sama sekali tak memberikan kebebasan padaku. Semua sikap dan kelakuanku diawasi, hingga akhirnya aku berontak karena merasa muak pada semua aturan yang ditentukan. Mengetahui hal ini, ayah marah besar dan mengecamku sebagai anak kurang ajar, lalu ia mengusirku.”

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang Naim yang sedang dalam pemberontakan atas perilaku ayahnya padanya. Namun, pada teks di atas juga didapati penyelesaian konflik secara contending oleh Tuan Rauf . Ia menggunakan cara yang sama untuk mengakhiri konflik yang dihadapinya. Dengan mengancam akan mengusir sang anak (Naim) dari istananya jika sang anak masih juga tidak mematuhi perintah-perintahnya. Tuan Rauf yakin hal ini akan menyurutkan hati anaknya dan berhenti untuk melawan dan memberontak padanya.

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 107 (107)

/Wa qata‘a ‘al na‘ mi tar qi al-tamradi wa al-‘asay ni/ “Naim telah mengambil jalan pintas dengan pemberontakan terhadap tatanan dan nilai- nilai yang berlaku di lingkungan istana.” (107)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh anak dan ayah tersebut. Naim membentuk cara pandang yang berbeda dengan cara padang ayahnya yang menguasai istana. Ia menganggap bahwa dirinya tidak ada melakukan dosa dan kedurhakaan pada siapapun. Sehingga aspirasi yang dimilikinya ingin diwujudkannya dengan cara apapun juga. Dan akhirnya ia yakin bahwa jalan satu-satunya adalah pendekatan contending, yakni dengan pemberontakan.

Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 108

/Haz nafaita abnaka mina al-ardi/ “Karena itu engkau menyingkirkan puteramu dari dunia ini?” (114)

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh anak dan ayah tersebut. Sang ayah (Tuan Rauf) tidak mau dilecehkan oleh anaknya sendiri dan aturan serta nilai-nilai yang ada di istana harus tetap dijalankan oleh siapapun yang berada di dalammya. Sehingga ia

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

mengusir Naim dari istana untuk menjaga tatanan dan nilai-nilai yang ada di istananya itu.

Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 100

/Laqad tagaiyarat al-duny wa fasada al-n sa, wa habat ‘al ha`ul `I al- b `is na min ahli al-qaryati wa ams lihim r ha l adr min aina j `athum, wa lakinnah hamalat ilaihim syarran ‘az man: ‘allamathum anna lahum syarafan, wa annahum yastat ‘ na an yagdab lihaz al-syarifi, wa an yasfak f sab lihi al-dama, wa yata ‘arrad f sab lihi lilmauti./ Dunia telah berubah dan manusia telah rusak. Penduduk desa yang miskin dan pemimpin-pemimpin mereka telah menghembuskan angin yang tak kuketahui dari mana datangnya. Tetapi ia membawa keburukan yang besar pada mereka. hal itu menunjukkan, mereka mempunyai kemuliaan dan dapat berontak serta menumpahkan darah untuk meraih kemuliaan ini. Mereka dapat mengepakkan sayap maut untuk mencapainya. (104)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh Tuan Rauf dengan penduduk desa yang miskin. Para penduduk desa merasa seperti mendapat angin segar dari Naim yang memberontak kepada ayahnya karena merasa tertindas oleh peraturan-peraturan istana yang tidak masuk akal lagi baginya.

Para penduduk desa mengambil kesempatan dengan bergabung bersama Naim memberontak kepada Tuan Rauf. Para penduduk desa dan Naim memiliki aspirasi yang sama, yaitu ingin mendapat kebebasan sehingga terlepas dari ketertindasan yang selama ini mereka rasakan. Meskipun bentuk ketertindasan yang mereka rasakan berbeda, tapi mereka memiliki aspirasi yang sama, yaitu kebebasan menentukan masa depan mereka.

Sehingga terbentuklah sebuah kelompok pejuang (Struggle Group) yang berusaha mencapai aspirasi yang mereka miliki, meskipun harus mengorbankan darah dan menuju maut. Karena aspirasi tersebut sudah berubah menjadi norma kelompak, dan kepemilikan aspirasi tersebut menjadi manifestasi kesetiaan terhadap kelompok.

Pada kutipan lainnya Bab III halaman 92

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Wa huwa lam yuz‘in qattun limu‘allimin au ust zin, wa innam az‘ana lahu d `iman as tizatahu wa mu‘allimuhu/ Dia tidak tunduk saja pada seorang guru, malah guru-guru selalu patuh padanya. (93)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang kekerasan dan penentangan Tuan Rauf pada guru-gurunya di masa mudanya. Perlakuannya tersebut merupakan sebuah pendekatan penanganan konflik yang dihadapinya ketika masih seusia dengan anaknya saat ini. Ia juga mengalami hal yang hampir sama dengan apa yang dialami oleh anaknya (Naim). orangtuanya selalu mengekangnya dan memaksanya untuk selalu patuh pada mereka. Sehingga ia menjadi seorang penentang yang selalu memperlakukan orang di bawah kehendaknya dan menghentikan aspirasi orang lain terhadap dirinya.

Dokumen terkait