• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Hasil Penelitian

Dalam dokumen INTERFERENSI DAN INTEGRASI BAHASA (1) (Halaman 35-41)

Setiap manusia pasti pernah mengalami kesalahan dalam berbahasa, baik dalam berucap maupun dalam bentuk tulisan. Sebagai salah satu penyebab terjadinya hal demikian adalah karena adanya kondisi kedwibahasaan orang tersebut. Bahasa pertama mempengaruhi penggunaan Bahasa kedua, begitupun sebaliknya sehingga penggunaan antarbahasa yang satu dengan Bahasa yang lainnya sering terjadi interferensi atau saling mempengaruhi antar Bahasa.

Judul penelitian “Interferensi Bahasa Betawi pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Miftahul Falah Cipulir-Kebayoran Lama Jakarta Selatan” adalah yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka atau sumber data dalam makalah ini sebagai contoh penelitian interferensi yang terjadi pada masyarakat Indonesia terhadap bahasanya. Penelitian ini dilakukan oleh Lieza Yanti Fikrulloh, mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui interferensi morfologis bahasa Betawi pada karangan narasi siswa kelas XI SMK Miftahul Falah di kelurahan Cipulir, kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang berlatar belakang bahasa betawi. Penelitian ini dilakukan pada bulan 19 Agustus sampai dengan 29 September 2011. Penelitian terhadap karangan narasi dilakukan untuk mengetahui adanya interferensi terhadap siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi terhadap bahasa Indonesia sebanyak 45 buah karangan. Metode yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Analisis digunakan untuk mengetahui bentuk-bentuk interferensi bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa Betawi.

Data yang dijadikan penelitian didapatkan dengan cara penyebaran angket kepada seluruh siswa kelas XI SMK Miftahul Falah untuk mengetahui latar

36 belakang siswa satu per satu dengan melihat hasil angket dari suku dan bahasa orangtua, bahasa sehari-hari, bahasa pertama dan bahasa kedua, dari 61 siswa kelas XI, maka didapatkan 45 siswa yang berlatar belakang Betawi. Siswa dengan latar belakang Betawi didapatkan dengan kriteria bahasa pertama dan bahasa kedua yang digunakan sehari-hari. Sebelum siswa diminta untuk menulis karangan narasi, mereka diingatkan terlebih dahulu tentang hakikat karangan narasi. Setelah itu, siswa diminta untuk membuat karangan narasi. Hasil karangan tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dipisahkan ke-45 karangan siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi, sedangkan yang lainnya diabaikan. Peneliti beranggapan bahwa siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi akan banyak melakukan interferensi bahasa Betawi dalam karangannya dibandingkan siswa yang tidak berlatar belakang bahasa Betawi. Selanjutnya, hasil karangan siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi dianalisis.

Setelah dilakukan analisis, ternyata banyak siswa yang belum memahami tentang karangan narasi. Hal ini dapat dilihat masih adanya siswa yang menulis diary, tidak memiliki rangkaian peristiwa atau konflik dan tidak mencantumkan waktu dan tempat peristiwa terjadi. Ada pula yang menulis teks eksposisi atau karangan deskriptif. Oleh karena itu, peneliti melakukan ulang penelitian dan meminta siswa kembali membuat karangan narasi. Setelah penelitian kedua dilakukan, ternyata masih terdapat 4 orang yang belum dapat mengarang karangan narasi dengan baik. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ulang terhadap 4 siswa tersebut. Setelah menyelesaikan penelitian ketiga, barulah peneliti mendapatkan hasil yang memuaskan dan melakukan analisis terhadap karangan tersebut.

Dalam menganalisis, peneliti menganalisis seluruh karangan siswa dan menggarisbawahi unsur yang terinterferensi bahasa Betawi. Setelah menggarisbawahi semua unsur yang terinterferensi bahasa Betawi, penulis mengelompokkannya berdasarkan bentuknya ke dalam tabel bentuk interferensi morfologis.

Hasil analisis didapatkan bahwa adanya bentuk interferensi pada karangan narasi siswa kelas XI SMK Miftahul Falah Cipulir-Kebayoran Lama, Jakarta

37 Selatan. Bentuk-bentuk interferensi pada karangan narasi siswa terjadi pada bentuk kata, afiks kategori prefiks, sufiks, dan konfiks. Sedangkan pada afiks kategori infiks dan pengulangan tidak terjadi. Bentuk yang paling sering terinterferensi adalah bentuk kata, sedangkan pada bentuk afiks paling sering terinterferensi adalah konfiks. Dari 45 karangan siswa SMK Miftahul Falah Jakarta Selatan, karangan yang terinterferensi bahasa Betawi sebanyak 33 atau 73,30% karangan. Karangan yang tidak terinterferensi bahasa Betawi sebanyak 12 atau 26,70% karangan. Jadi, sebagian besar siswa melakukan interferensi bahasa Betawi dalam karangan narasinya. Untuk lebih jelas dan lengkap, hasil penelitian terhadap interferensi karangan narasi siswa kelas XI SMK Miftahul Falah Jakarta Selatan terlampir.

IV. Kesimpulan

Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian siswa yang dijadikan objek penelitian melakukan interferensi morfologis bahasa Betawi dalam karangannya. Adapun bentuk-bentuk interferensi yang terdapat pada karangan adalah bentuk kata dan imbuhan (afiks). Bentuk imbuhan yang terinterferensi adalah bentuk prefiks, sufiks, dan konfiks, sedangkan interferensi pada bentuk infiks tidak dijumpai. Dari ketiga kategori afiks yang terdapat interferensi, konfiks lebih banyak terinterferensi daripada prefiks dan sufiks. Dari 45 buah karangan siswa yang berlatar belakang bahasa Betawi yang dianalisis, terdapat 33 karangan atau 73,30% yang terinterferensi dan yang tidak terinterferensi sebanyak 12 karangan atau 26,70%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ternyata siswa yang melakukan interferensi terhadap bahasa Indonesia lebih banyak dibandingkan siswa yang tidak melakukannya. Hal ini seharusnya tidak terjadi dalam dunia pendidikan. Terutama untuk guru bahasa Indonesia seharusnya lebih mengarahkan kepada tata bahasa yang digunakan siswa baik pada ketrampilan menulis maupun berbicara sehingga mereka lebih mengerti dan sadar pada tata bahasa dan struktur bahasa Indonesia yang benar. Karena jika hal ini dibiarkan berlarut-larut dalam dunia pendidikan, maka eksistentensi bahasa Indonesia khususnya pada struktur dan

38 kaidahnya akan tercampur adukkan oleh kaidah bahasa lain. Hal ini sama saja merusak kaidah bahasa Indonesia. Dan seharusnya melalui pendidikan, interferensi yang kini dianggap biasa saja dan diterima oleh masyarakat walaupun gejalanya sudah semakin marak dan sulit untuk dihentikan, dapat diminimalisir dan diarahkan kepada kaidah yang seharusnya sehingga tidak muncul anggapan masyarakat Indonesia sendirilah yang merusak identitas bangsanya; bahasa Indonesia.

Daftar Pustaka

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa Bloomfield, Leonard. 1993. Language. New York : Hendry Holt.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2008. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Harimurti Kridalaksana. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Holmes, Janet. (1994). An Introduction to Sociolingusitics. London and New York: Longman.

Irwan. 2006. Interferensi Bahasa Daerah Terhadap Perkembangan Bahasa Daerah. Medan: Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Jendra, Made Iwan Indrawan. (2010). Sosiolinguistics The Study of Societies Languages. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kridalaksana, Harimurti. 1998. Introduction to Word Formation and Word Classes. Jakarta. Universitas Indonesia

Mackey, W.F. 1972. The Description of Bilingualism. Dalam Fishman (Ed). 1972. Reading in The Sociology of Language. The Hague: Mouton.

Mustakim. 1994. Interferensi Bahasa jawa dalam Surat Kabar Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

39 Nababan, P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia. Nababan. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Poedjosoedarmo, Soepomo. 1997. Interferensi Gramatikal Bahasa Jawa dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Murid SD. Laporan Penelitian Yogyakarta: Depdikbud.

Rahardi, R. Kunjana. (2010). Kajian Sosiolinguistik. Bogor: Ghalia Indonesia. Suwito. 1983. Sosiolinguistik. Fakultas Sastra: Universitas Sebelas Maret.

Weinreich, Uriel. 1970. Language in Contact Findings and Problem. Hague: Mouton.

Abdurrahman. 2013. Interferensi Morfologis Bahasa Melayu Betawi Terhadap Bahasa Minangkabau Remaja Kota Padang. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 2 Maret 2013; Seri F 399 – 476. Padang: FBS Universitas Negeri Padang (diunduh pada 21 November 2015)

Bahri, Syamsul. 2013. Interferensi Sintaksis Bahasa Minangkabau dalam Bahasa Indonesia pada Masyarakat Minang Perantau di Medan. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan (diunduh pada 21 November 2015) Fikrulloh, Lieza Yanti. 2011. Interferensi Bahasa Betawi pada Karangan Narasi Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan Miftahul Falah Cipulir Kebayoran Jakarta Selatan. Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hidayatullah. 2009. Interferensi Morfologi dan Sintaksis Bahasa Jawa Dialek Solo dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Tulis Murid Kelas V Sekolah Dasar Surakarta. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. (diunduh pada 21 November 2015) Nuraeni. 2003. Interferensi Bahasa Bugis Terhadap Penggunaan Bahasa

40

Bone. Skripsi Makassar: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar (diunduh pada 21 November 2015)

41

Lampiran Contoh Penelitian

Dalam dokumen INTERFERENSI DAN INTEGRASI BAHASA (1) (Halaman 35-41)

Dokumen terkait