Bab 8 Business Continuity Planning and Disaster Recovery Planning
8.4. Strategi Backup dan Recovery Data pada Disaster Recovery Center
8.4.4. Contoh Implementasi Recovery Sistem Operasi di UNIX
A. Langkah Proses Recovery
Dalam disaster recovery, proses recovery sistem operasi merupakan satu hal yang sangat penting. Berikut adalah bagan proses recovery untuk Sistem Operasi jika terjadi kerusakan pada sistem operasi, backup software, dan server index serta file konfigurasi.
Gambar 7
B. Jenis-jenis Proses Recovery Sistem Operasi
Ada dua metode yang biasa dipakai dalam proses recovery sistem operasi, yaitu menggunakan autochanger (autochanger berfungsi untuk membuat media loading dan mounting functions berjalan dengan otomatis selama proses backup dan recover) atau stand-alone drive. Untuk masing-masing metode, ada beberapa opsi untuk melakukan recovery sistem operasi. Opsi tersebut antara lain complete reinstallation (keseluruhan) atau partial reinstallation (sebagian). Penjelasan untuk masing-masing opsi tersebut adalah sbb :
Î Complete Reinstallation
Ketika kita melakukan complete reinstallation, yang kita lakukan adalah menginstall semua file sistem operasi dan menciptakan kembali konfigurasi unik apa saja yang ada sebelum terjadi kehilangan data atau disk crash. Pada beberapa kasus, recovery sistem operasi dapat lebih cepat bila dilakukan dengan complete reinstallation, khususnya bila kita menginstall sistem operasi dari CD dan kita memiliki sangat sedikit konfigurasi khusus yang harus dilakukan. Kecepatan complete reinstallation
tergantung kepada kecepatan dari backup device dan kecepatan jaringan. Proses complete reinstallation sendiri bisa saja lebih lama bila dilakukan untuk me-recover sisa file dan konfigurasi yang menggunakan backup selama prosedur disaster recovery. Yang harus diperhatikan adalah jika kita memiliki device dengan konfigurasi default, yang tidak didukung secara langsung oleh sistem operasi, kita juga harus memodifikasi file konfigurasi di device itu selama instalasi.
Î Partial Reinstallation
Di sisi lain, partial installation memungkinkan Backup Server berjalan dengan cepat, sehingga kita bisa berkonsentrasi pada proses disaster recovery itu sendiri. Selanjutnya, kita bisa merecover sisa dari file sistem operasi menggunakan Backup. Kita tentu saja akan sangat menghemat waktu jika kita memiliki jumlah client yang banyak dan jumlah device di jaringan yang cukup banyak untuk dikonfigurasi.
Proses recover yang menggunakan backup, akan sangat menjamin bahwa server, client dan device akan dikonfigurasi ulang tepat seperti saat sebelum terjadinya disaster. Partial installation mengharuskan kita untuk melakukan beberapa langkah berikut ini:
• Jika perlu, pilihlah sebuah domain untuk system
• Installah file dasar sistem operasi dan software device driver
• Pastikan sistem yang dibangun berjalan dengan baik di jaringan.
Adapun kesamaan untuk kedua opsi ini (complete/partial installation) adalah kita harus menjalankan perintah tar untuk memastikan bahwa tape drive berfungsi dengan baik.
1. Recovery dengan menggunakan autochangers (JUKEBOXES)
Autochangers dijalankan selama disaster recovery dimana kita mengalami kehilangan indeks-indeks Backup server dan file-file konfigurasi. File-file konfigurasi itu terdapat di path (direktori) /nsr/res. Autochangers sering digunakan pada dua kondisi, yaitu:
• apabila terjadi kehilangan indeks-indeks di Backup server dan file-file konfigurasi di server asal
• pada saat kita memindahkan file backup dan kita harus me-recover indeks yang ada serta file konfigurasi ke server yang baru.
Program yang me-recover indeks-indeks dan file konfigurasi tidak mengenal autochangers. Konsekuensinya, kita harus menggunakan autochanger seakan-akan autochanger itu merupakan standalone drive untuk bagian dari recovery itu. Gunakan kontrol panel autochanger untuk melakukan mount dan unmount dari volume backup yang penting.
Setelah me-recover indeks dan file-file konfigurasi, kita akan memiliki semua file konfigurasi autochanger yang asli kembali ke tempatnya. Kita sekarang bisa menggunakan autochanger untuk me-recover sisa data kita.
PENAMBAHAN DAN KONFIGURASI AUTOCHANGER
Jika kita ingin me-recover dengan autochanger, maka ada beberapa hal yang harus kita ketahui, seperti:
• Jika autochanger memiliki lebih dari satu drive, maka gunakanlah drive yang pertama untuk recovery.
• Kita tidak akan mampu menggunakan fungsionalitas penuh dari autochanger ketika menyimpan kembali indeks-indeks server dan file konfigurasi.
• Kita harus menggunakan tombol backup mount dan tombol unmount serta kontrol panel autochanger untuk mount dan unmount volume.
• Ketika kita recover indeks-indeks server dan file konfigurasi, kita me-recover file konfigurasi autochanger seakan-akan file-file dan indeks-indeks itu ada pada saat proses backup yang terakhir, termasuk inventory dari autochanger itu.
Langkah-langkah untuk melakukan disaster recovery dengan autochanger:
• Jalankan perintah jbconfig untuk menambah dan mengkonfigur autochanger.
• Jalankan perintah nsrjb –vHE. Jika opsi –E tidak disupport oleh autochanger, gunakan /etc/LGTOuscsi/sjiielm untuk menginisialisasi status elemen. Perintah nsrjb –vHE me-reset autochanger untuk melakukan operasi, mengeluarkan volume backup, menginisialisasi kembali elemen status, dan memeriksa setiap slot untuk sebuah volume.
• Temukan lokasi data bootstrap, baik dalam bentuk file elektronik atau hardcopy. Dengan informasi dari data bootstrap, tentukan volume mana yang penting untuk me-recover indeks-indeks server dan file konfigurasi.
• Ketikkan perintah nsrjb –I untuk melakukan inventory terhadap isi dari autochanger, untuk membantu kita memutuskan jika volume yang dibutuhkan untuk me-recover bootstrap berada di luar autochanger.
• Load volume yang tepat dengan mengetikkan perintah:
# nsrjb -l -S slot -f device-name
Slot adalah slot dimana volume pertama diletakkan dan device-name adalah nama path dari drive pertama. Kita juga bisa, sebagai ganti dari perintah ini menggunakan tombol Backup Mount.
• Ketik mmrecov. Jika bootstrap spans melintasi lebih dari satu volume, maka proses backup akan mengingatkan kita untuk me-load volume backup yang lain.
• Unmount volume tersebut setelah indeks-indeks selesai di-recover dengan mengetikkan perintah :
# nsrjb -u -S slot -f device-name
Atau kita juga bisa menggunakan tombol backup unmount.
• Shutdown backup.
• Ubah nama direktori /nsr/res.R menjadi /nsr/res
• Restart Backup
2. Recovery dengan Stand-Alone drive
Jika kita memilih untuk menggunakan drive yang ada di autochanger, maka kita harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
• Jika autochanger memiliki lebih dari satu drive, maka gunakanlah drive yang pertama untuk recovery.
• Secara manual, kita harus melakukan mount terhadap volume backup yang dibutuhkan untuk me-recover indeks-indeks server dan file-file konfigurasi.
• Jika kita membuang volume backup dari autochanger cartridge yang digunakan untuk me-recover indeks-indeks backup dan file-file konfigurasi, pastikan untuk meletakkan mereka kembali dalam satu slot ketika semua proses telah selesai dilaksanakan.
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN DISASTER RECOVERY DENGAN STAND-ALONE DRIVE:
• Jika perlu, install kembali sistem operasi dan software backup.
• Tentukan letak data bootstrap, baik dalam bentuk file elektronik atau hardcopy. Dengan informasi dari data bootstrap, tentukan volume mana yang penting untuk me-recover indeks-indeks server dan file konfigurasi.
• Secara manual, mount volume yang bersesuaian ke dalam drive.
• Ketikkan perintah mmrecov.
• Shutdown backup.
• Ubah nama direktori /nsr/res.R menjadi /nsr/res
• Restart Backup
• Ketikkan perintah nsrjb -vHE.
Perintah ini me-reset autochanger untuk operasi, mengeluarkan volume backup, menginisialisasi status elemen, dan memeriksa setiap slot untuk sebuah volume. Jika sebuah volume berada di dalam sebuah drive, volume itu akan di-remove dan ditempatkan dalam sebuah slot.
• Lakukan inventory terhadap isi dari autochanger dengan menggunakan perintah nsrjb-I atau gunakan perintah inventory ini dalam program administrator.
Daftar Pustaka
[1]. Jonatan A. Lassa, Pengenalan Disaster Risk Management (DRM),
http://ww.ppiuk.org/files/jlassa_introduction_drm.pdf, diakses pada 10 Desember 2005
[2]. Yahya,
Disaster Recovery Planning,
budi.insan.co.id/courses/ ec7010/dikmenjur/yahya-report.doc, diakses pada 11 Desember 2005[3]. Arief. 2005. Disaster Recovery untuk UKM. eBizz Asia, Volume IV No 31, November-Desember 2005
[4]. Disaster Recovery Information, http://recovery-disaster.info/?gclid=COGl6ajR-IECFUwsGAodiT50lw#copy. diakses pada 10 Desember 2005
[5]. Krutz, R. L. & Vines R. D. 2003. The CISSP® Prep Guide: Gold Edition. Indiana: Wiley Publishing, Inc.
[6]. Contingency Planning For The Small Enterprise, http://www.contingency-planning-disaster-recovery-guide.co.uk/index.htm. Diakses pada 10 Desember 2005
[7]. Strategi Backup dan Recovery Data pada Disaster Recovery Center
, http://www.ristishop.com/portal /portal_article_detail.php?id=243&lang=. Diakses pada 12 Desember 2005