• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kongres Kedokteran Islam

3.1 CONTOH KASUS

KASUS 1

Perdagangan manusia merupakan masalah meluas di Kamboja yang merupakan negara miskin, namun kali ini adalah yang pertama mengenai organ. Luka sekitar 18 sentimeter yang memanjang secara diagonal di sisi kiri tubuhnya merupakan tanda pengingat operasi yang ia harap dapat menyelamatkan keluarganya dari belitan utang, tapi malah menjerumuskannya pada rasa malu.

Chhay, 18, menjual ginjalnya seharga US$3.000 dalam perjanjian terlarang yang membuatnya pindah dari rumah reyot satu kamar di pinggiran Phnom Penh, Kamboja, ke rumah sakit gemerlap di Thailand. Perjalanannya yang suram, yang tidak terdeteksi oleh pihak berwenang dua tahun lalu, telah mendorong kasus-kasus pertama perdagangan organ tubuh di Kamboja ke permukaan dan penahanan dua terduga makelar. Hal itu juga memicu kekhawatiran bahwa korban-korban lain tidak terdeteksi.

Di gubuk yang ia tinggali bersama sembilan kerabat lainnya itu, Chhay mengatakan seorang tetangga membujuknya dan dua orang adik kakak, semuanya dari kelompok minoritas Cham Muslim yang terpinggirkan untuk menjual ginjal mereka pada orang-orang kaya Kambodia yang menghadapi cuci darah.

"Ia mengatakan uang yang didapat dari penjualan ginjal dapat membayar utang," ujarnya pada kantor berita AFP, sambil meminta namanya untuk disamarkan.

Kisah-kisah serupa telah umum terjadi di daerah-daerah kumuh India dan Nepal, titik-titik yang marak perdagangan organ. Sampai 10.000 atau 10 persen organ yang ditransplantasikan secara global tahun ini diperdagangkan, menurut perkiraan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Namun ketika mengetahui makelar mendapatkan $10.000 untuk setiap ginjal yang mereka korbankan, para donor mengajukan keberatan, melaporkan rute perdagangan organ baru potensial pada polisi Juni lalu."Perdagangan ginjal tidak seperti kejahatan lain. Jika para korban tidak berbicara, kita tidak akan pernah tahu," ujar wakil kepala kepolisian Phnom Penh, Prum Sonthor.

Pada bulan Juli, kesatuannya menuntut Yem Azisah (29) diyakini sebagai sepupu donor kakak beradik dan ayah tirinya, dikenal sebagai Phalla (40) dengan perdagangan manusia. Keduanya sudah ditahan dan menunggu pengadilan.

Kasus Pertama

Perdagangan manusia merupakan masalah meluas di Kamboja yang merupakan negara miskin, dan polisi secara rutin menyelidiki kasus-kasus terkait perdagangan seks, pernikahan paksa atau perbudakan, namun kali ini adalah yang pertama mengenai organ.

"Ini cara mudah mendapatkan uang banyak, jadi kami khawatir,"

ujar Prum, menambahkan bahwa ada setidaknya dua donor Kamboja lainnya yang dibawa ke Thailand yang tidak mengajukan keluhan.

Kompleksitas donor, apakah mereka didorong kemiskinan atau dipaksa makelar jahat, membuat kejahatan ini kurang dilaporkan dan sulit diekspos.

Pada Agustus, laporan-laporan media muncul mengenai dugaan kasus-kasus perdagangan organ baru di sebuah rumah sakit militer di Phnom Penh. Prum, yang menyelidiki kasus tersebut,

mengatakan itu adalah sebuah pelatihan antara dokter-dokter China dan Kamboja, menggunakan donor dan pasien Vietnam sukarela. Tapi ia tidak dapat memastikan apakah ada uang yang terlibat di dalamnya.

Penyesalan

Setelah dua tahun menjalani operasi, Chhay mengatakan tubuhnya melemah, ia merasa malu dan masih terlilit utang.

"Saya ingin mengatakan pada yang lainnya agar jangan menjual ginjalnya seperti saya. Saya menyesal. Saya tidak bisa lagi bekerja keras, bahkan berjalan pun melelahkan," ujarnya. Pada Juli,ia mulai bekerja pada pabrik tekstil. Hanya sedikit penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak transplantasi bagi donor-donor

berbayar seperti Chhay, namun WHO telah melaporkan adanya kasus depresi dan penurunan kesehatan, menyoroti kurangnya perawatan kesehatan susulan.

Di Thailand, otoritas kesehatan mencoba membongkar perdagangan gelap tersebut dan beberapa rumah sakit di Bangkok sedang diselidiki.

Fokusnya ada pada dokumen-dokumen yang dipalsu untuk membuktikan para donor dan penerima ada hubungan saudara, persyaratan di banyak negara tempat penjualan organ adalah ilegal. Yang mendorong permintaan atas pasar organ gelap adalah melonjaknya jumlah pasien global yang sakit dan menunggu transplantasi, terutama ginjal.

Di Thailand sendiri ada 4.321 orang dalam daftar tunggu sampai Agustus dengan organ dari donor yang telah meninggal mencakup sekitar setengah dari 581 ginjal yang ditransplantasikan tahun lalu, menurut Pusat Donasi Organ Palang Merah Thailand (ODC).

Semakin meningkatnya kebergantungan pada donor yang masih hidup membuat pasien-pasien yang putus asa mencari donor sukarela dari keluarga mereka, atau dalam beberapa kasus, mencari di bawah tanah. Dipicu kekhawatiran atas perdagangan tersebut, ODC, yang mengawasi donasi organ, meluncurkan proyek pilot pada April, yang mewajibkan rumah sakit memberikan rincian mengenai donor-donor yang masih hidup.

Meski aturan diperketat, para ahli khawatir ledakan industri wisata medis di Thailand, yang terkenal karena perawatan kesehatan berkualitas tinggi namun berbiaya rendah, dapat meningkatkan jaringan kriminal yang memeras orang-orang yang rentan.

"Ini bisa merupakan puncak gunung es," ujar Jeremy Douglas, perwakilan dari badan PBB untuk narkoba dan kejahatan (UNODC) untuk Asia Tenggara dan Kamboja, mengenai penahanan-penahanan di Kamboja baru-baru ini. "Mungkin ada banyak kasus lain yang tidak sampai ke pengadilan." (AFP)

KASUS 2

Jakarta, GATRAnews – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menandai pencapaian tranplantasi ginjal dengan teknik laparoskopi yang ke-100 pada Rabu (5/1). Namun pencapaian ini masih jauh dari harapan dan kebutuhan di lapangan, karena saat in ada banyak tantangan yang menyebabkan transplantasi ginjal masih terbatas di Indonesia.

Dalam jumpa pers di RSCM, Guru Besar Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Endang Susalit, SpPD-KGH mengatakan bahwa perkembangan transplantasi ginjal di Indonesia lambat jika dibandingkan dengan negara lain. Beberapa tantangan dalam perkembangan

transplantasi ginjal di Indonesia adalah transplantasi ginjal baru dilaksanakan dari donor hidup, sedangkan transplantasi dari donor jenazah belum terlaksana. Jenazah dalam hal ini diartikan dari orang yang telah mengambil keputusan atau diijinkan keluarganya untuk mendonor dengan

jantung masih berdenyut, namun fungsi otak telah mati.

Selain itu, sebagian besar masyarakat Indonesia masih belum mengenal transplantasi organ sehingga masih apatis. Transplantasi komersial di Indonesia pun dilarang sehingga hanya pasien yang mampu saja yang berusaha untuk mendapatkan ginjal dari luar negeri. Harga obat

imunosupresif yang mahal juga menghambat upaya pengembangan transplantasi ginjal.

Ketua Departemen Urologi RSCM-FKUI, Dr.dr. Nur Rasyid, SpU menjelaskan lebih lanjut, saat ini departemen Urologi RSCM sebenarnya berkeinginan menambah frekuensi transplantasi ginjal, namun terkendala jumlah rungan rawat dan kamar operasi. Keberadaan sebuah pusat transplantasi (transplant center) seharusnya bisa menjadi solusi.

Namun pemerintah belum memberikan perhatian dan dana untuk sebuah transplant center, karena akan lebih fokus dengan staf yang lebih terkoordinasi kerjanya. "Idealnya seminggu bisa lima kali transplantasi. Tapi targetnya saat ini 100 per tahun alias dua transplantasi seminggu. Di hari biasa untuk pasien umum, untuk pemerintah kita korbankan hari libur agar pasien kasus lain tidak tertunda dan harus antri," kata Nur, ditemui di RSCM, Jakarta, pekan lalu.

Undang-Undang (UU) alias peraturan yang belum memfasilitasi soal transplantasi ini sangat disayangkan menghambat niat mereka yang ingin menjadi donor organ. Sebagai contoh pada tahun 2002, seorang residivis berniat menyumbangkan organ tubuhnya setelah dihukum mati. Namun hal itu batal terlaksana karena tidak ada aturan yang menaungi, sementara para dokter harus bekerja sesuai aturan yang ada. "Nggak ada yang back up kita. Di negara lain, sudah ada undang-undangnya. Jika ada orang yang menyatakan mau mendonorkan, nggak ada orang yang berhak keberatan," demikian ungkap Nur Rasyid.

Transplantasi ginjal dilaksanakan pertama kali di Indonesia pada tahun 1977. Sebelum krisis moneter tahun 1998, transplantasi ginjal dilakukan di pusat transplantasi di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Medan.

Pada saat ini transplantasi ginjal dilakukan di Jakarta, Semarang, dan Malang.

Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Pernefri dan Ikatan Urologi Indonesia, telah membuat work shop dan pelatihan transplantasi ginjal bagi pelaksana

transplantasi ginjal dari beberapa rumah sakit propinsi di Indonesia.

Pelaksanaan transplantasi donor jenazah di Indonesia masih menjumpai kendala meskipun sudah ada Kesepakatan Kemayoran, sebagai salah satu hasil Simposium Nasional II Yagina dan Pernefr tahun 1995 di Jakarta. Kesepakatan tersebut

menyatakan bahwa semua agama yang diakui di Indonesia menerima transplantasi organ tubuh baik transplantasi dengan donor hidup maupun donor jenazah.

Selain itu, UU RI tentang kesehatan No. 36 tahun 2009 memungkinkan penggunaan donor jenazah di Indonesia. Di Indonesia penggunaan organ dari donasi komersial dilarang, dan menurut UU Kesehatan RI dianggap sebagai tindakan yang melanggar hukum. (*/Ven)

3.2 PEMBAHASAN

Secara definisi transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia adalah pemindahan alat dan atau jaringan tubuh yang masih

mempunyai daya hidup dan sehat atau menggantikan alat dan atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Pada umumnya

transplantasi alat tubuh diambil dari orang yang baru meinggal dunia dan transplantasi itu harus dilakukan tidak lama setelah pendonor

meninggal dunia. Sebab jika telah lama meninggal dunia, maka alat dan atau jaringan tubuh ikut mati dan tidak dapat dipergunakan lagi.Pada transplantasi ginjal, dapa dilakukan transplantasi dengan ginjal yang diambil dari tubuh pendonor yang masih hidup.

Semua agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa pada

dasarnya tidak melarang transplantasi ini, asal penentuan saat mati dan penyelenggaraan jenazah terjamin, sehingga tidak terjadi

penyalahgunaan. Dengan adanya transplantasi ini, ilmu kedokteran membutktikan bahwa manusia yang telah meninggalpun dapat berbuat kebaikan terhadap saudara yang sedang menderita penyakit. Maka

Hal ini di perjelas dalam Dewan Akademi Fikih Islam OKI, pada pertemuannya yang ke-4 di Jeddag (1408 H/1988 M), menetapkan bahwa boleh

mentransplantasikan organ tubuh orang yang sudah mati jika hal itu sangat diperukan umtuk menyelamatkan hidup si resipien, atau jika hal itu dapat

membantu memulihkan fungsi dasar tubuh resipien itu, asalkan hal tersebut telah mendapatkan kuasa dari pendonor sebelum ia meninggal atau atas izin lembaga yang berwenang jika si pendonor tidka dikenali atau tidak memiliki ahli waris. Berdasarkan teori-teori di atas transplantasi ginjal memang boleh dilakukan, namun harus di lakukan sesuai prosedur. Pada kasus pertama, pendonor

merupakan orang awam yang tidak mengetahui seluk-beluk tentang transplantasi ginjal sehingga, pendonor akhirnya terjerat dalam proses illegal yang malah

membahayakan kesehatannya.Persatuan Dokter Sedunia (WMA) sangat mengutuk jual-beli organ tubuh manusia, walaupun untuk kepentingan transplantasi. WMA juga menganjurkan agar pemerintah di semua negara mencegah dan menindak tegas perbuatan tersebut.

Sedangkan pada kasus ke dua lebih membahas tentang hambatan tranplantasi ginjal di Indonesia, walaupun telah ada persetujuan dari donor namun naungan peraturan pemerintah masih minim, walaupun sudah ada pembentukan peraturan perundang-undangan itu, yaitu perundangan tentang pelaksanaan transplantasi organ di Indonesia dalam Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981, tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis/transplantasi alat dan atau jaringan tunuh, merupakan pemindahan alat/jaringan tubuh yang masih mempunyai daya hidup sehat untuk menggantikan alat/jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.

BAB 4

4.1 KESIMPULAN

Seluruh agama yang dianut di Indonesia, tidak melarang untuk melakukan suatu transplantasi organ. Karena dasar dari semua agama di Indonesia adalah demi kebaikan untuk menolong sesama yang kesusahan. Asal

penentuan saat meninggal dunia dan penyelenggaraan jenazah terjamin, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan. Dengan transplantasi, ilmu

kedokteran juga dapat membuktikan bahwa manusia yang telah meninggalpun masih dapat berbuat amal saleh terhadap

saudara-saudaranya yang sedang menderita penyakit. Jelaslah bahwa transplantasi itu berfungsi sebagai usaha pengobatan.

Adanya Peraturan Pemerintah ini diperlukan untuk menjamin bahwa

pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia yang akan dipindahkan, benar-benar bermaksud pengobatan untuk menolong penderita. Yang perlu diperhatikan juga adalah melakukan suatu transplantasi organ itu harus berdasarkan asas hati nurani bukan berdasarkan material dan transplantasi jangan sampai membahayakan si pendonor.

Dokumen terkait