• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH PENULISAN INFORMAN PENELITIAN

Dalam dokumen PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF (Halaman 24-28)

Untuk memberikan pemahaman aplikatif penulisan informan kunci penelitian, berikut disajikan contoh penulisan informan penelitian dari hasil penelitian Hermawan (2012).

“Informan kunci dalam penelitian ini adalah manajer perusahaan farmasi, supervisor, mantan manajer perusahaan farmasi, pengurus GP Farmasi Indonesia Jawa Timur, peneliti IC, pengamat industri farmasi, dan kepala pemeriksaan dan penyidikan BBPOM Surabaya, dan ketua majelis pembina etik Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Jawa Timur. Penggunaan informan kunci yang seperti ini dimaksudkan agar peneliti memperoleh informasi yang lengkap dan lebih holistik sebagaimana kekhasan penelitian kualitatif yang menekankan pada aspek keholistikan. Berikut informan kunci pada penelitian ini:

Tabel 11.1. Data Informan Kunci

No Nama Informan Keterangan

1 KK Manajer di PT “I”, Tbk

2 ER Manajer di PT “I”, Tbk

3 DS Manajer di PT “I”, Tbk

4 AP Manajer di PT “BF” Group

5 NA Supervisor di PT “EPM”

6 YAS Mantan Manajer di PT “BF”

7 DH Mantan manajer di PT. “H”

Pharmaceutical (PMA), dan pengamat industri farmasi

8 UA Pengamat industri farmasi

9 ZF Peneliti Intellectual Capital 10 WH Peneliti Intellectual Capital

11 M Pengurus GPFI Jatim dan Manajer PT.

“AP”

12 AS Pengurus GPFI Jatim

13 TK Kepala Bidang Pemeriksaan dan

Penyidikan BBPOM Surabaya

14 S Pakar Farmasi dan Ketua Program Studi S3 Ilmu Farmasi PTN di Surabaya

Sumber : Data In Depth Interview

Pada proses penelitian ini memang penggunaan informan kunci dari berbagai unsur sangat membantu dalam memahami keseluruhan aspek dalam bisnis industri farmasi termasuk menggali “yang tersirat dibalik yang tersurat”. Setiap informan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing terkait informasi yang diberikan. Hal ini disebabkan setiap informan memiliki perbedaan cara pandang dan keterbatasan-keterbatasan.

Misalnya, manajer yang masih aktif, pengurus GP Farmasi Indonesia, dan kepala bidang penyidikan dan pemeriksaan BBPOM Surabaya. Status mereka yang masih aktif di jabatan masing-masing menjadikan mereka memiliki keterbatasan-keterbatasan. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, peneliti menggunakan informan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan industri farmasi agar mendapatkan informasi yang lebih lengkap.

Penggunaan manajer perusahaan farmasi yang masih aktif bekerja di perusahaan sebagai informan kunci dimaksudkan untuk menggali dan memperoleh informasi tentang pengelolaan dan pemberdayaan IC yang ada pada saat ini. Pada penelitian ini banyak informasi yang disampaikan oleh para manajer ini terkait

dengan pengelolaan dan pemberdayaan IC di perusahaan farmasi secara keseluruhan. Penggunaan manajer sebagai informan penelitian memang sesuai dengan Sofian et al. (2005). Namun untuk pertanyaan yang menjurus pada praktik penyimpangan di industri farmasi, para manajer yang masih aktif ini tidak banyak memberikan komentar, berusaha menutup-nutupi, bahkan menganggap sebagai sesuatu yang wajar. Hal ini dapat dipahami oleh peneliti karena status mereka masih sebagai karyawan di perusahaan farmasi atau masih dalam lingkaran praktik bisnis farmasi sehingga terjadilah “conflict of interest” dan juga karena dekatnya mereka dengan permasalahan yang kemudian menyebabkan mereka “rabun dekat”.

Hal ini berbeda dengan informan mantan manajer perusahaan farmasi, pengamat industri farmasi, dan peneliti IC.

Penggunaan informan ini sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah “rabun dekat” yang terjadi pada para manajer yang masih aktif di perusahaan. Demikian pula dengan penelitian ini yang tujuan awal menggunakan informan dari berbagai pihak adalah untuk mencapai keholistikan informasi, tetapi karena adanya praktik penyimpangan di industri farmasi, penggunaan informan mantan manajer perusahaan farmasi sangatlah bermanfaat untuk menggali informasi tersebut. Disamping itu, penggunaan informan tersebut dapat memberikan informasi, usulan, dan pendapat tentang pengelolaan dan pemberdayaan IC yang lebih baik, objektif, lugas, dan solutif.

Penggunaan mantan manajer sangat bermanfaat karena bisa jadi para manajer yang masih aktif tidak bisa melihat kekurangan yang ada di perusahaan. Hal ini lebih disebabkan oleh mantan manajer yang sudah keluar dari perusahaan dapat melihat permasalahan dari luar lingkup perusahaan, dan membandingkan dengan perusahaan yang lain, yang tentunya dapat melihat kekurangan dan kelebihan tiap-tiap perusahaan.

Namun, peneliti juga berhati-hati tentang motivasi mantan manajer keluar dari perusahaan.

Pada penelitian ini ada dua mantan manajer perusahaan farmasi yang digunakan sebagai informan, yakni YAS dan DH.

Alasan informan YAS keluar dari perusahaan farmasi karena ketidaksesuaian atas reward yang diberikan. Menurut YAS bahwa tanggung jawab yang diberikan kepadanya semakin besar, tetapi reward yang diterima tidak sebanding dengan tanggung jawab tersebut, akhirnya YAS mengundurkan diri. Karena mengetahui motif informan YAS keluar dari perusahaan, peneliti berhati-hati dan kemudian mereduksi data pernyataan YAS yang mengarah

pada ketidakpuasan terhadap perusahaan. Sementara itu, informan DH mengundurkan diri karena ada tugas tambahan yang diembannya sebagai dosen dan juga agar bisa lebih dekat dengan keluarga. Perlu diketahui bahwa informan DH ini selain sebagai manajer perusahaan farmasi juga sebagai dosen. Tidak ada ganjalan yang memberatkan ketika DH melepaskan jabatan sebagai manajer perusahaan farmasi sehingga informasi, usulan, dan pendapatnya tidak tendensius mengarah pada ketidakpuasan terhadap perusahaan. Hal ini berbeda dengan informan YAS.

Namun, secara keseluruhan penggunaan mantan manajer ini sangat bermanfaat untuk melihat dari sisi yang berbeda, membandingkan dengan yang lebih baik, dan dapat melihat dari

“kejauhan” untuk mengatasi masalah yang kadang dari dekatpun tidak nampak.

Informan kunci yang lain adalah peneliti IC (informan ZF dan WH), pengamat industri farmasi (UA dan DH), dan pengurus GP Farmasi Indonesia Jawa Timur (informan M dan AS), kepala bidang penyidikan dan pemeriksaan BBPOM Surabaya (informan TK), dan pakar industri farmasi (informan S). Penggunaan informan kunci ZF dan WH sebagai peneliti IC karena yang bersangkutan selama dua tahun (2010/2011 dan 2011/2012) melakukan penelitian IC dalam skim penelitian hibah pekerti DIKTI Kemendikbud RI. Judul penelitiannya adalah “Model Pengelolaan dan Pengembangan Intellectual Capital Guna Meningkatkan Kinerja Bisnis Industri Farmasi dan Meraih Keunggulan Bisnis Tingkat Global”. Penggunaan informan-informan kunci tersebut sangat membantu dalam memahami keseluruhan aspek yang diteliti terkait dengan pengelolaan, pemberdayaan IC, praktik penyimpangan, dan tuntutan etika moral di bisnis industri farmasi.

Informan-informan tersebut juga sangat bermanfaat hubungannya dengan proses uji credibility khususnya pada cross check atau member check baik antar informan dan atau dengan data dokumentasi. Artinya, tidak hanya bermanfaat untuk memberikan pemahaman atas keholistikan materi penelitian, tetapi juga digunakan oleh peneliti untuk menunjang keabsahan data.” (Hermawan, 2012)

Apabila dicermati lebih lanjut cara penulisan informan kunci diatas begitu detil dan rinci, Hal tersebut dimaksudkan agar pembaca atau peneliti lain memahami alasan peneliti menggunakan setiap informan kunci beserta alasannya. Alasan lain agar informasi lebih lengkap dan lebih holistik dalam melihat sebuah masalah atau fenomena. Aspek keholistikan inilah yang menjadi syarat utama sebuah penelitian kualitatif.

CONTOH PENULISAN PENENTUAN INFORMAN

Dalam dokumen PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF (Halaman 24-28)

Dokumen terkait