• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Soal

Dalam dokumen Modul Kalkulus Lanjut 2015 (Halaman 16-36)

3.1. Misalkan 𝑓(π‘₯) = (π‘₯ βˆ’ 2)(8 βˆ’ π‘₯) untuk 2 ≀ π‘₯ ≀ 8. (a) Tentukan f(6) dan f(-1), (b) Apakah domain dari fungsi f(x)? (c) tebtukanlah f(1-2t) dan tentukanlah domain dari fungsi tersebut, (d) tentukanlah f[f(3)], f[f(5)]. (e) Gambarkan grafik f(x). (a) 𝑓(6) = (6 βˆ’ 2)(8 βˆ’ 6) = 4.2 = 8.

π‘Ž π‘₯1 π‘₯2 π‘₯3 π‘₯4 𝑏

𝑓(π‘₯)

𝑓(βˆ’1) tidak terdefinisi karena 𝑓(π‘₯) hanya terdefinisi untuk 2 ≀ π‘₯ ≀ 8. (b) Himpunan dari semua x sedemikian rupa sehingga 2 ≀ π‘₯ ≀ 8.

(c) 𝑓(1 βˆ’ 2𝑑) = {(1 βˆ’ 2𝑑) βˆ’ 2}{8 βˆ’ (1 βˆ’ 2𝑑)} = βˆ’(1 + 2𝑑)(7 + 2𝑑) di mana t sedemikian sehingga 2 ≀ 1 βˆ’ 2𝑑 ≀ 8, yaitu βˆ’7

2 ≀ 𝑑 ≀ βˆ’1

2. (d) 𝑓(3) = (3 βˆ’ 2)(8 βˆ’ 3) = 5.

𝑓[𝑓(3)] = 𝑓(5) = (5 βˆ’ 2)(8 βˆ’ 5) = 9.

𝑓(5) = 9 sehingga 𝑓[𝑓(5)] = 𝑓(9) tidak terdefinisi. (e) Tabel berikut ini menunjukkan 𝑓(π‘₯) untuk berbagai nilai x.

x 2 3 4 5 6 7 8 2,5 7,5 f(x) 0 5 8 9 8 5 0 2,75 2,75

Plotlah titik-titik (2,0), (3,5), (4,8), (5,9), (6,8), (7,5), (8,0), (2,5,2,75), (7,5,2,75).

Titik-titik ini hanyalah sebagian kecil dari tak terhingga banyaknya titik pada grafik yang dicari yang tampak dalam Gambat 3-5. Himpunan titik-titik ini mendefinisikan sebuah kurva yang merupakan bagian dari sebuah parabola.

3.2. Misalkan 𝑔(π‘₯) = (π‘₯ βˆ’ 2)(8 βˆ’ π‘₯) untuk 2 < π‘₯ < 8. (π‘Ž) Bahaslah perbedaan grafik 𝑔(π‘₯) dengan grafik 𝑓(π‘₯) pada Soal 3.1. (𝑏) Berapakah batas atas terkecil dan batas bawah terbesar dari 𝑔(π‘₯)? (𝑐) Apakah 𝑔(π‘₯) mencapai batas atas terkecil dan batas bawah terbesarnya untuk sebarang nilai x dalam domain dari fungsi 𝑔(π‘₯)? (𝑑) Jawablah bagian (𝑏) dan (𝑐) untuk fungsi 𝑓(π‘₯) dari Soal 3.1.

(π‘Ž) Grafik 𝑔(π‘₯) sama dengan grafik pada Soal 3.1 kecuali bahwa titik (2,0) dan (8,0) hilang, karena 𝑔(π‘₯) tidak terdefinisi pada x = 2 dan x = 8.

(𝑏) Batas atas terkecil 𝑔(π‘₯) adalah 9. Batas bawah terbesar 𝑔(π‘₯) adalah 0.

2 4 6 8 2 4 6 8 𝑓(π‘₯) Gambar 3-5

(𝑐) Batas atas terkecil 𝑔(π‘₯) diperoleh pada nilai x = 5. Batas bawah terbesar 𝑔(π‘₯) tidak tercapai, karena tidak terdapat nilai x dalam domain fungsi sedemikian sehingga 𝑔(π‘₯) = 0.

(𝑑) Sebagaimana pada (𝑏), batas atas terkecil 𝑓(π‘₯) adalah 9 dan batas bawah terbesar 𝑓(π‘₯) adalah 0. Batas atas terkecil 𝑓(π‘₯) diperoleh untuk nilai x = 5 dan batas bawah terbesar 𝑓(π‘₯) diperoleh pada x = 2 dan x = 8.

Perhatikanlah bahwa sebuah fungsi, seperti 𝑓(π‘₯), yang kontinu dalam sebuah interval tertutup mencapai batas atas terkecilnya dan batas bawah terbesarnya pada sejumlah titik dalam interval tersebut. Akan tetapi, sebuah fungsi seperti 𝑔(π‘₯), yang tidak kontinu dalam sebuah interval tertutup tidak perlu mencapai batas atas terkecil dan batas bawah terbesar. Lihat Soal 3.34.

3.3. Misalkan 𝑓(π‘₯) = 1 {1, jika π‘₯ adalah bilangan rasional 0, jika π‘₯ adalah bilangan irasional (π‘Ž) Tentukanlah 𝑓 (2

3) , 𝑓(βˆ’5), 𝑓(1,41423), 𝑓(√2), (𝑏) Gambarkanlah grafik 𝑓(π‘₯) dan jelaskanlah mengapa grafik tersebut menyesatkan.

(π‘Ž) 𝑓 (2

3) = 1 karena 2

3

adalah sebuah bilangan rasional 𝑓(βˆ’5) = 1 karena -5 adalah sebuah bilangan rasional 𝑓(1,41423) = 1 karena 1,41423 adalah sebuah bilangan rasional

𝑓(√2) = 0 karena √2 adalah sebuah bilangan irasional

(𝑏) Grafik tersebut diperlihatkan pada Gambar 3-6. Karena kedua himpunan bilangan rasional dan irasional adalah rapat, maka kesan visualnya adalah bahwa kedua bayangan berkorespondensi dengan setiap nilai domain. Pada kenyataannya setiap nilai domain hanya memiliki satu nilai daerah hasil. 3.4. Dengan mengacu pada Soal 3.1: (π‘Ž) Gambarkanlah grafik dengan sumbu-sumbu

yang dipertukarkan, sehingga menggambarkan dua pilihan yang mungkin untuk definisi π‘“βˆ’1. (𝑏) Selesaikanlah x dalam bentuk y untuk menentukan persamaan-persamaan yang menjelaskan kedua cabang, dan kemuadian pertukarkanlah variabel-variabelnya.

𝑓(π‘₯) 1

0 x

(π‘Ž) Grafik 𝑦 = 𝑓(π‘₯) diperlihatkan oleh Gambar 3-5 pada Soal 3.1(π‘Ž). Dengan mempertukarkan sumbu-sumbu (dan variabel-variabel), maka kita mmeperoleh bentuk grafik Gambar 3-7. Gambar ini mengilustrasikan bahwa terdapat dua nilai y untuk setiap nilai x, sehingga terdapat dua cabang. Kedua-duanya dapat digunakan untuk mendefinisikan π‘“βˆ’1.

(𝑏) Kita memiliki 𝑦 = (π‘₯ βˆ’ 2)(8 βˆ’ π‘₯) atau π‘₯2βˆ’ 10π‘₯ + 16 + 𝑦 = 0. Solusi untuk persamaan kuadrat ini adalah π‘₯ = 5 Β± √9 βˆ’ 𝑦.

Setelah mempertukarkan variabel-variabelnya 𝑦 = 5 Β± √9 βˆ’ π‘₯.

Pada grafik, AP merepresentasikan 𝑦 = 5 + √9 βˆ’ π‘₯, dan BP menunjukkan 𝑦 = 5 βˆ’ √9 βˆ’ π‘₯. Kedua cabang dapat merepresentasikan π‘“βˆ’1.

Catatan: Titik di mana kedua cabang bertemu disebut titik cabang.

3.5. (π‘Ž) Buktikanlah bahwa 𝑔(π‘₯) = 5 + √9 βˆ’ π‘₯ adalah berkurang sepenuhnya dalam 0 ≀ π‘₯ ≀ 9. (𝑏) Apakah fungsi tersebut berkurang secara monotonik dalam interval ini? (𝑐) Apakah 𝑔(π‘₯) memiliki invers bernilai tunggal?

(π‘Ž) 𝑔(π‘₯) adalah berkurang sepenuhnya jika 𝑔(π‘₯1) > 𝑔(π‘₯2), bilamana π‘₯1 < π‘₯2. Jika π‘₯1< π‘₯2 maka 9 βˆ’ π‘₯1> 9 βˆ’ π‘₯2. √9 βˆ’ π‘₯1 > √9 βˆ’ π‘₯2, 5 + √9 βˆ’ π‘₯1> 5 + √9 βˆ’ π‘₯2 yang menunjukkan bahwa 𝑔(π‘₯) adalah berkurang sepenuhnya. (𝑏)Ya, sebarang fungsi yang berkurang sepenuhnya adalah juga berkurang secara

monotonik, karena jika 𝑔(π‘₯1) > 𝑔(π‘₯2) maka 𝑔(π‘₯1) β‰₯ 𝑔(π‘₯2) juga akan berlaku. Akan tetapi, jika 𝑔(π‘₯) berkurang secara monotonik, maka fungsi tersebut tidak selalu berkurang sepenuhnya.

2 4 6 8 2 4 6 8 𝐴 𝑦 = π‘“βˆ’1(π‘₯) Gambar 3-7 𝐡 𝑃

(𝑐)Jika 𝑦 = 5 + √9 βˆ’ π‘₯, maka 𝑦 βˆ’ 5 = √9 βˆ’ π‘₯ atau dengan mengkuadratkannya, π‘₯ = βˆ’16 + 10𝑦 βˆ’ 𝑦2 = (𝑦 βˆ’ 2)(8 βˆ’ 𝑦) dan x adalah sebuah fungsi y yang bernilai tunggal, yaitu fungsi invers adalah bernilai tunggal.

Secara umum, sebuah fungsi yang berkurang (atau bertambah) sepenuhnya memiliki sebuah invers bernilai tunggal (lihat Teorema 6. Halaman 38).

Hasil-hasil dari soal ini dapat diinterpretasikan secara grafik dengan menggunakan gambar pada Soal 3.4.

3.6. Gambarkanlah grafik untuk fungsi-fungsi. (π‘Ž)𝑓(π‘₯) = {π‘₯ sin

1

π‘₯, π‘₯ > 0 0, π‘₯ = 0, (𝑏)𝑓(π‘₯) = [π‘₯] = bilangan bulat terbesar ≀ π‘₯

(π‘Ž) Grafik yang dicari tampak pada Gambar 3-8. Karena |π‘₯ sin1

π‘₯| ≀ |π‘₯|, grafik tersebut termasuk antara 𝑦 = π‘₯ dan 𝑦 = βˆ’π‘₯. Perhatikan bahwa 𝑓(π‘₯) = 0 ketika sin1 π‘₯ = 0 atau 1 π‘₯ = π‘šπœ‹, π‘š = 1,2,3,4, …, yaitu, di mana π‘₯ = 1 πœ‹, 1 2πœ‹, 1

3πœ‹, … Kurva tersebut berosilasi tak terhingga, terutama antara π‘₯ = 1

πœ‹

dan π‘₯ = 0.

(𝑏) Grafik yang dicari tampak pada Gambar 3-9. Jika 1 ≀ π‘₯ < 2, maka [π‘₯] = 1. Jadi [1,8] = 1, [√2] = 1, [1,99999] = 1. Akan tetapi, [2] = 2. Demikian juga untuk 2 ≀ π‘₯ < 3, [π‘₯] = 2, dan seterusnya. Jadi, terdapat lompatan-lompatan pada bilangan-bilangan bulat. Fungsi tersebut kadang-kadang disebut fungsi anak tangga atau fungsi langkah.

𝑓(π‘₯) 1 2πœ‹ 1 πœ‹ x Gambar 3-8 𝑓(π‘₯) x -1 -2 -3 1 2 3 4 5 Gambar 3-9

3.7. (π‘Ž) Gambarkanlah grafik 𝑓(π‘₯) = π‘‘π‘Žπ‘› π‘₯. (𝑏) Gambarkanlah grafik dari sejumlah bilangan tak terhingga cabang yang tersedia untuk definisi π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯. (𝑐) Perlihatkanlah secara grafik mengapa hubungan antara x dan y bernilai ganda. (𝑑) Tunjukkanlah nilai-nilai utama yang mungkin untuk π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯. (𝑒) Dengan menggunakan pilihan Anda, hitunglah π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1(βˆ’1).

(π‘Ž) Grafik 𝑓(π‘₯) = π‘‘π‘Žπ‘› π‘₯ tampak pada Gambar 3-10 di bawah ini.

(𝑏) Grafik yang dicari diperoleh dengan mempertukarkan sumbu-sumbu π‘₯ dan 𝑦 pada grafik (π‘Ž). Hasilnya, dengan sumbu-sumbu diorientasikan seperti lazimnya, tampak pada Gambar 3-11 di atas.

(𝑐) Pada Gambar 3-11 dari butir (𝑏), garis vertikal sebarang memotong grafik dengan tak terhingga banyaknya titik. Jadi, hubungan y dengan x adalah bernilai rangkap dan tak terhingga banyaknya cabang tersedia untuk tujuan pendefinisian π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯.

(𝑑) Untuk mendefinisikan π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯ sebagai fungsi bernilai tunggal, tampak jelas dari grafik bahwa kita hanya dapat melakukannya dengan membatasi nilainya untuk sebarang dari yang berikut ini: βˆ’πœ‹

2 < π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯ <πœ‹

2,πœ‹

2 < π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯ <3πœ‹

2, dan seterusnya. Kita setuju untuk mengambil yang pertama untuk mendefinisikan nilai utama.

Perhatikanlah bahwa cabang manapun yang digunakan untuk mendefinisikan π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯, fungsi yang dihasilkan adalah bertambah sepenuhnya. 𝑦 = 𝑓(π‘₯) = tan π‘₯ x βˆ’πœ‹ βˆ’πœ‹ 2 πœ‹ 2 πœ‹ 3πœ‹ 2 2πœ‹ Gambar 3-10 x π‘“βˆ’1(π‘₯) = π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1π‘₯ 3πœ‹ 2 πœ‹ πœ‹ 2 βˆ’πœ‹ 2 βˆ’πœ‹ Gambar 3-11

(e) π‘‘π‘Žπ‘›βˆ’1(βˆ’1) = βˆ’πœ‹

4 adalah satu-satunya nilai yang terletak antara βˆ’πœ‹

2 dan πœ‹

2, yaitu merupakan nilai utama menurut pilihan kita pada butir (d).

3.8. Perhatikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) =√π‘₯+1

π‘₯+1 , π‘₯ β‰  βˆ’1, menjelaskan sebuah fungsi aljabar irasional.

Jika 𝑦 =√π‘₯+1

π‘₯+1 maka (π‘₯ + 1)𝑦 βˆ’ 1 = √π‘₯ atau dengan mengkuadratkannya, (π‘₯ + 1)2𝑦2βˆ’ 2(π‘₯ + 1)𝑦 + 1 βˆ’ π‘₯ = 0, ini adalah sebuah persamaan polinomial dalam y yang koefisien-koefisiennya adalah polinomial dalam x. Jadi, 𝑓(π‘₯) adalah sebuah fungsi aljabar. Akan tetapi, fungsi tersebut bukan merupakan hasilbagi dari dua polinomial, sehingga merupakan fungsi aljabar irasional.

3.9. Jika 𝑓(π‘₯) = cosh π‘₯ =1

2(𝑒π‘₯ + π‘’βˆ’π‘₯), buktikanlah bahwa kita dapat memilih suatu nilai utama dari fungsi invers, π‘π‘œπ‘ β„Žβˆ’1π‘₯ = ln(π‘₯ + √π‘₯2βˆ’ 1), π‘₯ β‰₯ 1.

Jika 𝑦 =1

2(𝑒π‘₯ + π‘’βˆ’π‘₯), 𝑒2π‘₯βˆ’ 2𝑦𝑒π‘₯+ 1 = 0. Maka dengan menggunakan rumus kuadrat, 𝑒π‘₯ =2π‘¦Β±βˆš4𝑦2βˆ’4

2 = 𝑦 Β± βˆšπ‘¦2βˆ’ 1. Jadi, π‘₯ = ln(𝑦 Β± βˆšπ‘¦2βˆ’ 1. Karena 𝑦 βˆ’ βˆšπ‘¦2βˆ’ 1 = (𝑦 βˆ’ βˆšπ‘¦2βˆ’ 1) (𝑦+βˆšπ‘¦2βˆ’1

𝑦+βˆšπ‘¦2βˆ’1) = 1

𝑦+βˆšπ‘¦2βˆ’1, maka kita juga dapat menulis π‘₯ = Β± ln(𝑦 + βˆšπ‘¦2βˆ’ 1) atau π‘π‘œπ‘ β„Žβˆ’1𝑦 = Β± ln(𝑦 + βˆšπ‘¦2βˆ’ 1) Dengan memilih tanda + untuk mendefinisikan nilai utama dan menggantikan y dengan x, kita memperoleh π‘π‘œπ‘ β„Žβˆ’1π‘₯ = ln(π‘₯ + √π‘₯2βˆ’ 1). Pilihan π‘₯ β‰₯ 1 dibuat sehingga fungsi invers adalah real.

LIMIT

3.10. Jika (π‘Ž)𝑓(π‘₯) = π‘₯2, (𝑏)𝑓(π‘₯) = {π‘₯2, π‘₯ β‰  2

0, π‘₯ = 2, maka buktikanlah bahwa limπ‘₯β†’2 𝑓(π‘₯) = 4.

(π‘Ž) Kita harus menunjukkan bahwa untuk sebarang πœ– > 0 kita dapat menemukan 𝛿 > 0 (tergantung pada πœ– secara umum) sedemikian sehingga |π‘₯2βˆ’ 4| < πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ 2| < 𝛿.

Pilihlah 𝛿 ≀ 1 sedemikian sehingga 0 < |π‘₯ βˆ’ 2| < 1 atau 1 < π‘₯ < 3, π‘₯ β‰  2. Maka |π‘₯2βˆ’ 4| = |(π‘₯ βˆ’ 2)(π‘₯ + 2)| = |π‘₯ βˆ’ 2||π‘₯ + 2| < 𝛿|π‘₯ + 2| < 5𝛿.

Jika 𝛿 dimisalkan sebagai 1 atau πœ–

5, yang manapun yang lebih kecil, maka kita memperoleh |π‘₯2βˆ’ 4| < πœ– bilamana 0 < |π‘₯ βˆ’ 2| < 𝛿 dan hasil yang dicari terbukti.

Kita tertarik untuk memperhatikan sejumlah nilai numerik tertentu. Jika misalnya kita berkeinginan untuk membuat |π‘₯2βˆ’ 4| < 0,05, kita dapat memilih 𝛿 =πœ–

5 =0,05

5 = 0,01. Untuk melihat apakah yang terjadi memang sungguh-sungguh demikian, perhatikan bahwa jika 0 < |π‘₯ βˆ’ 2| < 0,01 maka 1,99 < π‘₯ < 2,01 (π‘₯ β‰  2) dan maka 3,9601 < π‘₯2 < 4,0401, βˆ’0,0399 < π‘₯2βˆ’ 4 < 0,0401 dan tentu saja |π‘₯2βˆ’ 4| < 0,05 (π‘₯2 β‰  4). Kenyataan bahwa ketidaksamaan-ketidaksamaan ini juga berlaku pada π‘₯ = 2 hanyalah merupakan suatu kebetulan.

(𝑏) Tidak ada perbedaan antara bukti untuk kasus ini dan bukti pada butir (π‘Ž), karena dalam kedua kasus kita tidak mengikutsertakan π‘₯ = 2.

3.11. Buktikanlah bahwa lim

π‘₯β†’1

2π‘₯4βˆ’6π‘₯3+π‘₯2+3

π‘₯βˆ’1 = βˆ’8.

Kita harus menunjukkan bahwa untuk sebarang πœ– > 0 kita dapat menetukkan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga |2π‘₯4βˆ’6π‘₯3+π‘₯2+3

π‘₯βˆ’1 βˆ’ (βˆ’8)| < πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ 1| < 𝛿. Karena π‘₯ β‰  1, kita dapat menulis 2π‘₯4βˆ’6π‘₯3+π‘₯2+3

π‘₯βˆ’1 =(2π‘₯3βˆ’4π‘₯2βˆ’3π‘₯βˆ’3)(π‘₯βˆ’1)

π‘₯βˆ’1 = 2π‘₯3βˆ’ 4π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ βˆ’ 3 setelah meniadakan faktor yang sama π‘₯ βˆ’ 1 β‰  0.

Kemudian kita harus menunjukan bahwa untuk sebarang πœ– > 0, kita dapat menentukkan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga |2π‘₯3βˆ’ 4π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ + 5| < πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ 1| < 𝛿. Dengan memilih 𝛿 ≀ 1, kita memperoleh 0 < π‘₯ < 2, π‘₯ β‰  1. |2π‘₯3βˆ’ 4π‘₯2βˆ’ 3π‘₯ + 5| = |π‘₯ βˆ’ 1||2π‘₯2βˆ’ 2π‘₯ βˆ’ 5| < 𝛿|2π‘₯2βˆ’ 2π‘₯ βˆ’ 5| <

𝛿(|2π‘₯2| + |2π‘₯| + 5) < (8 + 4 + 5)𝛿 = 17𝛿. Dengan memisalkan 𝛿 sebagai yang lebih kecil antara 1 dan πœ–

17, hasil yang dicari akan diperoleh. 3.12. Misalkan 𝑓(π‘₯) = {

|π‘₯βˆ’3|

π‘₯βˆ’3 , π‘₯ β‰  3

0, π‘₯ = 3, (π‘Ž) Gambakanlah grafik dari fungsi. (b) Tentukanlah lim π‘₯β†’3+𝑓(π‘₯). (𝑐) Tentukanlah lim π‘₯β†’3βˆ’π‘“(π‘₯). (𝑑)Tentukanlah lim π‘₯β†’3𝑓(π‘₯). (π‘Ž) Untuk π‘₯ > 3,|π‘₯ βˆ’ 3| π‘₯ βˆ’ 3 = π‘₯ βˆ’ 3 π‘₯ βˆ’ 3= 1. Untuk π‘₯ < 3,|π‘₯ βˆ’ 3| π‘₯ βˆ’ 3 = βˆ’(π‘₯ βˆ’ 3) π‘₯ βˆ’ 3 = βˆ’1.

Maka grafik, yang tampak pada Gambar 3-12, terdiri dari garis-garis 𝑦 = 1, π‘₯ > 3; 𝑦 = βˆ’1, π‘₯ < 3 dan titik (3,0). (𝑏) Sebagaimana π‘₯ β†’ 3 dari kanan, 𝑓(π‘₯) β†’ 1, yaitu lim π‘₯β†’3+𝑓(π‘₯) = 1,

sebagaimana tampak jelas dari grafik. Untuk membuktikan ini kita harus menunjukkan bahwa jika diketahui sebarang πœ– > 0, kita dapat menentukkan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga |𝑓(π‘₯) βˆ’ 1| < πœ– bilamana 0 < π‘₯ βˆ’ 1 < 𝛿. Dan karena π‘₯ > 1, 𝑓(π‘₯) = 1 maka bukti terdiri dari hal yang sepele bahwa |1 βˆ’ 1| < πœ– bilamana 0 < π‘₯ βˆ’ 1 < 𝛿.

(𝑐) Saat π‘₯ β†’ 3 dari ruas kiri, 𝑓(π‘₯) β†’ βˆ’1, yaitu lim

π‘₯β†’3βˆ’π‘“(π‘₯) = βˆ’1. Sebuah bukti dapat dirumuskan sebagaimana pada (𝑏).

(𝑑) Karena lim

π‘₯β†’3+𝑓(π‘₯) β‰  lim

π‘₯β†’3βˆ’π‘“(π‘₯), lim

π‘₯β†’3𝑓(π‘₯) tidak ada. 3.13. Buktikanlah bahwa lim

π‘₯β†’0 π‘₯ sin 1

π‘₯ = 0.

Kita harus menunjukkan bahwa jika diketahui sebarang πœ– > 0 kita dapat menentukkan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga |π‘₯ sin 1

π‘₯βˆ’0 | < πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ 0| < 𝛿. Jika 0 < |π‘₯| < 𝛿, maka |π‘₯ sin 1

π‘₯ | = |π‘₯| |sin 1

π‘₯ | ≀ |π‘₯| < 𝛿 karena |sin 1

π‘₯ | ≀ 1 untuk semua π‘₯ β‰  0.

Dengan demikian 𝛿 = πœ–, kita melihat bahwa |π‘₯ sin 1

π‘₯ | < πœ– ketika 0 < |π‘₯| < 𝛿, yang memberikan pembuktian.

3.14. Hitunglah lim π‘₯β†’0+ 2 1+π‘’βˆ’ 1 π‘₯ . x 𝑓(π‘₯) (3,0) Gambar 3-12

Pada saat π‘₯ β†’ 0 + kita menduga bahwa 1

π‘₯ bertambah tak terhingga, 𝑒

1 π‘₯

bertambah tak terhingga, π‘’βˆ’1π‘₯ mendekati 0, dan 1 + π‘’βˆ’1π‘₯ mendekati 1; sehingga limit yang dicari adalah 2.

Untuk membuktikan dugaan ini kita harus menunjukkan bahwa, jika diketahui πœ– > 0, kita dapat menentukkan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga

| 2 1 + π‘’βˆ’π‘₯1 βˆ’ 2| < πœ– ketika 0 < π‘₯ < 𝛿 Maka | 2 1 + π‘’βˆ’1π‘₯ βˆ’ 2| = |2 βˆ’ 2 βˆ’ 2𝑒 βˆ’1π‘₯ 1 + π‘’βˆ’1π‘₯ | = 2 𝑒1π‘₯+ 1

Karena fungsi di ruas kanan lebih kecil daripada 1 untuk semua π‘₯ > 0, sebarang 𝛿 > 0 akan benar ketika 𝑒 β‰₯ 1. Jika 0 < πœ– < 1, maka 2

𝑒 1 π‘₯+1 < πœ– ketika 𝑒 1 π‘₯+1 2 > 1 πœ–, 𝑒1π‘₯> 2 πœ–βˆ’ 1,1 π‘₯ > ln (2 πœ–βˆ’ 1) ; atau 0 < π‘₯ < 1 ln(2,πœ–βˆ’1)= 𝛿. 3.15. Jelaskanlah secara tepat apa yang dimaksud oleh pernyataan lim

π‘₯β†’1 1

(π‘₯βˆ’1)4= ∞ dan buktikanlah keabsahan dari pernyataan ini. Pernyataan ini berarti bahwa untuk setiap bilangan positif M, kita dapat menentukkan sebuah bilangan positif 𝛿 (tergantung pada M secara umum) sedemikian sehingga

1

(π‘₯ βˆ’ 1)4 > 4 ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ 1| < 𝛿 Untuk membuktikan ini perhatikan bahwa

1 (π‘₯ βˆ’ 1)4> 𝑀 ketika 0 < (π‘₯ βˆ’ 1) 4 < 1 𝑀 atau 0 < |π‘₯ βˆ’ 1| < 1 βˆšπ‘€ 4 . Dengan memilih 𝛿 = 1 βˆšπ‘€

4 , hasil yang dicari akan diperoleh. 3.16. Berikanlah bukti geometrik bahwa lim

πœƒβ†’0 sin πœƒ

πœƒ = 1.

Gambarlah sebuah lingkaran dengan pusat di O dan jari-jari OA = OD = 1, seperti tampak

pada Gambar 3-13. Pilih titik B pada perpanjangan OA dan titik

C pada OD sehingga garis BD dan AC tegaklurus terhadap OD.

Secara geometrik terbukti bahwa

Luas segitiga 𝑂𝐴𝐢 < Luas sektor 𝑂𝐴𝐷 < Luas segitiga 𝑂𝐡𝐷

yaitu 1 2sin πœƒ cos πœƒ < 1 2πœƒ < 1 2tan πœƒ Dengan membagi dengan 1

2sin πœƒ, cos πœƒ < πœƒ sin πœƒ< 1 cos πœƒ atau cos πœƒ <sin πœƒ πœƒ < 1 cos πœƒ Saat πœƒ β†’ 0, cos πœƒ β†’ 1 dan karenanya diperoleh lim

πœƒβ†’0 sin πœƒ πœƒ = 1.

TEOREMA LIMIT

3.17. Jika lim π‘₯β†’π‘₯0

𝑓(π‘₯) ada, maka buktikanlah bahwa limit tersebut unik. Kita harus menunjukkan bahwa jika lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑓(π‘₯) = 𝑙1 dan lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑓(π‘₯) = 𝑙2, maka 𝑙1 = 𝑙2.

Dengan hipotesis, jika diketahui sebarang πœ– > 0 kita dapat menentukan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga

|𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑙1| <πœ–

2 ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑙2| <πœ–

2 ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 Maka sesuai dengan sifat nilai mutlak butir 2 pada Halaman 3.

π‘œ

𝐴 𝐡 tan πœƒ sin πœƒ cos πœƒ 𝐢 πœƒ Gambar 3-13

|𝑙1βˆ’ 𝑙2| = |𝑙1βˆ’ 𝑓(π‘₯) + 𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑙2| ≀ |𝑙1βˆ’ 𝑓(π‘₯)| + |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑙2| < πœ– 2+

πœ– 2= πœ– yaitu, |𝑙1βˆ’ 𝑙2| lebih kecil daripada sebarang bilangan positif πœ– (berapapun kecilnya) sehingga pasti nol. Jadi, 𝑙1 = 𝑙2.

3.18. Jika lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑔(π‘₯) = 𝐡 β‰  0, maka buktikanlah bahwa terdapat 𝛿 > 0 sedemikian sehingga

|𝑔(π‘₯)| >1

2|𝐡| untuk 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 Karena lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑔(π‘₯) = 𝐡, kita dapat menentukkan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga |𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| < 1

2|𝐡| untuk 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿.

Dengan menuliskan 𝐡 = 𝐡 βˆ’ 𝑔(π‘₯) + 𝑔(π‘₯), maka kita memperoleh |𝐡| ≀ |𝐡 βˆ’ 𝑔(π‘₯)| + |𝑔(π‘₯)| <1

2|𝐡| + |𝑔(π‘₯)| yaitu, |𝐡| <1

2|𝐡| + |𝑔(π‘₯)|, sehingga diperoleh |𝑔(π‘₯)| >1

2|𝐡|. 3.19. Jika diketahui lim

π‘₯β†’π‘₯0 𝑓(π‘₯) = 𝐴 dan lim π‘₯β†’π‘₯0 𝑔(π‘₯) = 𝐡, maka buktikanlah (π‘Ž) lim π‘₯β†’π‘₯0 [𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯)] = 𝐴 + 𝐡, (𝑏) lim π‘₯β†’π‘₯0 𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯) = 𝐴𝐡, (𝑐) lim π‘₯β†’π‘₯0 1 𝑔(π‘₯)= 1 𝐡 jika 𝐡 β‰  0, (𝑑) lim π‘₯β†’π‘₯0 𝑓(π‘₯) 𝑔(π‘₯)=𝐴 𝐡 jika 𝐡 β‰  0.

(π‘Ž) Kita harus menunjukkan bahwa untuk sebarang πœ– > 0 kita dapat menentukkan 𝛿 > 0 sedemikian rupa sehingga

|[𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯)] βˆ’ (𝐴 + 𝐡)| <πœ– 2+

πœ–

2= πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 Dengan menggunakan sifat nilai mutlak butir 2, Halaman 3, maka kita memperoleh

|[𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯)] βˆ’ (𝐴 + 𝐡)| = |[𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴] βˆ’ [𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡]| ≀ |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴| + |𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡|

Dengan hipotesis, jika diketahui πœ– > 0 kita dapat menentukan 𝛿1 > 0 dan 𝛿2 > 0 sedemikian rupa sehingga

|𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴| < πœ–

2 ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿1 |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐡| <πœ–

Maka dari persamaan (1), (2), dan (3), |[𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯)] βˆ’ (𝐴 + 𝐡)| <πœ–

2+ πœ–

2= πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 di mana 𝛿 dipilih yang lebih kecil antara 𝛿1 dan 𝛿2.

(𝑏) Kita memperoleh |𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐴𝐡| = |𝑓(π‘₯)[𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡] + 𝐡[𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴]| ≀ |𝑓(π‘₯)||𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| + |𝐡||𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴| ≀ |𝑓(π‘₯)||𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| + (|𝐡| + 1)|𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴| Karena lim π‘₯β†’π‘₯0

𝑓(π‘₯) = 𝐴, kita dapat menentukan 𝛿1 sedemikian |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴| < 1 untuk 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿1, yaitu 𝐴 βˆ’ 1 < 𝑓(π‘₯) < 𝐴 + 1, sehingga 𝑓(π‘₯) terbatas, yaitu |𝑓(π‘₯)| < 𝑃 di mana P adalah sebuah konstanta positif.

Karena lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑔(π‘₯) = 𝐡, jika diketahui πœ– > 0 kita dapat menentukan 𝛿2 > 0 sedemikian rupa sehingga |𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| < πœ–

2𝑃 untuk 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿2. Karena lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑓(π‘₯) = 𝐴, jika diketahui πœ– > 0 kita dapat menentukan 𝛿3 > 0 sedemikian rupa sehingga |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴| < πœ€

2(|𝐡|+1) untuk 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿2. Dengan menggunakan ini dalam persamaan (4), kita memperoleh

|𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐴𝐡| < 𝑃. πœ–

2𝑃+ (|𝐡| + 1). πœ–

2(|𝐡| + 1)= πœ–

untuk 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 di mana 𝛿 lebih kecil daripada 𝛿1, 𝛿2, 𝛿3 dan karenanya pembuktian selesai.

(𝑐) Kita harus menunjukkan bahwa untuk sebarang πœ– > 0 kita dapat menentukan 𝛿 > 0 sedemikian rupa sehingga

| 1 𝑔(π‘₯)βˆ’ 1 𝐡| = |𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| |𝐡||𝑔(π‘₯)| < πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿

Dengan hipotesis, jika diketahui πœ– > 0 kita dapat menentukan 𝛿1 > 0 sedemikian rupa sehingga

|𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| <1 2𝐡

2πœ– ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿1 Menurut Soal 3.18, karena lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑔(π‘₯) = 𝐡 β‰  0 kita dapat menentukan 𝛿2 > 0 sedemikian rupa sehingga

|𝑔(π‘₯)| > 1

2|𝐡| ketika 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿2

Karenanya jika 𝛿 lebih kecil daripada 𝛿1 dan 𝛿2 kita dapat menulis

| 1 𝑔(π‘₯)βˆ’ 1 𝐡| = |𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| |𝐡||𝑔(π‘₯)| < 1 2 𝐡2πœ– |𝐡|.12|𝐡| = πœ– bilamana 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿

dan hasil yang dicari terbukti. (𝑑) Dari butir (𝑏) dan (𝑐),

lim π‘₯β†’π‘₯0 𝑓(π‘₯) 𝑔(π‘₯)= limπ‘₯β†’π‘₯0 𝑓(π‘₯). 1 𝑔(π‘₯)= limπ‘₯β†’π‘₯0 𝑓(π‘₯). 1 𝑔(π‘₯)= 𝐴. 1 𝐡= 𝐴 𝐡 Ini juga dapat dibuktikan secara langsung (lihat Soal 3.69).

Hasil di atas juga dapat dibuktikan dalam kasus-kasus π‘₯ β†’ π‘₯0+, π‘₯ β†’ π‘₯0βˆ’, π‘₯ β†’ ∞, π‘₯ β†’ βˆ’βˆž.

Catatan: Dalam bukti (π‘Ž) kita telah menggunakan hasil-hasil |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝐴| <πœ–

2 dan |𝑔(π‘₯) βˆ’ 𝐡| <πœ–

2, sehingga hasil akhir diperoleh sebagai |𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯) βˆ’ (𝐴 + 𝐡)| < πœ–. Tentu saja bukti akan sama keabsahannya jika kita menggunakan 2πœ– (atau sebarang kelipatan positif lainnya dari πœ€) sebagai pengganti πœ–. Cara yang serupa juga berlaku untuk bukti-bukti (𝑏), (𝑐), dan (𝑑).

3.20. Hitunglah tiap limit fungsi berikut ini, dengan menggunakan teorema limit (π‘Ž) lim π‘₯β†’2(π‘₯2βˆ’ 6π‘₯ + 4) = lim π‘₯β†’2π‘₯2+ lim π‘₯β†’2(βˆ’6π‘₯) + lim π‘₯β†’24 = (lim π‘₯β†’2π‘₯) (lim π‘₯β†’2π‘₯) + (lim π‘₯β†’2βˆ’ 6) (lim π‘₯β†’2π‘₯) + lim π‘₯β†’24 = (2)(2) + (βˆ’6)(2) + 4 = βˆ’4

Dalam prakteknya langkah-langkah perantara dihilangkan.

(𝑏) lim π‘₯β†’βˆ’1 (π‘₯ + 3)(2π‘₯ βˆ’ 1) π‘₯2+ 3π‘₯ βˆ’ 2 = lim π‘₯β†’βˆ’1(π‘₯ + 3) lim π‘₯β†’βˆ’1(2π‘₯ βˆ’ 1) lim π‘₯β†’βˆ’1(π‘₯2+ 3π‘₯ βˆ’ 2) = 2. (βˆ’3) βˆ’4 = 3 2 (𝑐) lim π‘₯β†’βˆž 2π‘₯4βˆ’ 3π‘₯2+ 1 6π‘₯4+ π‘₯3βˆ’ 3π‘₯ = limπ‘₯β†’βˆž 2 βˆ’π‘₯32+π‘₯14 6 +1π‘₯ βˆ’ 3 π‘₯3

= lim π‘₯β†’βˆž2 + lim π‘₯β†’βˆžβˆ’ 3 π‘₯2+ lim π‘₯β†’βˆž 1 π‘₯4 lim π‘₯β†’βˆž6 + lim π‘₯β†’βˆž 1 π‘₯ + limπ‘₯β†’βˆžβˆ’ 3 π‘₯3 = 2 6= 1 3 menurut Soal 3.19. (𝑑) lim β„Žβ†’0 √4 + β„Ž βˆ’ 2 β„Ž = limβ„Žβ†’0 √4 βˆ’ β„Ž βˆ’ 2 β„Ž . √4 + β„Ž + 2 √4 + β„Ž + 2 = lim β„Žβ†’0 4 + β„Ž βˆ’ 4 β„Ž(√4 + β„Ž + 2)= limβ„Žβ†’0 1 √4 + β„Ž + 2= 1 2 + 2 = 1 4 (𝑒) lim π‘₯β†’0+ sin π‘₯ √π‘₯ = limπ‘₯β†’0+ sin π‘₯ π‘₯ . √π‘₯ = lim π‘₯β†’0+ sin π‘₯ π‘₯ . limπ‘₯β†’0+√π‘₯ = 1.0 = 0

Perhatikanlah bahwa pada (𝑐), (𝑑), dan (𝑒) jika kita menggunakan teorema-teorema limit secara tidak pandang bulu kita memperoleh apa yang disebut sebagai bentuk-bentuk tak tentu ∞

∞ dan 0

0. Untuk menghindari jalan buntu semacam ini, perhatikanlah bahwa dalam setiap kasus tersebut bentuk limit dimodifikasi hingga sesuai. Untuk metode-metode penghitungan limit lainnya, lihat Bab 4.

KONTINUITAS

(Asumsikan bahwa nilai-nilai di mana kontinuitas didemonstrasikan adalah nilai-nilai domain interior kecuali jika dinyatakan berbeda.)

3.21. Buktikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) = π‘₯2 kontinu pada π‘₯ = 2. Metode 1: Menurut Soal 3.10, lim

π‘₯β†’2𝑓(π‘₯) = 𝑓(2) = 4 dan karenanya 𝑓(π‘₯) adalah kontinu pada π‘₯ = 2.

Metode 2: Kita harus menunjukkan bahwa jika diketahui sebarang πœ– > 0, kita dapat menentukan 𝛿 > 0 (tergantung pada πœ–) sedemikian sehingga |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑓(2)| = |π‘₯2βˆ’ 4| < πœ– ketika |π‘₯ βˆ’ 2| < 𝛿. Pola-pola pembuktian diberikan pada Soal 3.10.

3.22. (π‘Ž) Buktikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) = {π‘₯ sin

1

π‘₯, π‘₯ β‰  0

5, π‘₯ = 0 adalah tidak kontinu pada π‘₯ = 0. (𝑏) Dapatkah kita mendefinisi ulang 𝑓(0) sehingga 𝑓(π‘₯) adalah kontinu pada π‘₯ = 0?

(π‘Ž) Dari soal 3.13, lim

π‘₯β†’0𝑓(π‘₯) = 0. Tetapi limit ini tidak sama dengan 𝑓(0) = 5, sehingga 𝑓(π‘₯) diskontinu pada π‘₯ = 0.

(𝑏) Dengan mendefinisi ulang 𝑓(π‘₯) sehingga 𝑓(0) = 0, fungsi menjadi kontinu. Karena fungsi tersebut dapat dibuat kontinu pada satu titik hanya dengan mendefinisi ulang fungsi pada titik tersebut, kita menyebut titik tersebut diskontinuitas yang dapat dihilangkan.

3.23. Apakah fungsi 2π‘₯

4βˆ’6π‘₯3+π‘₯2+3

π‘₯βˆ’1 kontinu pada π‘₯ = 1?

𝑓(1) tidak ada, sehingga 𝑓(π‘₯) tidak kontinu pada π‘₯ = 1. Dengan mendefinisi ulang 𝑓(π‘₯) sehingga 𝑓(1) = lim

π‘₯β†’1𝑓(π‘₯) = βˆ’8 (lihat Soal 3.11), fungsi menjadi kontinu pada π‘₯ = 1, artinya π‘₯ = 1 adalah diskontinuitas yang dapat dihilangkan. 3.24. Buktikanlah bahwa jika 𝑓(π‘₯) dan 𝑔(π‘₯) kontinu pada π‘₯ = π‘₯0, demikian juga

(π‘Ž) 𝑓(π‘₯) + 𝑔(π‘₯), (𝑏) 𝑓(π‘₯)𝑔(π‘₯), (𝑐) 𝑓(π‘₯)

𝑔(π‘₯) π‘—π‘–π‘˜π‘Ž 𝑓(π‘₯0) β‰  0.

Hasil-hasil ini diperoleh dengan segera dari bukti-bukti yang diberikan pada Soal 3.19 dengan mengasumsikan 𝐴 = 𝑓(π‘₯0) dan 𝐡 = 𝑔(π‘₯0) dan menulis kembali 0 < |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 sebagai |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿, dalam hal ini π‘₯ = π‘₯0 termasuk didalamnya.

3.25. Buktikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) = π‘₯ kotinu pada sebarang titik π‘₯ = π‘₯0.

Kita harus menunjukkan bahwa, jika diketahui sebarang πœ– > 0, kita dapat menentukan 𝛿 > 0 sedemikian rupa sehingga |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑓(π‘₯0)| = |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < πœ– π‘˜π‘’π‘‘π‘–π‘˜π‘Ž |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿. Dengan memilih 𝛿 = πœ–, hasil tersebut segera diperoleh. 3.26. Buktikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) = 2π‘₯3+ π‘₯ adalah kontinu pada sebarang titik π‘₯ = π‘₯0. Karena π‘₯ adalah kontinu pada sebarang titik π‘₯ = π‘₯0 (Soal 3.25) maka demikian juga adalah π‘₯. π‘₯ = π‘₯2, π‘₯2. π‘₯ = π‘₯3. 2π‘₯3 dan akhirnya 2π‘₯3+ π‘₯, dengan menggunakan teorema (Soal 3.24) bahwa jumlah dan hasilkali dari fungsi-fungsi kontinu adalah kontinu.

3.27. Buktikanlah bahwa jika 𝑓(π‘₯) = √π‘₯ βˆ’ 5 untuk 5 ≀ π‘₯ ≀ 9, maka 𝑓(π‘₯) adalah kontinu dalam interval ini.

Jika π‘₯0 adalah sebarang titik sedemikian rupa sehingga 5 < π‘₯0 < 9, maka lim

π‘₯β†’π‘₯0

𝑓(π‘₯) = lim

π‘₯β†’π‘₯0

√π‘₯ βˆ’ 5 = √π‘₯0βˆ’ 5 = 𝑓(π‘₯0). Selain itu, lim

π‘₯β†’5+√π‘₯ βˆ’ 5 = 0 = 𝑓(5) dan lim

π‘₯β†’9βˆ’βˆšπ‘₯ βˆ’ 5 = 2 = 𝑓(9). Jadi, hasil-hasil tersebut diperoleh. Di sini kita telah menggunakan hasil bahwa lim

π‘₯β†’π‘₯0βˆšπ‘“(π‘₯) = √ limπ‘₯β†’π‘₯0𝑓(π‘₯) = βˆšπ‘“(π‘₯0) jika 𝑓(π‘₯) adalah kontinu pada π‘₯0. Bukti πœ–, 𝛿 yang diperoleh secara langsung dari definisi, juga dapat digunakan.

3.28. Untuk nilai-nilai π‘₯ berapakah dalam domain definisi, tiap-tiap fungsi berikut ini adalah kontinu?

(π‘Ž) 𝑓(π‘₯) = π‘₯ π‘₯2βˆ’ 1

Jawab. semua π‘₯ kecuali π‘₯ = Β±1 (di mana penyebutnya adalah nol) (𝑏) 𝑓(π‘₯) =1 + cos π‘₯ 3 + sin π‘₯ Jawab. semua π‘₯ (𝑐) 𝑓(π‘₯) = 1 √10 + 4 4 Jawab. semua π‘₯ > βˆ’10 (𝑑) 𝑓(π‘₯) = 10βˆ’ 1 (π‘₯βˆ’3)2

Jawab. semua Soal 3.55) π‘₯ β‰  3 (lihat

(𝑒) 𝑓(π‘₯) = {10βˆ’

1 (π‘₯βˆ’3)2

, π‘₯ β‰  3 0, π‘₯ = 3

Jawab. semua lim π‘₯, karena

π‘₯β†’3𝑓(π‘₯) = 𝑓(3) (𝑓)𝑓(π‘₯) = π‘₯ βˆ’ |π‘₯| π‘₯ Jika π‘₯ > 0, 𝑓(π‘₯) = π‘₯βˆ’π‘₯ π‘₯ = 0. Jika π‘₯ < 0, 𝑓(π‘₯) =π‘₯+π‘₯ π‘₯ = 2. Pada π‘₯ = 0, 𝑓(π‘₯) tidak dapat didefinisikan. Dengan demikian 𝑓(π‘₯) adalah kontinu untuk semua π‘₯ kecuali π‘₯ = 0.

(𝑔) 𝑓(π‘₯) = {

π‘₯ βˆ’ |π‘₯|

π‘₯ , π‘₯ < 0 2, π‘₯ = 0

Seperti pada (𝑓), 𝑓(π‘₯) adalah kontinu untuk π‘₯ < 0. Maka karena lim π‘₯β†’0βˆ’ π‘₯ βˆ’ |π‘₯| π‘₯ = limπ‘₯β†’0βˆ’ π‘₯ + π‘₯ π‘₯ = limπ‘₯β†’0βˆ’2 = 2 = 𝑓(0)

jelas bahwa 𝑓(π‘₯) adalah kontinu (dari ruas kiri) pada π‘₯ = 0

Jadi, 𝑓(π‘₯) adalah kontinu untuk semua π‘₯ ≀ 0, yaitu, kontinu di manapun dalam domain definisinya.

(β„Ž) 𝑓(π‘₯) = π‘₯ csc π‘₯ = π‘₯ sin π‘₯

Jawab. semua x kecuali 0, Β±πœ‹, Β±2πœ‹, Β±3πœ‹, … (𝑖) 𝑓(π‘₯) = π‘₯ csc π‘₯, 𝑓(0) = 1. Karena lim π‘₯β†’0π‘₯ csc π‘₯ = lim π‘₯β†’0 π‘₯ sin π‘₯ = 1 = 𝑓(0), kita melihat bahwa 𝑓(π‘₯) adalah kontinu untuk semua π‘₯ kecuali Β±πœ‹, Β±2πœ‹, Β±3πœ‹, …. [bandingkanlah dengan butir (β„Ž)].

KONTINUITAS SERAGAM

3.29. Buktikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) = π‘₯2 adalah kontinu seragam pada 0 < π‘₯ < 1. Metode 1: Dengan menggunakan definisi.

Kita harus menunjukkan bahwa jika diketahui sebarang πœ– > 0 kita dapat menentukan 𝛿 > 0 sedemikian sehingga |π‘₯2βˆ’ π‘₯02| < πœ– ketika |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿, di mana 𝛿 tergantung hanya pada πœ– dan tidak pada π‘₯0 di mana 0 < π‘₯0 < 1.

Jika π‘₯ dan π‘₯0 adalah sebarang titik pada 0 < π‘₯ < 1, maka

|π‘₯2βˆ’ π‘₯02| = |π‘₯ + π‘₯0||π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < |1 + 1||π‘₯ βˆ’ π‘₯0| = 2|π‘₯ βˆ’ π‘₯0| Jadi, jika |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 maka |π‘₯2βˆ’ π‘₯02| < 2𝛿. Dengan memilih 𝛿 = πœ–

2, kita melihat bahwa |π‘₯2βˆ’ π‘₯02| < πœ– ketika |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿, di mana 𝛿 tergantung hanya pada πœ– dan tidak pada π‘₯0. Dengan demikian, 𝑓(π‘₯) = π‘₯2 adalah kontinu seragam dalam 0 < π‘₯ < 1.

Hal diatas dapat digunakan untuk membuktikan bahwa 𝑓(π‘₯) = π‘₯2 adalah kontinu seragam dalam 0 ≀ π‘₯ ≀ 1.

Metode 2: Fungsi 𝑓(π‘₯) = π‘₯2 adalah kontinu dalam sebuah interval tertutup 0 ≀ π‘₯ ≀ 1. Dengan demikian, menurut teorema pada Halaman 38 fungsi tersebut kontinu seragam pada 0 ≀ π‘₯ ≀ 1 dan sehingga begitu pula dalam 0 < π‘₯ < 1. 3.30. Buktikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) = 1

π‘₯ tidak kontinu seragam pada 0 < π‘₯ < 1.

Metode 1: Misal 𝑓(π‘₯) = adalah kontinu seragam dalam interval yang diketahui. Maka untuk sebarang πœ– > 0 kita harus dapat menentukan 𝛿, misalnya, antara 0 dan 1, sedemikian sehingga |𝑓(π‘₯) βˆ’ 𝑓(π‘₯0)| < πœ– ketika |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| < 𝛿 untuk semua π‘₯ dan π‘₯0 dalam interval tersebut.

Misalkan π‘₯ = 𝛿 dan π‘₯0 = 𝛿

1+πœ–. 𝑀aka |π‘₯ βˆ’ π‘₯0| = |𝛿 βˆ’ 𝛿

1+πœ–| = πœ–

Akan tetapi, |1 π‘₯βˆ’ 1 π‘₯0| = |1 π›Ώβˆ’1+πœ– 𝛿 | = πœ– 𝛿> πœ– (karena 0 < 𝛿 < 1). Jadi, kita memperoleh kontradiksi dan karenannya 𝑓(π‘₯) =1

π‘₯ tidak mungkin kontinu seragam dalam 0 < π‘₯ < 1.

Metode 2: Misalkan π‘₯0 dan π‘₯0+ 𝛿 adalah sebarang dua titik pada (0,1). Maka |𝑓(π‘₯0) βˆ’ 𝑓(π‘₯0+ 𝛿)| = |1 π‘₯0βˆ’ 1 π‘₯0+ 𝛿| = 𝛿 π‘₯0(π‘₯0+ 𝛿)

Dapat dibuat lebih besar daripada sebarang bilangan positif dengan memilih π‘₯0 cukup dekat ke 0. Dengan demikian, fungsi tersebut tidak mungkin kontinu seragam.

SOAL LAIN-LAIN

3.31. Jika 𝑦 = 𝑓(π‘₯) adalah kontinu pada π‘₯ = π‘₯0 dan 𝑧 = 𝑔(𝑦) adalah kontinu pada 𝑦 = π‘¦π‘œ di mana 𝑦0 = 𝑓(π‘₯0), maka buktikanlah bahwa 𝑧 = 𝑔{𝑓(π‘₯)} adalah kontinu pada π‘₯ = π‘₯0.

Misalkan β„Ž(π‘₯) = 𝑔{𝑓(π‘₯)}. Karena berdasarkan hipotesis 𝑓(π‘₯) dan 𝑔(𝑦) adalah kontinu berturut-turut pada π‘₯0 dan 𝑦0, maka kita memperoleh

lim π‘₯β†’π‘₯0 𝑓(π‘₯) = 𝑓 ( lim π‘₯β†’π‘₯0 π‘₯) = 𝑓(π‘₯0) lim π‘₯β†’π‘₯0 𝑔(𝑦) = 𝑔 ( lim π‘₯β†’π‘₯0 𝑦) = 𝑔(𝑦0) = 𝑔{𝑓(π‘₯0)} Maka lim π‘₯β†’π‘₯0β„Ž(π‘₯) = lim π‘₯β†’π‘₯0𝑔{𝑓(π‘₯)} = 𝑔 { lim π‘₯β†’π‘₯0𝑓(π‘₯)} = 𝑔{𝑓(π‘₯0)} = β„Ž(π‘₯0) yang membuktikan bahwa β„Ž(π‘₯) = 𝑔{𝑓(π‘₯)} adalah kontinu pada π‘₯ = π‘₯0. 3.32. Buktikanlah Teorema 8, Halaman 38.

Misalkan 𝑓(π‘Ž) < 0 dan 𝑓(𝑏) > 0. Karena 𝑓(π‘₯) adalah kontinu, maka pasti terdapat interval (π‘Ž, π‘Ž + β„Ž), β„Ž > 0 di mana 𝑓(π‘₯) < 0. Himpunan titik-titik (π‘Ž, π‘Ž + β„Ž) memiliki batas atas dan karenanya memiliki batas atas terkecil, yang kita sebut 𝑐. Maka 𝑓(𝑐) ≀ 0. Kemudian, kita tidak dapat memiliki 𝑓(𝑐) < 0, karena jika 𝑓(𝑐) adalah negatif kita akan dapat menentukan sebuah interval di sekitar 𝑐 (termasuk nilai-nilai yang lebih besar daripada 𝑐) di mana 𝑓(π‘₯) < 0, tetapi karena 𝑐 adalah batas atas terkecil, hal ini tidak mungkin, dan karenanya kita memperoleh 𝑓(𝑐) = 0 sebagaimana yang dicari.

Jika 𝑓(π‘Ž) > 0 dan 𝑓(𝑏) < 0, maka alasan yang serupa dapat digunakan. 3.33. (π‘Ž) Jika diketahui 𝑓(π‘₯) = 2π‘₯3βˆ’ 3π‘₯2+ 7π‘₯ βˆ’ 10, maka hitunglah 𝑓(1) dan

𝑓(2). (𝑏) Buktikanlah bahwa 𝑓(π‘₯) = 0 untuk sejumlah bilangan real π‘₯ sedemikian sehingga 1 < π‘₯ < 2. (𝑐) Perlihatkanlah bagaimana menghitung nilai π‘₯ pada (𝑏).

(π‘Ž) 𝑓(1) = 2(1)3βˆ’ 3(1)2+ 7(1) βˆ’ 10 = βˆ’4. 𝑓(2)

= 2(2)3βˆ’ 3(2)2+ 7(2) βˆ’ 10 = 8 (𝑏) Jika 𝑓(π‘₯) adalah kontinu dalam π‘Ž ≀ π‘₯ ≀ 𝑏 dan jika 𝑓(π‘Ž) dan 𝑓(𝑏) memiliki tanda yang berlawanan, maka terdapat sebuah nilai π‘₯ antara π‘Ž dan 𝑏 sedemikian rupa sehingga 𝑓(π‘₯) = 0 (Soal 3.32).

Untuk menerapkan teorema ini kita hanya perlu menyadari bahwa polinomial yang diketahui adalah kontinu dalam 1 ≀ π‘₯ ≀ 2, karena kita telah menunjukkan pada (π‘Ž) bahwa 𝑓(1) < 0 dan 𝑓(2) > 0. Jadi, terdapat sebuah bilangan 𝑐 antara 1 dan 2 sedemikian rupa sehingga 𝑓(𝑐) = 0.

(𝑐) 𝑓(1,5) = 2(1,5)3βˆ’ 3(1,5)2+ 7(1,5) βˆ’ 10 = 0,5. Maka dengan menerapkan teorema (𝑏) kembali, kita melihat bahwa akar yang dicari terletak antara 1 dan 1,5 dan β€œkemungkinan besar” lebih dekat ke 1,5 daripada ke 1, karena 𝑓(1,5) = 0,5 memiliki nilai lebih dekat ke 0 daripada 𝑓(1) = βˆ’4 (ini tidak selalu merupakan kesimpulan yang valid tetapi dalam prakteknya cukup berharga untuk dicari).

Jadi kita meninjau π‘₯ = 1,4. Karena 𝑓(1,4) = 2(1,4)3βˆ’ 3(1,4)2+ 7(1,4) βˆ’ 10 = βˆ’0,592, maka kita menyimpulkan bahwa terdapat sebuah akar antara 1,4 dan 1,5 yang kemungkinan besar lebih mendekati 1,5 daripada 1,4.

Dengan melanjutkan dalam cara ini, kita memperoleh akar adalah 1,46 hingga 2 angka desimal.

3.34. Buktikanlah Teorema 10, Halaman 39.

Jika diketahui sebarang πœ– > 0, maka kita dapat menentukan π‘₯ sedemikian rupa sehingga 𝑀 βˆ’ 𝑓(π‘₯) < πœ– sesuai definisi batas atas terkecil 𝑀.

Maka 1

π‘€βˆ’π‘“(π‘₯) >1

πœ–, sehingga 1

π‘€βˆ’π‘“(π‘₯) tidak terbatas dan sehingga tidak mungkin kontinu menurut Teorema 4, Halaman 38. Akan tetapi, jika kita misalkan bahwa 𝑓(π‘₯) β‰  𝑀, maka karena 𝑀 βˆ’ 𝑓(π‘₯) adalah kontinu, menurut hipotesis, 1

π‘€βˆ’π‘“(π‘₯)

juga harus kontinu. Mengenai kontradiksi ini, kita harus memperoleh 𝑓(π‘₯) = 𝑀 untuk setidaknya satu nilai π‘₯ dalam interval.

Dengan cara yang sama, kita dapat menunjukkan bahwa terdapat sebuah π‘₯ dalam interval tersebut sedemikian rupa sehingga 𝑓(π‘₯) = π‘š (Soal 3.93).

3.21 SOAL-SOAL TAMBAHAN

Dalam dokumen Modul Kalkulus Lanjut 2015 (Halaman 16-36)

Dokumen terkait