• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III: Biografi dan Sejarah Sosio – Intelektual K.H. Imam Zarkasyi

C. Pemikiran dan Aksi K.H. Imam Zarkasyi

3. Corak Pemikiran K.H. Imam Zarkasyi

Dalam dunia Islam, perkembangan pemikiran (intelektual) diwarnai keanekaragaman yang terbentuk oleh keragaman struktur dan pengalaman yang diidentifikasikan kedalam kecenderungan intelektual dominasi dan kecenderungan yang lebih rendah (subordinat). Disatu pihak

130

Abuddin, Nata, Pemikir Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2001).,208

131

terdapat kecenderungan kembali pada pokok ajaran (normatif) Islam, al-Qur’an-Hadits, sebagai pijakan utama dalam membangun kembali

peradaban dan keberagaman umat. Dipihak lain, para pembaharu atau reformis muslim mencoba menunjukkan bahwa Islam bukan sistem kepercayaan yang beku dan mati, melalui berbagai intepretasi baru, serta berusaha mendialogkannya dengan khazanah intelektual modern.132

Pemikiran K.H. Imam Zarkasyi termasuk kelompok pemikiran “sintetis” , dimana dalam pembaharuan pendidikan Islam yang dilakukan

organisasi Islam di Indonesia terdiri dari dua bentuk. Pertama, mengadopsi sistem dan lembaga pendidikan modern secara keseluruhan. Titik tolak modernisasi pendidikan Islam dalam bentuk ini adalah sistem kelembagaan pendidikan modern yang diperkenalkan penjajahan Belanda, bukan sistem dan lembaga pendidikan Islam yradisional di indonesia.

Kedua, mengadopsi aspek-aspek tertentu dari sistem pendidikan modern

terutama dalam kandungan kurikulum, teknik,dan metode pengajaran. Titik tolak modernisasi pendidikan Islam dalam hal ini adalah sistem dan lembaga pendidikan Islam pribumi, seperti pesantren dan surau.133 Dalam konteks ini pembaharuan K.H. Imam Zarkasyi lebih ke representasi bentuk yang kedua. Hal ini dapat diketahui pada masuknya sistem kulliyatul muallimin al-Islamiyah (KMI) di dalam sistem pendidikan dan pengajaran di pesantren Gontor dimana semua ilmu agama yang umumnya diajarkan

132

Harun Nasution dan Azyumardi Azra. Perkembangan Pemikiran Modern Islam (Jakarta: Yayasan Obor, 1985), 77-78

133 Azyumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos wacana Ilmu,1999), 82-83

di pesantren-pesantren tradisional diberikan secara klasikal diruang-ruang belajar yang diatur berdasarkan tingkatan kelas.

Pengaruh perkembangan pemikiran K.H. Imam Zarkasyi dimulai sejak ia melanjutkan studinya di tanah Minang, dimana pada waktu beliau belajar disana beliau dapat mempejarai beberapa ilmu dan menemukan cara-cara mengajar yang betul serta memperoleh wawasan tentang pendidikan modern dari gurunya Mahmud Yunus yang pernah belajar di Darul Ulum Mesir, sebuah perguruan tinggi yang didirikan oleh Muhammad Abduh murid dari Jamaludin al-Afghoni melalui pembaharuan sistem pendidikannya. Suasana pembaharuan ini mempengaruhinya dan selanjutnya dikobarkan semangat pembaharuan itu ketika kembali ke Indonesia.134

Pembaharuan tersebut terjadi ketika adanya transformasi pendidikan Islam yang didalamnya termasuk pesantren, bermula dari perluasan kesempatan belajar bagi penduduk pribumi yang terjadi pada akir abad ke-19 M. Pada waktu itu, pemerintah Hindia-Belanda memberikan fasilitas pendidikan dengan sistem perjenjangan. Selain model perjenjangan itu, Belanda juga menganalkan sistem sekolah yang sekarang disebut berbasis kompetensi, yang sederajat dengan sekolah perjenjangan menengah pertama dan atas.135

Adalah Snouk Hurgronje yang merumuskan kebijakan-kebijakn Islam Hindia Belanda. Dia berada di Indonesia anatar tahun 1889 dan

134

Tim Penyusun, Biografi Imam Zarkasyi, Dari Gontor Merintis pesantren

Modern...,31

1906. Berkat pengalamannya ditimut tengah, sarjana sastra Semit ini berhasil menemukan suatu pola dasar bagi kebijakan mengahadai Islam di Indonesia, yang menjadi pedoman bagi pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan pemerintah Hindia Belanda tersebut mendapat respon negatif dari kalangan umat Islam. Akan tetapi respon yang relatif baik untuk tidak mengatakan antusias terhadap sekolah desa ini, justru muncul dikalangan Melayu, khususnya Minangkabau. Transmisi atau corak kelembagaan pendidikan Belanda waktu itu lebih sering diadakan di surau-surau dan

meunasah, kemudian ditransformasikan menjadi sekolah-sekolah negeri

atau diistilahkan sebagai madrasah yang secara yuridis-formal-negara statusnya diakui oleh pemerintah Belanda.136

Pada tahun 1882 pemerintah Belanda mendirikan Priesterreden (Pengadilan Agama) yang bertugas mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan pesantren. Tidak begitu lama setelah itu pada tahun 1932 dikeluarkan peraturan yang dapat memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau yang memberikan pelajaran yang tak disukai oleh pemerintah.137

Betapapun kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia-Belanda waktu itu tidak mengutungkan kalangan Islam, tetapi gerakan pembahrauan atau gerakan modern di Timut Tengah, memberikan nilai tersendiri bagi perkembagan umat Islam di Tanah Air. Katalisator terkenal gerakan pembaharuan ini ada Jamaluddin al-Afghoni (1897). Ia mengajarkan szlidaritas Pan-Islam dan pertahanan terhadap imprialisme Eropa, dengan

136

Ibid., 6-7

kembali kepada Islam dalam suasana yang secara ilmiah dimodernisasi. Gerakan ini memberikan pengaruh yang besar kepada kebagkitan Islam di Indonesia. Bermula dari pembaharuan pemikiran dan pendidikan Islam di Minangkabau yang disusul oleh pembaharuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat Arab di Indonesia.138

Eksperimentasi dan asimilasi yang bertitik tolak dari kelembagaan pendidikan kolonial dan gerakan modernisme Islam tersebut, dimodernisasikan dengan mengadopsi aspek-aspek tertentu, khususnya dalam kandungan kurikulum, teknik dan metode pengajarannya. Sedengkan eksperimen pendidikan pesantren, bermula dari dimasukkannya unsur madrsah, misalny dipesantern Mambaul Ulum di Surakarta, pesantren yang didirikan Susuhan Pakubuwono yang telah memasukkan pelajarn tulisan latin,aljabar ke dalam kurikulumnya.139

Beberapa corak tersebut juga didirikan didaerah-daerah lain, seperti yang marak berdiri di Sumatra Barat. Di padang panjang, Abdul Karim Amrullah di Minangkabau mendirikan Sumatra Thawalib dan juga Mahmud Yunus mendirikan Normal Islam. Upaya modernisasi sistem dan lembaga pendidikan Islam pada generasi berikutnya terjadi pada pondok Modern Gontor yang didirikan oleh K.H. Imam Zarkasyi. Bila dicermati, corak pemikran dari K.H. Imam Zarkasyi lebih kepada transformasi pendidikan Islam yang modern.140 Secara keseluruhan corak pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut:

138 Ibid., 8

139 Ibid.,8

Gambar 1.1

Corak Pemikiran K.H. Imam Zarkasyi

Dokumen terkait