BAB III MENGENAL TAFSIR DI NUSANTARA, AL-MISBAH KARYA
A. Tafsi>r Al-Misba>h dan Biografi Quraish Shihab
2) Corak Tafsi>r al-Misba>h
61
c. Metode dan Corak Tafsi>r al-Misba>h 1) Metode Tafsi>r al-Misba>h
Metode yang diterapkan Quraish Shihab dalam tafsi>r al-Misba>h, lebih mengarah kepada model tafsi>r tahli>li>. Ia menjelaskan ayat-ayat al-Qur’a>n dari segi ketelitian redaksi kemudian menyusun kandungannya dengan redaksi indah berdasarkan petunjuk al-Qur’a>n serta menghubungkan pengertian ayat-ayat al-Qur’a>n dengan kontekstualitas yang terjadi dalam masyarakat. Uraian yang beliau paparkan sangat memperhatikan kosa-kata atau ungkapan al-Qur’a>n dengan menyajikan pandangan pakar-pakar bahasa, beberapa pernyataan ahli tafsir baik yang klasik maupun kontemporer kemudian memperhatikan bagaimana ungkapan itu dipakai dalam penafsiran al-Qur’a>n.
2) Corak Tafsi>r al-Misba>h
Quraish Shihab cenderung menggunakan metode maudlu>’iy
dalam berbagai karyanya termasuk ketika menyajikan
pemikirannya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n. Hal ini ia lakukan karena metode maudlu>’iy (tematik) ini dapat mengungkapkan pendapat-pendapat al-Qur’a>n al-Kari>m tentang berbagai masalah kehidupan, dan juga menjadi bukti bahwa ayat-ayat al-Qur’a>n sejalan dengan perkembangan iptek dan kemajuan peradaban masyarakat. Berbeda dengan hasil karyanya yang
62
fenomenal yakni tafsi>r al-Misba>h dengan menggunakan metode tahliliy.19
Quraish Shihab menafsirkan al-Qur’a>n secara kontekstual, maka corak penafsirannya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’a>n menggunakan adaby ijtima>’i (Sosial kemasyrakatan).20
Hal ini ia lakukan karena penafsiran al-Qur’a>n dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan zaman dan kondisi yang ada, sehingga al-Qur’a>n menjadi s}a>lih} li kulli zama>n wa maka>n (sesuai dengan perkembangan zaman dan kondisi yang ada). Disamping itu corak lughawi juga sangat mendominasi karena ketinggian ilmu bahasa Arab yang dimilikinya.
Hal itu dapat ditemukan kala Quraish Shihab
mengungkapkan setiap mufrada>t (kosa-kata) mengenai ayat-ayat al-Qur’a>n. Misalnya ketika menafsirkan surat al-Fa>tihah ayat ke-tujuh :
َ ط ر ِص
َ
َ هيِذَّلٱ
َ
َ ِر ۡي غَ ۡمِه ۡي ل عَ ت ۡم عۡو أ
َِبىُض ۡغ مۡلٱ
َ
َ لَ وَ ۡمِهۡي ل ع
َ هيِّلٰٓاَّضلٱ
َ
٧
َ
19 Perubahan metode penafsiran dengan menggunakan metode maudlu‟I pada akhir abad 20-an, hingga sekarang tidak lepas dari pengaruh perkembangan ilmu sosial dan antropologi yang menghendaki efektifitas Al-Qur‟an dalam kehidupan nyata. Lihat Dawam Raharjo dalam ilmu
sosial dan antropologi.
20
Adaby Ijtima‟i adalah corak tafsir yang berupaya memahami nash-nash Al-Qur‟an dengan cara pertama dan utama, mengungkapkan ungkapan-ungkapan Al-Qur‟an secara teliti, menjelaskan makna-makna yang dimaksud oleh Al-Qur‟an dengan gaya bahasa yang indah dan menarik, kemudian mufassir berusaha menghubungkan nash-nash Al-Qur‟an yang sedang dikaji dengan realitas sosial kemasyarakatan dan sistem budaya. Lihat Muhammad Husain al-Dhahabi, al Tafsir
63
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.21
Terdapat kata al-Dla>lli>n yakni berasal dari kata dlalla. Jumlahnya tidak kurang dari 190 kali kata tersebut terulang dalam al-Qur’a>n dengan berbagai bentuknya. Sedangkan kata dlalla dalam bentuk lain yakni al-Da>llu>n (huruf lam di dlammah) ditemukan sebanyak 5 kali.22
Kata ini pada mulanya memiliki makna kehilangan jalan, bingung, dan tidak mengetahui arah. Makna-makna tersebut berkembang sehingga kata itu juga bisa mengandung arti binasa dan terkubur. Kata dlalla dalam pengertian immaterial memiliki makna sesat dari jalan kebajikan atau lawan dari petunjuk.
Dari penggunaan kata dlalla dalam Al-Qur‟an yang beraneka ragam tersebut dapat disimpulkan bahwa dlalla dalam berbagai bentuknya mengandung arti tindakan atau ucapan yang tidak menyentuh kepada kebenaran.23
Jadi secara general tafsi>r al-Mis}ba>h disajikan dalam bahasa yang ringan, enak dibaca dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Tidak heran jika karya ini diminati oleh berbagai elemen
21 Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya...06.
22 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an…..756
64
masyarakat, mulai dari kalangan intelektual muslim hingga seorang musisi.24
d. Pendapat Ulama Terhadap Tafsi>r al-Misba>h
Quraish Shihab tergolong ulama>’ yang hidup di abad modern, dan karyanya pun tidak lepas dari kondisi kekinian, akan tetapi substansi penafsirannya tetap berdasarkan koridor yang telah ditetapkan oleh ulama>’ tafsi>r sehingga pendapat atau pernyataan ulama>’ baik yang klasik maupun modern masih dijadikan referensi penafsirannya. Dan produk tafsirnya pun memiliki keluasan rujukan dari pemikiran ulama>’ tafsi>r.
Dalam beberapa kesempatan tafsi>r al-Misba>h karya Quraish Shihab mendapat apresiasi dari kalangan cendiakawan muslim baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri diantaranya :
1) Muhammad Arkoun, seorang intelektual muslim Al-Jazair,
menyatakan bahwa Quraish Shihab termasuk tokoh
cendikiawan muslim yang sangat berkompeten dalam bidang tafsi>r al-Qur’a>n dan beliau juga tergolong tokoh muslim yang memiliki sifat santun, tawadhu‟ dan rendah hati.25
2) Abuddin Nata, seorang dari kalangan akademisi sekaligus intelektual muslim, menyatakan bahwa Quraish Shihab
24 Misalnya; seorang seniman dalam musik sebut saja Ahmad Dhani (Manager Home Musik Republik Cinta) menyatakan kekagumannya atas tafsir al-Misbah karena bahasanya yang mudah dipahami oleh berbagai kalangan.
25
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tentang Dzikir dan Do’a, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), XIV
65
memiliki sumbangsih besar terhadap kajian keislaman khususnya bidang tafsi>r al-Qur’a>n26 dan menjadi seorang mufassir yang handal untuk saat ini di seluruh kawasan Asia Tenggara27
3) Kiyai Abdullah Gymnastiar, seorang da‟i sekaligus pengasuh pesantren Darut Tauhid Bandung, menyatakan bahwa “setiap kata yang lahir dari rasa cinta, pengetahuan yang luas, dan dalam, serta kemurnian yang muncul dari sanubarinya, melahirkan setiap hikmah yang disampaikan menjadi nikmat untuk meneladaninya.”28
B. Tafsi>r Al-Azhar dan Biografi Hamka