• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sex Under 25 Years Old (%)

12. Cross tabulation Unprotected Sex dengan diagnosa PMS

Tabel 12. Cross tabulation Unprotected Sex dengan diagnosa PMS Sumber : Data primer

Dari table 12 dapat dilihat bahwa Unprotected Sex dari 90 responden, sebanyak 56 responden yang mengatakan “YA” Unprotected Sex dan sebanyak 31 responden yang mengatakan “TIDAK” Unprotected Sex pada saat mealakukan hubungan seks.

Sebanyak 56 responden yang mengatakan “YA” Unprotected Sex pada saat melakukan hubungan seksm Frekuensi tertinggi diagnosa responden pada penyakit PMS pada masa subur adalah pada diagnosa Vaginosis Bakterial yaitu 11 responden kemudian Sifilis sebanyak 10 responden, Genore 910 responden, Klamidiasis 10 responden, Genital

Unprotected Sex

Diagnosa PMS Gonore Klamidiasis Trikomoniasis Vaginosis

Bakterial Sifilis Genital Warts Herpes Genitalis YA 10 10 4 11 10 5 6 TIDAK 4 5 7 3 7 3 5 Total 14 15 11 14 17 8 11

42

Warts 5 responden, Herpes Genitalis 6 responden dan Trikomoniasis 4 responden.

Sebanyak 31 responden yang mengatakan “TIDAK” melakukan Unprotected Sex tetapi menderita PMS yaitu Trikomoniasis 7 responden, Sifilis 7 responden, Klamidiasis sebanyak 5 responden, Herpes Genitalis 5 responden, Genore 4 responden, Vaginosis Bakterial 3 responden dan Genital Warts sebanyak 3 responden.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa berhubungan seks dengan Unprotected Sex dapat meningkatkan kejadian PMS pada wanita usia subur. Pada hasil uji statistik Chi-Square Non Paramertic Test diperoleh nilai p value 0,02 dimana < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Unprotected Sex dengan kejadian penyakit menular seksual pada wanita usia subur.

Penelitian yang yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gretta Hapsari Amalya, 2012, hasil yang didapatkan dari total 65 responden sebagian besar dari responden tidak memakai kondom, yaitu sebanyak 42 responden (64,62%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan nilai p yaitu 0,000 < 0.05, sehingga HO ditolak dan H1 diterima, berarti “ada hubungan antara perilaku pemakaian kondom dengan kejadian IMS.

43

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Noviyana Isnaeni, 2014, Berdasarkan hasil perhitungan dengan uji Chi Square didapatkan nilai X2 28,807 dan p value 0,000 < 0,05 sehingga ada hubungan pemakaian kondom dengan kejadian Gonore.

13. Cross tabulation Personal Hygiene dengan diagnosa PMS

Tabel 14. Cross tabulation Personal Hygiene dengan diagnosa PMS Sumber : Data primer

Dari table 14 dapat dilihat bahwa dari 90 responden yang membersihkan (Personal Hygiene) alat kelamin setelah melakukan hubungan seksual , sebanyak 32 responden yang mengatakan “YA” melakukan Personal Hygiene setelah melakukan hubungan seks dan sebanyak 58 responden yang mengatakan “TIDAK” Personal Hygiene setelah melakukan hubungan seks.

Sebanyak 32 responden yang mengatakan “YA” melakukan Personal Hygiene setelah melakukan hubungan seks. Frekuensi tertinggi diagnosa responden pada penyakit PMS pada masa subur adalah pada diagnosa Genore yaitu 8 responden, Vaginosis Bakterial 6 responden kemudian Sifilis sebanyak 6 responden, Genital Warts 4 responden,

Personal Hygiene

Diagnosa PMS Gonore Klamidiasis Trikomoniasis Vaginosis

Bakterial Sifilis Genital Warts Herpes Genitalis YA 8 3 2 6 6 4 3 TIDAK 6 12 9 8 11 4 8 Total 14 15 11 14 17 8 11

44

Herpes Genitalis 3 responden, Klamidiasis 3 responden dan Trikomoniasis 2 responden.

Sebanyak 58 responden yang mengatakan “TIDAK” melakukan Personal Hygiene setelah melakukan hubungan seks tetapi menderita PMS yaitu Klamidiasis sebanyak12 responden, Sifilis 11 responden, Trikomoniasis 9 responden, Vaginosis Bakterial 8 responden, Herpes Genitalis 8 responden, Genore 6 responden dan Genital Warts sebanyak 4 responden,

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Personal Hygiene setelah melakukan hubungan seks dapat meningkatkan kejadian PMS pada wanita usia subur. Pada hasil uji statistik Chi-Square Non Paramertic Test diperoleh nilai p value 0,006 dimana < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Personal Hygiene dengan kejadian penyakit menular seksual pada wanita usia subur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Susanti, 2013, dari 18 responden yang berada pada kategori personal hygiene tinggi mayoritas tidak mengalami IMS sebanyak 16responden (88,9 %). dari 17 responden yang berada pada kategori personal hygiene sedang mayoritas tidak mengalami IMS sebanyak 11responden (64,7 %), dari 6 responden yang berada pada kategori personal hygiene rendah mayoritas mengalami IMS sebanyak 5 responden (83,3 %) Berdasarkan

45

perhitungan diatas, diperoleh P-value adalah 0,004. selanjutnya dilakukan pengujian dimana P-value = 0,004 < α = 0,05.

14. Cross tabulation Sex Under 25 Years Old dengan diagnosa PMS

Tabel 15. Cross tabulation Sex Under 25 Years Old dengan diagnosa PMS Sumber : Data primer

Dari table 15 dapat dilihat bahwa sex under 25 years old dari 90 responden, sebanyak 59 responden yang mengatakan “YA” melakukan hubungan seks di bawah 25 tahun dan sebanyak 31 responden yang mengatakan “TIDAK” melakukan hubungan seks di bawah usia 25 tahun.

Sebanyak 59 responden yang mengatakan “YA” melakukan hubungan seks di bawah 25 tahun. Frekuensi tertinggi diagnosa responden pada penyakit PMS pada masa subur adalah pada diagnosa Vaginosis Bakterial yaitu 11 responden kemudian Sifilis sebanyak 10 responden, Genore 9 responden, Trikomoniasis 8 responden, Klamidiasis 7 responden, Genital Warts 7 responden dan Herpes Genitalis 7 responden.

Sebanyak 31 responden yang mengatakan “TIDAK” melakukan hubungan seks di bawah usia 25 tahun tetapi menderita PMS yaitu

Sex Under 25 Years Old

Diagnosa PMS Gonore Klamidiasis Trikomoniasis Vaginosis

Bakterial Sifilis Genital Warts Herpes Genitalis YA 9 7 8 11 10 7 7 TIDAK 5 8 3 3 7 1 4 Total 14 15 11 14 17 8 11

46

Klamidiasis sebanyak 8 responden, Sifilis 7 responden, Genore 5 responden, Herpes Genitalis 4 responden, Trikomoniasis 3 responden, Vaginosis Bakterial 3 responden dan Genital Warts sebanyak 1 responden.

Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa berhubungan seks dibawah usia 25 tahun dapat meningkatkan kejadian PMS pada wanita usia subur. Pada hasil uji statistik Chi-Square Non Paramertic Test diperoleh nilai p value 0,003 dimana < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Sex Under 25 Years Old dengan kejadian penyakit menular seksual pada wanita usia subur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulica Aridawarni, 2014, hasil analisis bivariat yang telah dilakukan diperoleh bahwa umur memiliki hubungan yang signifikan terhadap infeksi menular seksual yang dapat dilihat dari nilai RR 0.98 yang berarti umur, dengan nilai χ 2 hitung 0.001. Dimana semakin rendah usia pada saat melukan hubungan seks memiliki risiko yang signifikan terhadap kejadian IMS pada wanita subur.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti Handayani 2015. Pada penelitian ini didapatkan nilai p-value 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05, maka ada hubungan yang signifikan antara umur berhubungan seksual pertama kali dengan kejadian IMS yang melakukan hubungan seksual pertama

47

pada umur < 20 tahun sebagian besar mengalami kejadian IMS sejumlah 41 orang (95,3%). hubungan seksual yang dini akan memudahkan infeksi.

48

BAB VI

Dokumen terkait