• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

DATA DAN ANALISIS

6.4 Rencana Blok Kawasan Situ Gintung

7.1.2. d Rencana Aktivitas, Fasilitas, dan Utilitas

Pada satuan lahan pengelolaan air, hanya terdapat aktivitas pengelolaan seperti pengerukan dan pengambilan sampah. Aktivitas manusia pada kawasan lindung ini sangatlah dibatasi. Sedangkan pada satuan lahan penyangga, terdapat aktivitas ringan yang dapat dilakukan misalnya, bermain, duduk-duduk, dan bersantai. Fasilitas yang disediakan seperti tempat duduk dan jalur pedestrian, namun pengguna tapak juga dapat melakukan aktivitasnya di bawah pohon naungan dan hamparan rumput. Satuan lahan pengembangan merupakan area yang difungsikan untuk kegiatan masyarakat pada umumnya sekaligus untuk konservasi.

Tabel 11. Rencana Aktivitas dan Fasilitas-Utilitas

Ruang Aktivitas Fasilitas - Utilitas

Satuan lahan pengelolaan air

-Pengelolaan Jalan Inspeksi

(Pengerukan,

pengambilan sampah, dsb.)

Satuan lahan penyangga -Pengelolaan -Konservasi

-Jalan Inspeksi

-Ruang Terbuka Hijau (RTH) Satuan lahan pengembangan -Bermukim -Konservasi - Tempat Ibadah - Sekolah - Rumah Sakit - Sumur Resapan - Lubang Resapan Biopori - Rain Garden

Pada satuan lahan pengembangan, permasalahan permukiman padat menjadi kendala utama ketika akan diterapkan porsi tata ruang hijau yang lebih besar. Karena ruang terbuka hijau yang akan dibangun ini akan merelokasi beberapa permukiman yang terlebih dahulu sudah ada di kawasan tersebut. Pengembangan fisik bangunan yang terlalu pesat ke arah horizontal ini akan menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai daerah resapan air, sehingga air yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume aliran air permukaan. Terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengatasi penurunan permukaan air tanah dan upaya konservasi air di kawasan dengan permukiman yang padat. Menurut Maryono (2008), konsep ekodrainase dapat dilakukan dengan beberapa metode. Misalnya sumur resapan, lubang resapan biopori, dan rain garden.

1) Sumur Resapan

Sumur resapan air merupakan rekayasa teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh dari atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur Resapan Air (SRA) merupakan salah satu konsep konservasi air yang diterapkan dalam skala rumah

tangga. Sumur resapan air ini berfungsi untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan air banjir, mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang (Pasaribu, 1999). Oleh karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada setiap pembangunan rumah tinggal.

Gambar 31 Sistem Sumur Resapan (Sumber : Agus Maryono, 2009) 2) Lubang Resapan Biopori

Jika lahan yang dimiliki tidak terlalu luas, konservasi air tetap bisa dilakukan. Salah satunya dengan cara biopori. Lubang resapan biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah. Sehingga setiap hujan tiba, air hujan tidak langsung hilang ke selokan yang akhirnya mengair ke sungai, air hujan akan terserap oleh biopori dan tertahan lebih lama di dalam tanah di pekarangan rumah.

Gambar 32 Lubang Resapan Biopori (Sumber : Maryono, 2008) 3) Rain Garden

Rain Garden merupakan metode konservasi air dengan membuat sebuah taman berupa cekungan yang berfungsi untuk mengumpulkan air hujan dan limpasan yang dirancang untuk menangkap dan menyaring limpasan air hujan dengan media perantara tanaman. Di bagian cekungan yang dibuat, dapat diisi dengan batu-batu alam ataupun dengan tanaman yang dapat bertahan dalam kondisi basah maupun kering. Keberadaan rain garden ini memiliki manfaat untuk mengurangi jumlah polutan, meningkatkan kualitas air, menarik margasatwa, mengelola air hujan, membantu mengurangi resiko banjir, dan untuk menurunkan dampak limpasan permukaan tanah. Berikut ilustrasi dari sistem rain garden.

Gambar 33 Alternatif pembuatan sistem rain garden (Sumber : Karen, 2001 melalui www.consciouschoice.com)

7.2 RENCANA LANSKAP

Rencana lanskap kawasan Situ Gintung pasca bencana ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 34 dengan disertai gambar rencana tata hijau (Gambar 35), gambar rencana sirkulasi (Gambar 36), dan gambar rencana bangunan (Gambar 37).

Tata ruang dalan perencanaan ini terbagi menjadi tiga ruang dengan fungsi utama untuk mengembalikan fungsi ekologinya. Fungsi ini kemudian diikuti dengan fungsi rekreasi alam yang memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumberdaya alam yang ada. Fasilitas penunjang direncanakan dan ditempatkan pada satuan lahan penyangga

direncanakan meniru bentukan hutan alam, dengan pola tanam yang alami. Kawasan penyangga yang direncanakan ini memiliki fungsi ekologis untuk memperbaiki kualitas lingkungan. Kawasan penyangga ini direncanakan dengan ketebalan maksimum sesuai dengan kondisi tapak untuk dapat melindungi dan memperbaiki bada situ yang rawan dan berdaya dukung rendah. Tebal lapisan kawasan penyangga tersebut direncanakan termasuk dalam satuan lahan penyangga. Kawasan penyangga di lokasi penelitian ini meliputi kawasan kanan dan kiri situ gintung sejauh 100 meter mula dari bibir situ. wilayah kiri dan kanan situ gintung yang sebelumnya berupa permukiman dijadikan sebagai kawasan penyangga. Untuk memperbaiki kerusakan kawasan ini, diperlukan adanya upaya perbaikan konstruksi.

Kombinasi tumbuhan terdiri dari pepohonan, rumput, tanaman liar ditanam dengan jarak rapat tidak beraturan. Kriteria tanaman dan tumbuhan untuk zona penyangga ini adalah yang dapat : (1) Memperbaiki kualitas air dan udara (2) memperbaiki fungsi hidrologis (3) mencegah erosi (4) memperkaya keragaman hayati. Antara satuan lahan pengelolaan air dengan satuan lahan pengembangan ini ditempatkan vegetasi pembatas dengan keberadaan satuan lahan penyangga yang berfungsi juga sebagai pembatas akses. Sedangkan permukiman penduduk dapat diletakkan pada satuan lahan pengembangan yang sudah ditentukan batas luasannya agar kondisi Situ Gintung tetap terjaga.

Dokumen terkait