• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai ( DAS ) secara umum didefenisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi ( punggung bukit ) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur harta serta mengalirkannya melalui anak – anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau.Ritonga ( 2001 ) mendefinisikan Daerah Aliran Sungai ( DAS ) sebagai suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan menghasilkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke sungai yang bermuara ke danau atau laut. Suatu Daerah Aliran Sungai ( DAS ) adalah kumpulan dari sub DAS yang lebih kecil dengan ukuran maupun bentuk DAS yang berbeda dengan yang lainnya.

Menurut Suwardji ( 2007 ), Daerah Aliran Sungai ( DAS ) adalah hamparan pada permukaan bumi yang dibatasi oleh punggungan perbukitan atau pegunungan di hulu sungai kearah lembah di hilir. DAS oleh karenanya merupakan satu kesatuan sumberdaya darat tempat manusia beraktivitas untuk mendapatkan manfaat darinya. Agar manfaat DAS dapat diproleh secara optimal dan berkelanjutan maka pengelolaan DAS harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik – baiknya.

Batasan–batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi yaitu pertama DAS bagian hulu didasarkan pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (

debit ), dan curah hujan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transportsedimen serta material terlarut dalam sistem aliran sungai.Dengan perkataan lain, ekosistem DAS bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilr mempunyai keterkaitan bifisik melalui daur hidrologi.

Kedua DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang di kelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kualitas air, kemampuan menyalurkan air dan ketinggian muka air tanah serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk dan danau.

Ketiga DAS bagian hilir didasarkan fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelolah untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketingian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah.

Dari uraian diatas secara umum dapat dipahami bahwa pengelolaan kawasan sungai merupakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam, yang dapat

pulih (renewable) seperti air, tanah, dan vegetasi dalam sebuah kawasan sungai dengan tujuan untuk memperbaiki, memelihara, dan melindungi keadaan kawasan sungai, agar dapat menghasilkan hasil air ( water yield ) untuk kepentingan pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan dan msyarakat yaitu air minum, industri, irigasi, tenaga listrik, rekreasi dan sebagainya. Namun dalam perkembangan permasalahan selanjutnya ternyata penyebab kerusakan sumberdaya air menyangkut berbagai tatanan kehidupan manusia dan pembangunan yang sanagat kompleks. Sehingga semua aktors dan kegiatan pembangunan dalam satuan kawasan sungai bersangkutan, bahkan keterkaitannya antara kawasan sungai satu dengan lainnya, harusah menjadi kesatuan dalam sistem pembangunan daerah bersangkutan.

Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari sumber daya vegetasi, tanah dan air sehingga mempu memberi manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia. Selain itu, pengelolaan DAS dipahami sebagai satu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumber daya alam dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumber daya air dan tanah yang dalam hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah hulu dan hilir.

Menurut Manan ( 1978 ) seperti yang dikutip Ritonga ( 2001 ), ada 5 butir perkembangan masyarakat sejalan dengan konsep pengelolaan DAS ( Daerah Aliran Sungai ) yaitu :

1. Pengetahuan manusia yang terus bertambah tentang siklus hidrologi dan perananya.

2. Pertambahan penduduk yang pesat hingga mengakibatkan tekanan terhadap kebutuhan tanah dan air.

3. Meningkatnya kebutuhan air, disebabkan kemajuan teknologi dan meningkatnya taraf hidup masyarakat.

4. Timbulnya masalah kekurangan air, banjir, erosi, pencemaran, dll.

5. Perencana mulai mengakui DAS sebagai unit terbaik untuk tujuan manajemen sumberdaya alam (Budiharso, 2008).

Untuk mewujudkan daerah aliran sungai yang baik dan sehat diperlukan adanya pengelolaan terpadu. Salah satu konsep pengelolaan terpadu daerah aliran sungai yang dianggap penting adalah peran serta masyarakat dalam pelestarian daerah aliran sungai.

Permasalahan yang ditemukan dalam pengelolaan daerah aliran sungai antara lain : (1) masih tumpang tindihnya peraturan antar sektor misalnya, (2) perbedaan visi, misi, persepsi dan tujuan antar stakeholder, (3) ego sektoral, (4) tidak adanya rencana induk pengelolaan sebagai rujukan, (5) penggunaan lahan tidak sesuai peruntukan, (6) tidak adanya sistem pengelolaan informasi terpadu, (7) kurangnya

peran serta msyarakat dalam mengaplikasikan teknik–teknik konservasi sumberdaya dan rendahnya kondisi sosial ekonomi, dan (8) keterbatasan dana dalam pelaksanaan konservasi, rehabilitasi lahan, pemeliharaan sarana dan prasarana pengairan.

Sistem pengelolaan daerah aliran sungai terdiri atas :

1. Perencanaan, dalam bentuk pola rencana jangka panjang, rencana teknik lapangan dalam jangka menengah untuk 5 tahun dan rencana tahunan.

2. Pelaksanaan, dalam bentuk kegiatan yakni pengaturan pemanfaatan lahan, konservasi tanah dan air dan untuk peningkatan peran serta masyarkat.

3. Monitoring dan evaluasi, dilakukan baik pada kegiatan proyek di lapangan maupun sasaran program pengelolaan daerah aliran sungai secara umum.

Agar pengelolaan daerah aliran sungai dapat dilakukan secara optimal, maka perlu dilibatkan seluruh stakeholders dan direncanakan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan daerah aliran sungai sebagai suatu unit pengelolaan. Pelaksanaan yang ditunjang oleh peraturan perundangan dan sistem pendanaan yang memungkinkan mekanisme kerjasama yang baik antar stakeholders, antar sektor dan adanya pembagian biaya dan keuntungan antar bagian hulu dengan bagaian hilir. Ini berarti aspek kelembagaan dalam pengelolaan darah aliran sungai sangat penting untuk ditata (Respitory.ac.id, 2011).

Dokumen terkait